Tentara di garis perbatasan Nagorno Karabakh/Net
Konflik Nagorno-Karabakh ternyata belum benar-benar usai. Sisa-sisa ketegangan masih ada yang dipicu dengan ketidakpatuhan Azerbaijan dalam memenuhi kesepakatan yang telah ditandatangani saat gencatan senjata pada November 2020.
Terbaru, tentara Azerbaijan masih bercokol di wilayah Armenia, belum benar-benar pergi dari wilayah yang sempat dikuasainya.
Dalam pernyataanya pada Senin, Kementerian Pertahanan Armenia mengungkapkan, tidak semua tentara Azerbaijan pergi meninggalkan Armenia pasca perang berakhir.
Terutama di Provinsi Syunik dan Gegharkunik yang terletak di perbatasan Armenia-Azerbaijan. Pasukan Azerbaijan masih ada di sana dengan alasan 'masih ada pekerjaan'.
Kementerian mengatakan, kondisi yang terjadi saat ini tidak lebih baik dari sebelumnya. Pasukan Azerbaijan banyak yang melakukan 'kegiatan' yang dikhawatirkan akan memicu kembali ketegangan dua negara.
"Setelah pembicaraan pada 16 Mei, beberapa kelompok pasukan Azerbaijan meninggalkan wilayah Armenia dan kembali ke posisi semula. Namun demikian, beberapa prajurit masih berada di wilayah Armenia. Itulah sebabnya ketegangan di perbatasan Armenia-Azerbaijan yang bersumber dari provokasi yang dilakukan oleh pasukan Azerbaijan tidak berubah dibandingkan dengan hari sebelumnya," katanya, seperti dikutip dari
Tass, Selasa (18/5).
Kementerian telah berulang mendesak agar pasukan Azerbaijan meninggalkan wilayah Armenia untuk mencegah hal-hal yang tidak terduga.
Kementerian pertahanan Armenia mengatakan pihak Azerbaijan sempat menghentikan kegiatannya dan setuju untuk mengadakan pembicaraan untuk menyelesaikan situasi.
Mantan Perdana Menteri Pashinyan yang sampai saat ini masih bertindak sebagai pejabat negara sampai pemilihan umum selesai, menggambarkan situasi tersebut sebagai pelanggaran wilayah Armenia. Dia mengatakan pasukan Azerbaijan telah melintasi perbatasan negara bagian Armenia dan bergerak sejauh 3,5 kilometer ke dalam wilayahnya.
Konflik antara Armenia dan Azerbaijan atas wilayah dataran tinggi Nagorno-Karabakh, wilayah sengketa yang pernah menjadi bagian Azerbaijan sebelum pecahnya Uni Soviet, pecah pada Februari 1988 setelah Otonomi Nagorno-Karabakh. Region mengumumkan penarikannya dari Republik Sosialis Soviet Azerbaijan.
Bentrokan baru antara Azerbaijan dan Armenia meletus pada 27 September 2020, dengan pertempuran sengit berkecamuk di wilayah sengketa Nagorno-Karabakh.
Pada 9 November 2020, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan menandatangani pernyataan bersama tentang gencatan senjata lengkap di Nagorno-Karabakh.
Berdasarkan dokumen tersebut, pihak Azerbaijan dan Armenia berhenti di posisi yang mereka pegang dan penjaga perdamaian Rusia dikerahkan di sepanjang garis perbatasan di Nagorno-Karabakh dan di sepanjang koridor Lachinsky yang menghubungkan Armenia dengan daerah kantong. Dalam perjanjian itu juga disebutkan beberapa distrik dikuasai Baku.