Berita

Ilustrasi, pengungsi Suriah yang terus berpindah. Program vaksinasi akan sulit menjangkau kelompok ini/Net

Dunia

WHO: Ada 46 Juta Orang Terlantar Yang Tidak Termasuk Dalam Program Vaksin Covid-19

SABTU, 08 MEI 2021 | 10:40 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Di saat seluruh negara menyerukan kampanye vaksinasi, ada puluhan juta orang yang justru tidak terdaftar sebagai penerima vaksin. Mereka adalah pencari suaka, migran, pengungsi, dan orang terlantar, menurut tinjauan  Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

WHO mencatat ada sekitar  46 juta orang yang harus berjuang untuk mendapatkan vaksin, jumlah itu hampir sama dengan populasi Spanyol. Jumlah 46 juta itu termasuk di antaranya, 5,6 juta orang yang mengungsi secara internal selama enam dekade perang saudara di Kolombia, ratusan ribu pengungsi di Kenya dan Suriah, dan hampir 5 juta migran di Ukraina, seperti yang dilaporkan The Guardian pada Jumat (7/5).

Pada Maret 2021, tinjauan WHO mengungkapkan bahwa India, Nigeria, dan Indonesia termasuk di antara beberapa negara besar yang program vaksinasi tidak menggandeng para pengungsi. Sementara Pakistan, yang sempat muncul dalam daftar itu kemudian mengubah pola vaksinasi mereka menjadi lebih inklusif

Kelompok kesehatan internasional telah mempertimbangkan masalah orang-orang yang dikucilkan dari vaksin selama berbulan-bulan. Kelompok di belakang fasilitas berbagi vaksin Covax juga telah menyetujui  pembentukan distribusi dosis yang dicadangkan bagi orang-orang yang paling rentan di kelompok yang tidak kebagian vaksin.

Penbentukkan distribusi vaksin itu, yang kemudian disebut 'penyangga kemanusiaan' atau humanitarian buffer, akan menggunakan 5 persen dari dosis yang dialokasikan untuk negara-negara miskin dan menengah melalui Covax, juga membagi 20 persen kepada kelompok yang paling rentan di komunitas yang tersisih untuk dikelola oleh LSM seperti Médecins Sans Frontières.

Covax memperkirakan maksimal sekitar 33 juta orang akan memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksin dari 'penyangga kemanusiaan', yang akan dibagi dalam kelompok seperti; petugas kesehatan, orang tua, dan mereka yang memiliki penyakit penyerta yang berisiko.

Namun belum ada keterangan kapankah mereka akan diberi suntikan.

Kelompok kemanusiaan mengatakan bahwa bahkan jika semua migran, pengungsi dan populasi rentan lainnya dimasukkan dalam rencana nasional, masih akan ada antara 60 dan 80 juta orang yang tinggal di wilayah yang dikuasai pemberontak di seluruh dunia yang berada di luar jangkauan vaksin.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

UPDATE

Pengukuhan Petugas Haji

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:04

Chili Siap Jadi Mitra Ekonomi Strategis Indonesia di Amerika Selatan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:02

Basri Baco: Sekolah Gratis Bisa Jadi Kado Indah Heru Budi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:42

Pemprov DKI Tak Ingin Polusi Udara Buruk 2023 Terulang

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:24

Catat, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 9-10 Mei

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:22

BMKG Prediksi Juni Puncak Musim Kemarau di Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:27

Patuhi Telegram Kabareskrim, Rio Reifan Tak akan Direhabilitasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:05

Airlangga dan Menteri Ekonomi Jepang Sepakat Jalankan 3 Proyek Prioritas Transisi Energi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:00

Zaki Tolak Bocorkan soal Koalisi Pilkada Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:35

Bertemu Wakil PM Belanda, Airlangga Bicara soal Kerja Sama Giant Sea Wall

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:22

Selengkapnya