Berita

PM India Narendra Modi/Net

Dunia

Angka Kasus Terus Merangkak, 100 Ilmuwan Ajukan Petisi Kepada Modi Untuk Buka Akses Data Medis India

SABTU, 01 MEI 2021 | 12:59 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Para ilmuwan dan ahli biologi India mempertanyakan komitmen pemerintah dalam penanganan pandemi.

Mereka kecewa karena lambatnya tindakan di awal, menimbulkan pertanyaan, dengan jumlah kasus yang meningkat setiap hari -bahkan tertinggi dalam beberapa hari terakhir-, apakah database Dewan Riset Medis India (ICMR), tidak berfungsi dengan baik, sehingga pemerintah 'tidak menyadari' pergerakan angka kasus?
India mengalami lonjakan luar biasa pada gelombang kedua pandemi. Dalam beberapa hari belakangan, lebih dari 3.000 kematian dalam 24 jam.


Sekitar 100 ilmuwan India mengajukan petisi kepada Perdana Menteri Narendra Modi untuk membujuk ICMR agar meningkatkan akses ke bank datanya. Di antara mereka adalah ahli biologi dan spesialis dalam pemodelan penyakit dan pengurutan genom dari beberapa lembaga penelitian terkemuka di India.

“Database ICMR tidak dapat diakses oleh siapa pun di luar pemerintah dan mungkin juga oleh banyak orang di dalam pemerintahan. Kebanyakan ilmuwan -termasuk beberapa yang diidentifikasi oleh Departemen Sains dan Teknologi dan NITI Aayog untuk mengembangkan model prediksi baru untuk India - tidak memiliki akses ke data ini,” bunyi petisi yang diajukan, seperti dikutip dari The Hindu, Jumat (30/4).

Ketika India menghadapi gelombang kedua pandemi yang menakutkan dengan lebih dari 350.000 kasus baru ditambahkan setiap hari, pertanyaan telah diajukan tentang apakah pemerintah dan ilmuwannya tidak tahu apa-apa, tanya mereka.

Para pembuat petisi menolak  kebijakan pemerintah tentang Atmanirbhar Bharat (India Mandiri, yang dipopulerkan Modi) yang telah membuat impor peralatan dan reagen ilmiah menjadi 'proses yang sangat membosankan dan memakan waktu' yang membutuhkan persetujuan di tingkat Sekretaris Kementerian.

“Hal ini telah mengurangi kemampuan ilmuwan untuk meningkatkan pengujian dengan mengembangkan platform pengujian baru. Ini juga telah mengganggu kemampuan kami untuk mengurutkan genom virus, untuk pengawasan dengan cepat dan akurat. "

"Pembatasan seperti itu, pada saat ini, hanya berfungsi untuk menghalangi kemampuan kami dalam menangani Covid-19. Kami meminta ncabutan pembatasan ini,” lanjut petisi itu.

Populer

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Daftar Bakal Calon Gubernur, Barry Simorangkir Bicara Smart City dan Kesehatan Untuk Sumut

Selasa, 07 Mei 2024 | 22:04

Acara Lulus-Lulusan Pakai Atribut Bintang Kejora, Polisi Turun ke SMUN 2 Dogiyai

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:57

Konflik Kepentingan, Klub Presiden Sulit Diwujudkan

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:41

Lantamal VI Kirim Bantuan Kemanusiaan Untuk Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:33

Ketua MPR: Ditjen Bea Cukai, Perbaiki Kinerja dan Minimalkan Celah Pelanggaran!

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:33

Anies: Yang Tidak Mendapatkan Amanah Berada di Luar Kabinet, Pakem Saya

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:25

Ide Presidential Club Karena Prabowo Ingin Serap Pengalaman Presiden Terdahulu

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:17

Ma’ruf Amin: Presidential Club Ide Bagus

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:09

Matangkan Persiapan Pilkada, Golkar Gelar Rakor Bacakada se-Sumut

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:04

Dua Kapal Patroli Baru Buatan Dalam Negeri Perkuat TNI AL, Ini Spesifikasinya

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:00

Selengkapnya