Berita

Osama Bin Laden/Net

Dunia

Shakeel Afridi, Dokter Di Balik Kematian Osama Bin Laden Yang Kini Hidup Dalam Isolasi Penjara Pakistan

RABU, 28 APRIL 2021 | 16:10 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Di balik peristiwa kematian Osama Bin Laden, ada satu sosok yang 'berjasa' mengantarkan nyawa pemimpin Al-Qaeda itu ke tangan pasukan AS.

Dia adalah Shakeel Afridi, seorang dokter yang kemudian dicap sebagai pengkhianat di Pakistan tetapi dipuji sebagai pahlawan oleh Amerika Serikat. Dia harus membayar mahal untuk perannya dalam mengakhiri petualangan Bin Laden.

Satu dekade setelah kepala Al-Qaeda itu ditembak mati oleh tim Navy Seal, tidak ada tanda dokter tersebut akan dibebaskan oleh otoritas Pakistan. Afridi  dianggap telah membantu CIA memberitahu titik lokasi Bin Laden di bawah jubah profesinya saat menjalankan program vaksinasi kala itu.


Terkurung di sel isolasi di Penjara Sahiwal, di Provinsi Punjab tengah Pakistan, Afridi sekarang menghabiskan waktunya menghitung hari.

"Dia sekarang ditahan di penjara hanya untuk memberi pelajaran kepada setiap orang Pakistan agar tidak bekerja sama dengan badan intelijen barat," kata Husain Haqqani, yang menjabat sebagai duta besar Pakistan untuk Washington pada saat penyerbuan itu, kepada AFP.

"Alih-alih berterus terang tentang kehadiran Bin Laden di Pakistan, pihak berwenang telah menjadikan Dr Afridi sebagai kambing hitam," ujarnya.

 AFP mengumpulkan rutinitas harian dokter melalui wawancara dengan saudara laki-laki dan pengacaranya, karena Afridi dilarang berbicara dengan siapa pun selain keluarga atau tim hukumnya.

Untuk olahraga, dia mondar-mandir di sekitar selnya yang berukuran tujuh kali delapan kaki dan sesekali melakukan push-up, menurut keluarganya.

Ia juga dikatakan memiliki salinan Alquran, tetapi tidak diperbolehkan membaca buku lain.

Beberapa kali seminggu dia bercukur di hadapan seorang penjaga, tetapi kontak dengan narapidana lain juga sangat dilarang.

Anggota keluarga dapat mengunjungi hanya dua kali sebulan, tetapi dipisahkan oleh jeruji besi dan dilarang berbicara dalam bahasa Pashto asli mereka.

 "Otoritas penjara telah memberi tahu kami bahwa kami tidak dapat membahas politik atau membicarakan situasi di dalam penjara," kata saudaranya itu.

Berasal dari daerah kesukuan Pakistan yang kasar, dokter itu tampaknya menjadi aset yang ideal bagi CIA karena agen mata-mata itu memusatkan perhatian pada persembunyian Bin Laden di kota Abbottabad.

Yang dibutuhkan orang Amerika hanyalah sedikit bukti bahwa Bin Laden ada di sana, jadi mereka meminta Afridi meluncurkan kampanye vaksin dengan tujuan mengekstraksi sampel DNA dari dalam kompleksnya.

Seberapa penting Afridi dalam mengidentifikasi bos Al-Qaeda tidak jelas, tetapi dokter tersebut ditangkap oleh pihak berwenang beberapa minggu setelah serangan mematikan di rumah Bin Laden.

Dia tidak pernah dinyatakan bersalah atas apa pun yang terkait dengan penggerebekan itu, tetapi dihukum oleh pengadilan suku di bawah undang-undang era kolonial yang tidak jelas karena memberikan uang kepada kelompok pemberontak dan dijatuhi hukuman 33 tahun.

Pemerintah AS berturut-turut telah memprotes penahanannya yang terus berlanjut, dan selama bertahun-tahun telah ada pembicaraan tentang pertukaran tahanan, tetapi kesepakatan untuk membebaskan Afridi tidak pernah terwujud.

"Mari kita perjelas: Afridi telah membayar harga tertinggi," kata Michael Kugelman, wakil direktur Asia Selatan di Wilson Center di Washington.

Peringatan 10 tahun serangan Bin Laden terjadi hanya beberapa minggu setelah Presiden Joe Biden mengumumkan bahwa perang panjang AS di Afghanistan akan segera berakhir.

Dalam pidatonya kepada bangsa, Biden mengutip pembunuhan Bin Laden sebagai bukti bahwa pasukan AS telah lama mencapai tujuan awal mereka untuk menyerang Afghanistan. Tidak mengherankan, Presiden tidak menyebut Afridi.

"Penarikan diri dari Afghanistan, dan penurunan hubungan dengan Pakistan yang mungkin terjadi, menunjukkan bahwa Afridi tidak akan menjadi isu panas seperti di masa lalu," kata Kugelman.

Hanya sedikit yang bersimpati pada penderitaan Afridi yang sedang berlangsung di Pakistan, di mana serangan Bin Laden mengipasi sentimen anti-Amerika setelah bertahun-tahun ketidakpercayaan yang membara di antara sekutu yang gelisah.

"Setiap kali seseorang bekerja untuk badan intelijen asing, itu salah satu kejahatan yang paling tak termaafkan," kata Asad Durrani, mantan kepala badan mata-mata Pakistan yang tangguh, seraya mengatakan bahwa penangkapan Afridi mungkin menyelamatkan dokter dari hukuman gantung.

Tetapi bahkan ketika AS bersiap untuk keluar dari Afghanistan dan ingatan tentang saga Bin Laden memudar, warisan Afridi terus bergema di Pakistan.

Keyakinan pada kampanye vaksin telah dilemahkan secara serius oleh tipu muslihat, dengan keluarga secara rutin menolak anak-anak mereka diinokulasi untuk penyakit yang dapat disembuhkan seperti polio.

Pemberontak juga menyerang tim vaksin, dengan puluhan petugas kesehatan ditembak mati dalam dekade terakhir.

Sementara itu di penjara, Afridi tetap terasing dari dunia luar dan menghabiskan waktunya dengan mondar-mandir di selnya dan membaca doa harian.

“Dia tidak boleh menggunakan handphone, membaca koran atau buku,” kata adiknya Jamil Afridi. "Dia hidup dalam isolasi." 

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya