Komandan KRI Nanggala-402, Letkol Laut Heri Oktavian/Repro
Suasana duka tampak di rumah orangtua Komandan KRI Nanggala-402, Letkol Laut Heri Oktavian, di Jalan Diponegoro 47 15 B Timur, Kota Metro, Provinsi Lampung.
Seperti dilaporkan Kantor Berita RMOLLampung, rumah tua milik pasangan Haji Imron dan Misharleni itu sepi. Letkol Laut Heri Oktavian adalah anak bungsu, tiga kakaknya juga sudah tinggal di rumah mereka masing-masing.
Haji Imron sudah meninggal, sedangkan ibunya yang masih tinggal di rumah tersebut pergi dijemput kesatuan putra bungsunya ke Surabaya begitu ada kabar hilangnya kapal selam yang dikomandoi putranya.
Para tetangga juga tak begitu kenal dengan Letkol Laut Heri Oktavian. Karena sejak orangtuanya pensiun dari kepolisian dan tinggal di Kota Metro, sang putra bungsu sekolah di SMA Muhi 1 Yogyakarta angkatan '97.
Lulus SMA, dia melanjutkan pendidikan taruna Angkatan Laut di Surabaya. SD hingga SMP, keluarga Haji Imron berpindah-pindah sesuai tempat tugasnya, mulai dari Aceh hingga Pangkalpinang. Haji Imron pensiun di Kota Metro.
Menurut para tetangga, Letkol Laut Heri Oktavian jarang pulang. Terakhir, dia pulang ketika bapaknya meninggal dunia sekitar lima tahunan lalu.
Meski begitu, para tetangga berinisiatif doa bersama setiap malam di masjid perkampungan mereka buat Letkol Laut Heri Oktavian dan 52 anak buahnya yang masih dalam proses pencarian.
Hingga hari ini, KRI Nanggala-402 beserta 53 personelnya belum ditemukan (49 ABK, 1 komandan satuan, 3 personel arsenal).
KRI Nanggala-402 diduga sempat mengalami
black out atau mati listrik sebelum hilang kontak di perairan utara Bali, Rabu dinihari lalu (21/4).
Dugaan itu berdasarkan hasil analisis sementara yang disampaikan Dispenal melalui keterangan tertulis pada Rabu malam.
"Kemungkinan saat menyelam statis terjadi
black out sehingga kapal tidak terkendali dan tidak dapat dilaksanakan prosedur kedaruratan. Sehingga kapal jatuh pada kedalaman 600-700 meter," demikian keterangan tertulis Dispenal.
Dalam upaya pencarian kapal melalui pemantauan udara menggunakan helikopter, ditemukan adanya tumpahan minyak di sekitar area hilangnya KRI Nanggala-402.
Tumpahan minyak itu kemungkinan muncul karena kerusakan tangki BBM akibat tekanan air laut. Selain itu, tumpahan minyak itu bisa jadi sebagai pemberi sinyal posisi dari KRI Nanggala-402.
Kapal selam yang masuk dalam jajaran Komando Armada II (Koarmada II) Surabaya itu hilang kontak saat sedang melaksanakan gladi resik latihan penembakan senjata strategis di perairan selat Bali: melaksanakan penembakan Torpedo SUT.
Sebelum hilang kontak, kapal buatan Jerman tahun 1977 itu telah meminta izin menyelam ke Komandan Gugus Tempur Laut II (Danguspurla II) pada pukul 03.00 WIB.
Setelah diberikan izin menyelam sesuai prosedur, kapal hilang kontak dan tidak bisa dihubungi.
"Namun setelah izin diberikan, KRI Nanggala hilang kontak dan tidak bisa dihubungi lagi," tulis keterangan tertulis tersebut.
Selanjutnya, TNI AL langsung melakukan pencarian dengan mengerahkan Raden Eddy Martadinata-313, KRI I Gusti Ngurah Rai-332, dan KRI Diponegoro-365.
Ketiga KRI itu melakukan pencarian dengan menggunakan sonar aktif di sekitar lokasi hilangnya KRI Nanggala-402 melalui metode Cordon 2.000 yards. Hasilnya nihil.
"Pukul 07.00 WIB dilaksanakan pengamatan udara dengan helikopter ditemukan tumpahan minyak disekitar posisi menyelam," lanjut keterangan tertulis tersebut.
Kemudian pada pukul 14.00 WIB, KRI Rigel dari Jakarta dan KRI Rengat dari Satuan Ranjau turut membantu pencarian menggunakan
side scan sonar.
Selain itu, petugas juga mengirimkan dua mobil chamber ke Banyuwangi dan mengirim distres International Submarine Escape and Rescue Leaison Office (ISMERLO).
Kementerian Pertahanan (Kemhan) menyebut, tiga negara telah memberi respons untuk memberikan bantuan pencarian. Yakni AL India, AL Singapura, dan AL Australia.
Titik koordinat hilangnya KRI Nanggala-402 terdeteksi di sekitar 60 mil atau 95 kilometer dari utara Bali.
Diketahui, KRI Nanggala-402 dijadwalkan ikut dalam latihan penembakan rudal di laut Bali, Kamis (22/4).
Latihan ini rencananya akan dihadiri langsung Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono.