Berita

Orang-orang Armenia digiring ke penjara terdekat di Mezireh oleh tentara Ottoman. Harput/Net

Histoire

Genosida Armenia 1915, Terkuaknya Pembantaian Mengerikan Dalam Pembersihan Etnis

SABTU, 24 APRIL 2021 | 06:18 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Sempat tidak diakui selama berpuluh tahun, pembantaian yang terjadi pada 24 April 1915 akhirnya mulai terkuak perlahan. Sejumlah bukti dan foto-foto dokumentasi menjelaskan bahwa tentara Kekaisaran Ottoman, yang sekarang dikenal sebagai negara Turki, telah membantai 1,5 juta warga Armenia. Membuka babak baru tentang kebenaran adanya genosida Armenia.

Sebenarnya, orang Turki telah membantai beribu-ribu orang Armenia antara 1894-1896. Namun, pembantaian yang paling mengerikan terjadi pada April 1915, saat berlangsungnya Perang Dunia I.

Ketika itu orang Turki melakukan pembersihan etnis akibat munculnya nasionalisme Armenia. Mereka  menggiring orang-orang Armenia ke gurun pasir Suriah dan Mesopotamia. Menurut perkiraan para sejarawan, antara 600.000 hingga 1,5 juta orang Armenia dibunuh atau mati kelaparan dalam peristiwa ini. Pembantaian terhadap orang Armenia konon merupakan genosida pertama pada abad ke-20.

Fotografer yang mempertaruhkan nyawa demi mendapat gambar penyiksaan itu dan mengabarkannya kepada dunia, adalah John Elder dan Armin T. Wegner. Keduanya menyaksikan sepanjang April, pemerintahan Ottoman menangkap ratusan intelektual Armenia.

Mengutip laporan History, ratusan intelektual Armenia diusir dan dieksekusi oleh Kekaisaran Ottoman pada 24 April 1915. Mereka juga mengusir dan menggiring rakyat Armenia ke gurun  Mesopotamia yang tandus tanpa makanan dan tanpa air. Ada yang ditelanjangi dan dipaksa berjalan kaki di bawah sengatan terik matahari sampai akhirnya meninggal dunia. Mereka yang berhenti untuk beristirahat ditembak mati.

Pada saat yang sama, 'Young Turks' menciptakan 'Organisasi Khusus', yang pada gilirannya mengorganisir 'regu pembunuh' atau 'batalyon penjagal' untuk melaksanakan, seperti yang dikatakan seorang perwira, 'likuidasi unsur-unsur Kristen'.

Mereka menenggelamkan orang di sungai, melemparkannya dari tebing, menyalibnya, dan membakarnya hidup-hidup. Pedesaan Turki saat itu dikotori dengan mayat Armenia.

Kampanye 'Turkifikasi' oleh pemerintah Ottoman, mendorong gerakan menculik anak-anak Armenia, memasukkan mereka ke Islam dan memberikannya kepada keluarga Turki. Di beberapa tempat, mereka memperkosa wanita dan memaksa mereka untuk bergabung dengan 'harem' Turki atau menjadi budak. Para keluarga Muslim menempati rumah-rumah orang Armenia terusir, lalu menyita properti mereka.

Sekitar paruh 1922, sebanyak 2 juta orang Armenia habis dibantai, sehingga hanya ada 388.000 orang Armenia di Kekaisaran Ottoman.

Setelah Ottoman menyerah pada tahun 1918, para pemimpin 'Young Turks' melarikan diri ke Jerman, yang berjanji tidak akan menuntut mereka atas genosida. Namun, kemudian hari sekelompok nasionalis Armenia menyusun rencana, yang dikenal sebagai Operasi Nemesis, untuk melacak dan membunuh para pemimpin genosida.

Selama berabad-abad, Armenia ditaklukkan oleh orang Yunani, Romawi, Persia, Bizantium, Mongol, Arab, Turki Ottoman, dan Rusia. Dan sejak abad ke-17 hingga masa Perang Dunia I, sebagian besar tanah orang Armenia dikuasai oleh orang Turki Ottoman, yang mengakibatkan orang Armenia menderita akibat diskriminasi, penganiayaan agama, pajak yang berat dan tindakan kekerasan, meski mereka merupakan salah satu suku bangsa minoritas terbesar di kerajaan Ottoman, seperti dikutip dari Wikipedia yang bersumber dari buku Revolution and Genocide: On the Origins of the Armenian Genocide and the Holocaust, karya Robert Melson, 1992.

Pemerintah Turki selalu membantah telah terjadi genosida. Bagi mereka, orang-orang Armenia adalah kekuatan musuh, dan membantaian mereka adalah langkah perang yang diperlukan.

Sebagai sekutu kuat Turki, AS lambat dalam menanggapi peristiwa pembantaian itu. Semua presiden yang pernah menjabat tidak ada yang secaar terang-terangan mengakui peristiwa itu sebagai Genosida. Joe Biden menjadi presiden pertama AS yang akan mengakui genosida Armenia, bila ia menepati janji kampanyenya.

Sebelumnya, pada Maret 2010, panel Kongres AS memberikan suara untuk mengakui genosida tersebut. Dan pada 29 Oktober 2019, Dewan Perwakilan Rakyat AS mengeluarkan resolusi yang mengakui genosida Armenia.

Genosida Armenia setidaknya telah dinyatakan sebagai fakta sejarah oleh para sejarawan dan pakar genosida. Peristiwa tersebut juga dianggap sebagai genosida modern pertama, dengan kata genosida itu sendiri dicanangkan oleh Raphael Lemkin untuk menyebutkan pembunuhan berskala besar dan terorganisir untuk melenyapkan bangsa Armenia.

Genosida merupakan satu dari empat pelanggaran HAM berat yang berada dalam yurisdiksi International Criminal Court. Pelanggaran HAM berat lainnya ialah kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang, dan kejahatan Agresi.

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

Bos Sritex Ungkap Permendag 8/2024 Bikin Industri Tekstil Mati

Senin, 03 Maret 2025 | 21:17

UPDATE

BRI Salurkan KUR Rp27,72 Triliun dalam 2 Bulan

Senin, 10 Maret 2025 | 11:38

Badai Alfred Mengamuk di Queensland, Ribuan Rumah Gelap Gulita

Senin, 10 Maret 2025 | 11:38

DPR Cek Kesiapan Anggaran PSU Pilkada 2025

Senin, 10 Maret 2025 | 11:36

Rupiah Loyo ke Rp16.300 Hari Ini

Senin, 10 Maret 2025 | 11:24

Elon Musk: AS Harus Keluar dari NATO Supaya Berhenti Biayai Keamanan Eropa

Senin, 10 Maret 2025 | 11:22

Presiden Prabowo Diharapkan Jamu 38 Bhikkhu Thudong

Senin, 10 Maret 2025 | 11:19

Harga Emas Antam Merangkak Naik, Cek Daftar Lengkapnya

Senin, 10 Maret 2025 | 11:16

Polisi Harus Usut Tuntas Korupsi Isi MinyaKita

Senin, 10 Maret 2025 | 11:08

Pasar Minyak Masih Terdampak Kebijakan Tarif AS, Harga Turun di Senin Pagi

Senin, 10 Maret 2025 | 11:06

Lebaran di Jakarta Tetap Seru Meski Ditinggal Pemudik

Senin, 10 Maret 2025 | 10:50

Selengkapnya