Berita

Sambutan hangat kepada para pemain tenis meja Tiongkok di Markas Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang memainkan pertandingan demonstrasi pada 19 April 1972/Net

Dunia

China-AS Akhirnya Akur Sepakati Kerjasama Iklim, Mungkinkah Diplomasi Ping Pong Terlahir Kembali?

SENIN, 19 APRIL 2021 | 13:20 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Di tengah hubungan yang tegang dan panas, China dan Amerika akhirnya bisa berkomitmen untuk bekerja sama dalam masalah perubahan iklim, dan akan bekerja sama di bidang multilateral termasuk Perjanjian Paris.

Kabar itu tertera dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan pada Minggu (18/4) antara kedua belah pihak menyusul kunjungan utusan iklim AS John Kerry ke Shanghai.

"China dan Amerika Serikat berkomitmen untuk bekerja sama satu sama lain. Juga dengan negara lain, untuk mengatasi krisis iklim, yang harus ditangani dengan keseriusan dan urgensi yang dituntutnya," kata pernyataan bersama yang dirilis oleh Kementerian Ekologi dan Lingkungan China, seperti dikutip dari Global Times, Senin (19/4).


China-AS berjanji untuk memperkuat upaya mereka dan mengatasi tantangan untuk mewujudkan prinsip-prinsip yang diuraikan dalam Perjanjian Paris. Juga mengendalikan kenaikan suhu rata-rata global di bawah 2C, dan berusaha untuk membatasinya hingga 1,5C.

Menanggapi itu, banyak pengamat yang menaruh harapan bahwa kerja sama iklim China-AS akan mampu memecahkan kebekuan dan menyeret kembali hubungan bilateral ke jalur seperti yang dilakukan diplomasi Ping-Pong setengah abad yang lalu.

Diplomasi Pingpong adalah jalinan persahabatan China-AS di masa lalu. Diplomasi pingpong pertama terjadi pada tahun 1971 ketika pertandingan seorang pemain pingpong Tiongkok dengan pemain pingpong AS berujung pada keputusan Tiongkok mengundang tim tenis meja AS untuk melakukan pertandingan persahabatan.

Pertandingan tersebut akhirnya berujung pada kunjungan Presiden AS saat itu, Richard Nixon, ke Tiongkok pada tahun 1972. Kunjungan ini berlanjut pada terbentuknya ikatan diplomatik antara kedua negara mulai tahun 1979, yang juga mengakhiri isolasi Tiongkok dari dunia luar.

Wu Xinbo, dekan Institut Studi Internasional di Universitas Fudan, mengatakan pernyataan bersama tersebut mengirimkan sinyal positif yang menyoroti rasa tanggung jawab kedua negara untuk memikul kepentingan komunitas internasional.

"Ini menunjukkan pergeseran sikap pemerintahan Biden dari strategi pemisahan di bawah pemerintahan Trump menjadi sikap 'bersaing namun terbuka untuk kerja sama'," ujar Xinbo.

Yuan Zheng, wakil direktur dan rekan senior di Institut Studi Amerika di Akademi Ilmu Sosial China, menambahkan bahwa pernyataan bersama setelah kunjungan Kerry menunjukkan kesediaan AS untuk terlibat dalam pembicaraan dengan China.

"Itu dapat  memajukan rencananya pada tata kelola global jika kedua belah pihak, sebagai dua penghasil karbon terbesar di dunia, bisa bersatu," katanya.

Namun, pengamat lainnya menganjurkan tetap berhati-hati, memperingatkan bahwa AS mungkin kurang tulus dalam kerja sama yang sebenarnya. Nenggunakan langkah tersebut sebagai bagian dari strateginya untuk kembali berkuasa di komunitas internasional dan mendorong negara lain untuk berbagi tanggung jawab lebih dalam masalah ini.

Mereka percaya bahwa analogi diplomasi Ping-Pong terlalu dilebih-lebihkan karena kerja sama terbatas pada perubahan iklim dan AS masih tidak bersahabat dengan China dalam banyak masalah lainnya.  

Bagi para analis, AS masih tidak memiliki ketulusan dan rasa hormat untuk memperlakukan China dengan cara yang sama.

Para analis menyoroti, di saat yang sama dengan kunjungan Kerry ke China, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga juga mengunjungi Washington dan merilis pernyataan bersama dengan AS. Di dalam percakapan Jepang-AS, banyak membahas urusan internal China termasuk Taiwan, Hong Kong dan Xinjiang, dan mengirimkan nada yang sangat negatif ke China.

Pernyataan bersama hari Minggu dikeluarkan tepat setelah pembicaraan antara Xie Zhenhua, utusan khusus China untuk perubahan iklim, dan Utusan Presiden Khusus AS untuk Iklim John Kerry selama kunjungannya ke Shanghai dari Rabu hingga Sabtu.

Kerry adalah pejabat senior pemerintahan Biden pertama yang mengunjungi China.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kades Diminta Tetap Tenang Sikapi Penyesuaian Dana Desa

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:10

Demokrat Bongkar Operasi Fitnah SBY Tentang Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:08

KPK Dalami Dugaan Pemerasan dan Penyalahgunaan Anggaran Mantan Kajari HSU

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:01

INDEF: MBG sebuah Revolusi Haluan Ekonomi dari Infrastruktur ke Manusia

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:48

Pesan Tahun Baru Kanselir Friedrich Merz: Jerman Siap Bangkit Hadapi Perang dan Krisis Global

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:40

Prabowo Dijadwalkan Kunjungi Aceh Tamiang 1 Januari 2026

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:38

Emas Antam Mandek di Akhir Tahun, Termurah Rp1,3 Juta

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:26

Harga Minyak Datar saat Tensi Timteng Naik

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:21

Keuangan Solid, Rukun Raharja (RAJA) Putuskan Bagi Dividen Rp105,68 Miliar

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:16

Wacana Pilkada Lewat DPRD Salah Sasaran dan Ancam Hak Rakyat

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:02

Selengkapnya