Berita

Aksi protes atas penembakan Daunte Wright di Minnesota yang berujung kerusuhan/Net

Dunia

Reaksi NAACP Atas Penembakan Minnesota: Masa Polisi Tidak Bisa Bedakan Senjata Dan Taser?

SELASA, 13 APRIL 2021 | 14:06 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Penembakkan yang berujung kematian di Minnesota terhadap seorang pria kulit hitam di tangan aparat mengingatkan peristiwa tragis setahun lalu terhadap pria kulit hitam George Flyod.

Kebetulan, di saat yang sama, di dekat lokasi kejadian, orang-orang baru saja mengiktui jalannya persidangan Derek Chauvin, mantan petugas polisi Minneapolis yang mencekik leher Floyd dengan lututnya selama lebih dari 9 menit, setahun lalu.

Orang-orang pun bereaksi keras. Saat kesedihan belum hilang, peritiswa yang hampir sama kembali terjadi; kematian pria kulit hitam di tangan aparat hanya karena sebuah pelanggaran ringan.

Brooklyn Center, Minnesota, sebuah kota kecil di Hennepin County di mana Daunte Wright (20 tahun) terbunuh pada Minggu (11/4) saat ada razia lalu lintas, lokasinya hanya berjarak sekitar 10 mil dari tempat George Floyd dibunuh.

Menurut saksi mata, petugas dari Departemen Kepolisian Brooklyn Center menghentikan kendaraan Wright, memeriksa surat-surat kendaraannya atas laporan bahwa surat kendaraan Wright telah kadaluarsa. Wright sempat berhenti sebentar kemudian berusaha kabur.

Petugas memberi peringatan agar Wright berhenti, dan mengeluarkan 'taser'. Namun yang terjadi, justru tembakan yang keluar dari tangannya. Wright tewas seketika.

Sedangkan menurut kepala Polisi Pusat Brooklyn, Tim Gannon, dia yakin petugasnya, yang kemudian diidentifikasi bernama Kim Potter, bermaksud untuk mengambil taser-nya sebelum dia menembak Wright di dada, tetapi dia salah ambil.

Selama konferensi pers pada Senin sore, Gannon memberikan sudut pandangnya sebagi penegak hukum.

Begini menurutnya: Petugas menghentikan kendaraan Wright,  yang sedang berkendara dengan pacarnya, karena plat nomor yang sudah kadaluwarsa. Setelah diperiksa, petugas menemukan surat 'perintah luar biasa' untuk pelanggaran berat. Melihat itu, aparat kemudian menarik Wright dari dalam mobil untuk menahannya.

Rekaman Body-cam menunjukkan apa yang terjadi selanjutnya, yaitu Wright keluar dari sisi mobil dengan tangan berada di belakang punggung. Saat seorang petugas hendak memborgol tangannya, Wright tiba-tiba melepaskan diri dan melompat ke dalam mobil, ke kursi pengemudi, nampak akan kabur.

Petugas lain, yang mengenakan kamera body-cam mengarahkan senjata ke Wright yang berkelahi dengan petugas lain. Petugas ini berteriak, "Taser! Taser! Taser!”  Petugas itu kemudian melepaskan satu tembakan, yang ternyata bukan berasal dari Taser tetapi dari senjata api.

"Sial, aku baru saja menembaknya!" ujar petugas itu berteriak karena terkejut.

Wright sendiri berusaha lari dengan luka tembakan dan menabrak kendaraan lain.

Petugas pun berhasil menangkapnya lalu memberikan pertolongan pertama, sayang Wright tidak sempat diselamatkan.

Biro Penahanan Kriminal negara bagian sedang menyelidiki penembakan itu, dan petugas tersebut telah dibebastugaskan.

Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Orang Kulit Berwarna (NAACP) bereaksi keras atas peristiwa ini.

“Pikiran pertama saya adalah kemarahan dan amarah karena rasisme sistematis yang terjadi berulang kali,” kata PJ Hill, Wakil presiden NAACP.

“Terlepas dari apakah kita mengetahui faktanya, itu hanyalah orang kulit hitam lain yang terbunuh, dan ini berjalan jauh di dalam komunitas kita. Orang perlu memahami bahwa segala sesuatunya perlu diubah."

Ia mengatakan kekerasan terhadap kulit berwarna sudah ada sejak lama, bedanya, jaman sekarang sudah ada kamera sehingga setiap gerakan akan terlihat kebenarannya. Kebanyakan penduduk yakin aparat itu bersalah dan pembunuh Wright harus diadili.

Atas dugaan abhwa petugas  yang menembak dan membunuh Wright salah mengira senjata api miliknya adalah Taser, itu sangat tidak masuk akal. Masa polisi tidak bisa bedakan senjata dan taser, keluhnya.

"Jika seorang perwira tidak dapat membedakan antara senjata dan taser, mereka seharusnya tidak berada di luar sana," kata Hill.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Bentuk Unit Khusus Pidana Ketenagakerjaan, Lemkapi sebut Kapolri Visioner

Kamis, 02 Mei 2024 | 22:05

KPK Sita Bakal Pabrik Sawit Diduga Milik Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 21:24

Rakor POM TNI-Polri

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:57

Semarak Hari Kartini, Srikandi BUMN Gelar Edukasi Investasi Properti

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:50

KPK Sita Kantor Nasdem Imbas Kasus Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:46

Sesuai UU Otsus, OAP adalah Pribumi Pemilik Pulau Papua

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:33

Danone Indonesia Raih 3 Penghargaan pada Global CSR dan ESG Summit 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:21

Pabrik Narkoba di Bogor Terungkap, Polisi Tetapkan 5 Tersangka

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:15

Ahmed Zaki Harap Bisa Bermitra dengan PKB di Pilgub Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:50

PP Pemuda Muhammadiyah Gelar Tasyakuran Milad Songsong Indonesia Emas

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:36

Selengkapnya