Berita

Kementerian Luar Negeri Kamboja di Phnom Penh/Net

Dunia

Dituduh Langgar HAM, Kamboja Sentil Washington: Jangan Lupakan Dampak Pemboman Dalam Perang AS-Vietnam 1970-an

SELASA, 06 APRIL 2021 | 11:46 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Kerajaan Kamboja bereaksi keras terhadap laporan tahunan yang dikeluarkan Departemen Luar Negeri AS tentang situasi hak asasi manusia di berbagai negara, termasuk Kamboja.

Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Kamboja mengatakan laporan yang dirilis oleh Departemen Luar Negeri AS pada 30 Maret lalu, disusun secara sepihak dan sewenang-wenang dan tidak mencerminkan situasi hak asasi manusia yang sebenarnya di Kamboja.

Juru bicara kementerian juga mengungkapkan 'keprihatinan yang mendalam' tentang isi dokumen yang disebutnya 'sangat berat' bagi pemerintah saat ini.


AS dalam laporannya menyebut bahwa mereka telah mengamati impunitas hukum yang meluas di masyarakat Kamboja untuk orang-orang istimewa yang memiliki hubungan politik.

Mereka juga menuduh pemerintah Kamboja terus melanggar dan membatasi hak asasi manusia, kebebasan dan hak politik warga negara.

Menanggapi hal itu, kementerian luar negeri Kamboja mengatakan laporan itu kurang objektif dan menderita kekurangan serius dalam hal keakuratan data dan bahwa itu bergantung pada informasi yang sudah ketinggalan zaman.

"Laporan itu tidak mengambil pendekatan yang adil dalam penilaiannya dengan menggembungkan hak-hak tertentu atas yang lain," katanya dalam sebuah pernyataan pada tanggal 2 April, seperti dikutip dari Phnom Penh Post, Senin (5/4).

Kementerian menambahkan bahwa setiap lembaga pemerintah AS yang ingin mengkritik Kamboja tidak boleh melupakan hutang moral yang sangat besar yang harus dibayar AS kepada Kerajaan dan penduduknya yang tidak bersalah, yang menanggung pemboman udara tanpa pandang bulu selama perang AS-Vietnam pada tahun 1970-an.

Pernyataan kementerian lebih lanjut mengatakan AS tidak memenuhi prinsip bahwa kepemimpinan dalam hak asasi manusia harus dimulai di rumah dan bahwa laporan tahunan tidak mencakup catatan hak AS sendiri, yang menunjukkan keadaan penyangkalan diri tentang pelanggaran hak asasi manusia mereka sendiri.

'Keprihatinan tentang hak asasi manusia' dan menjadikan 'hak asasi manusia sebagai senjata' adalah tren yang tidak menguntungkan yang perlu dijaga dan dibatasi jika AS akan mempromosikan dan melindungi hak asasi manusia sebagai barang publik global.

Ini mengutip sekretaris jenderal PBB Antonio Guterres yang mengatakan: "Hak asasi manusia tidak boleh menjadi kendaraan untuk standar ganda atau alat untuk mengejar agenda tersembunyi." 

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya