Berita

Kapal-kapal China berada di dekat Whitsun Reef/Net

Dunia

Panggil Dubes China Soal Kapal Di LCS, Menhan Filipina: Saya Tidak Bodoh

MINGGU, 04 APRIL 2021 | 08:19 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Filipina naik pitam dengan ulah China yang semakin agresif di Laut China Selatan, lantaran puluhan kapalnya enggan pergi dari Whitsun Reef.

Manila pun akhirnya kembali memanggil Duta Besar China untuk Filipina untuk dimintai klarifikasi perihal masih adanya 44 kapal China di Julian Felipe Reef, sebutan Whitsun Reef oleh Filipina.

"Duta Besar China untuk Filipina punya banyak penjelasan yang harus dilakukan. Masih ada 44 kapal China yang berada di Julian Felipe Reef," ujar Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana, seperti dikutip ANI News, Sabtu (3/4).

Bulan lalu, Filipina mengumumkan pengerahan kapal angkatan laut tambahan ke Laut China Selatan setelah lebih dari 200 kapal China terlihat di Whitsun Reef yang masuk ke dalam zona ekonomi eksklusifnya (ZEE). Belakangan, Filipina pun melayangkan protes diplomatik atas masalah tersebut.

China berdalih, kapal-kapal itu berada di perairan yang disengketakan karena cuaca buruk. Namun alasan tersebut tidak diindahkan oleh Filipina.

"Saya tidak bodoh. Cuaca sejauh ini bagus, jadi mereka tidak punya alasan untuk melakukannya. tetap di sana. Kapal-kapal ini harusnya dalam perjalanan keluar," tegas Lorenzana.

Tindakan China dilaporkan telah menarik perhatian Amerika Serikat (AS) yang menyatakan keprihatinannya.

Dalam sebuah pernyataan bersama, penasihat  keamanan nasional AS dan Filipina mendesak China mematuhi tatanan maritim internasional berbasis aturan.

Kemudian Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga menyatakan dukungannya untuk Filipina yang mendesak China segera meninggalkan Whitsun Reef.

"Amerika Serikat berdiri bersama sekutu kami, Filipina, dalam menghadapi milisi maritim RRT yang berkumpul di Whitsun Reef. Kami akan selalu mendukung sekutu kami dan membela tatanan internasional berbasis aturan," kata Blinken.

Whitsun Reef termasuk dalam Kepulauan Spratly, yang wilayahnya diklaim oleh Brunei, Cina, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam.

China menganggap Kepulauan Spratly sebagai wilayahnya, meskipun ada putusan Pengadilan Arbitrase Permanen yang berbasis di Den Haag pada 2016, yang mengatakan tidak ada dasar hukum untuk klaim maritim China. Proses arbitrase dimulai oleh Filipina pada Januari 2013.

Populer

Rocky Gerung Ucapkan Terima Kasih kepada Jokowi

Minggu, 19 Mei 2024 | 03:46

Pengamat: Jangan Semua Putusan MK Dikaitkan Unsur Politis

Senin, 20 Mei 2024 | 22:19

Dulu Berjaya Kini Terancam Bangkrut, Saham Taxi Hanya Rp2 Perak

Sabtu, 18 Mei 2024 | 08:05

Produksi Film Porno, Siskaeee Cs Segera Disidang

Rabu, 22 Mei 2024 | 13:49

Topeng Mega-Hasto, Rakus dan Berbohong

Kamis, 23 Mei 2024 | 18:03

IAW Desak KPK Periksa Gubernur Jakarta, Sumbar, Banten, dan Jateng

Senin, 20 Mei 2024 | 15:17

Pj Gubernur Jabar Optimistis Polisi Mampu Usut Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

Kamis, 23 Mei 2024 | 06:48

UPDATE

Jabar Contoh Penggunaan Aplikasi Layanan Publik Terintegrasi

Selasa, 28 Mei 2024 | 07:55

5 Tersangka Pembuat Plat Nomor Palsu DPR Dicokok

Selasa, 28 Mei 2024 | 07:48

Dubes Najib: Geopolitik Global Dihadapkan pada Empat Titik Api

Selasa, 28 Mei 2024 | 07:45

Soal "Gantian Posisi Ketum", Megawati Sedang Cek Ombak

Selasa, 28 Mei 2024 | 07:36

Suzhou Kunlene, Perusahaan Film Packaging Indonesia yang Eksis dan Sukses di China

Selasa, 28 Mei 2024 | 07:07

Jabar Bisa Jadi Contoh Penggunaan Aplikasi Layanan Publik Terintegrasi

Selasa, 28 Mei 2024 | 06:33

Disdik DKI Bantah Jual Beli Bangku Kosong

Selasa, 28 Mei 2024 | 06:23

Cuaca Jakarta Diprediksi Cerah Berawan hingga Rabu Dini Hari

Selasa, 28 Mei 2024 | 06:13

Rasyidi Menunggu Perintah PDIP

Selasa, 28 Mei 2024 | 05:40

Ajaib Bagikan Bonus Tambahan 1 Persen dari Portofolio

Selasa, 28 Mei 2024 | 05:25

Selengkapnya