Berita

Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menandatangani perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif kedua negara di Teheran, 27 Maret 2021/Net

Dunia

China-Iran Sepakati Kemitraan Strategis Komprehensif, Hegemoni AS Berakhir?

MINGGU, 28 MARET 2021 | 07:08 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Penantian China dan Iran terbayarkan sudah. Setelah lebih dari lima tahun melakukan negosiasi, Beijing dan Teheran menandatangani perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif Iran-China.

Penandatanganan dilakukan oleh Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif di Teheran pada Sabtu (27/3).

Ada 20 pasal yang tertera dalam perjanjian itu, mencakup hubungan politik dan budaya, hingga keamanan dan pertahanan, serta kerja sama regional dan internasional.


Perjanjian itu juga akan meningkatkan lebih dari 10 kali lipat perdagangan bilateral kedua negara menjadi 600 miliar dolar AS per tahun. China berkomitmen investasi sebesar 400 miliar dolar AS untuk minyak, gas, petrokimia, hingga energi terbarukan Iran.

Dengan perjanjian itu, Iran juga masuk dalam genggaman Belt and Road Initiatives (BRI) China, dengan skema ambisius senilai lebih dari 1 triliun dolar AS untuk membangun infrastruktur yang menghubungkan China dengan Eropa dan Afrika.

Presiden Iran Hassan Rouhani memberikan pujian atas penandatanganan perjanjian itu dan menyatakan terima kasihnya kepada China atas dukungan terhadap Teheran, khususnya dalam menghadapi sanksi Amerika Serikat (AS).

Sementara itu, Zarif sendiri menggambarkan perjanjian itu sebagai peta jalan strategis 25 tahun yang bersejarah, seperti dikutip Sputnik.

Jurnalis investigasi independen Ben Norton menyebut kesepakatan itu sebagai tanda berakhirnya hegemoni AS atas Asia Barat.

Bloomberg juga menggambarkan penandatanganan kesepakatan itu sebagai tantangan bagi pemerintahan Joe Biden.

"Integrasi lebih dekat Iran dengan China dapat membantu menopang ekonominya melawan dampak (sanksi AS), sambil mengirimkan sinyal yang jelas kepada pemerintahan Biden tentang niat Teheran," tulis surat kabar itu.

Kesepakatan itu bermula dari kunjungan pertama kali Presiden Xi Jinping ke Teheran pada 2016. Setelah itu kedua negara melakukan negosiasi intens di belakang layar.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya