Berita

Kediaman Di Jalan Peneleh VII dii Jalan Peneleh VII, Kota Surabaya, Jawa Timur/RMOL

Politik

Tanggapi Permintaan Cicit HOS Tjokroaminoto, Agus Jabo: Prima Hanya Mengangkat Gagasan Tokoh-tokoh Nasional

SENIN, 15 MARET 2021 | 00:42 WIB | LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK

Keturunan tokoh pahlawan pergerakan nasional HOS Tjokroaminoto keberatan jika pendiri Syarikat Islam itu dijadikan ikon partai politik.

Hal tersebut dikatakan Aulia Tahkim Tjokroaminoto, cicit Di Jalan Peneleh VII menanggapi pertemuan antara Dewan Pimpinan Pusat Partai Rakyat Adil Makmur (DPP Prima) yang dipimpin Agus Jabo Priyono dan DPP Perkumpulan Syarikat Islam Indonesia (PSII) pimpinan Chalif Ibrahim, Rabu (10/3) lalu.

Willy, demikian sapaan Aulia Tahkim, mengapresiasi inisiatif Agus Jabo dan partainya untuk menjadikan gagasan HOS Tjokroaminoto sebagai inspirasi gerakan politik.


Namun, dia keberatan jika sosok eyang buyutnya dijadikan ikon partai politik. Menurut Willy, Tjokroaminoto adalah milik semua golongan, milik bangsa Indonesia.
 
Willy pun meminta Agus Jabo dan Prima tidak menjadikan sosok HOS Tjokroaminoto sebagai ikon partainya.
 
Menanggapi keberatan keturunan HOS Tjokroaminoto, Agus Jabo menyatakan menghormati permintaan tersebut. Namun, menurut Jabo terdapat kesalahpahaman terhadap niat dirinya dan Prima.
 
Jabo menyatakan, Prima sama sekali tidak hendak mengklaim sosok HOS Tjokroaminoto sebagai milik kelompoknya.

"Justru Prima mengangkat kembali, memperkenalkan kembali gagasan HOS Tjokroaminoto agar bisa menjadi gagasan bersama bangsa Indonesia, gagasan yang mempersatukan unsur-unsur progresif dalam memperjuangkan Indonesia adil makmur," kata Jabo kepada wartawan, Mingu (14/3).
 
Jabo menceritakan, PRD sebagai inisiator Prima dalam dekade terakhir berupaya menggali pemikiran para tokoh bangsa.
 
“Kami belajar bagaimana tokoh-tokoh bangsa kita dahulu, para perintis kebangkitan nasional, tidak menelan bulat-bulat filsafat progresif dan teori perjuangan dari bangsa-bangsa barat, tetapi berupaya membangun sintesis, mendudukkan filsafat dan teori-teori perjuangan itu ke dalam konteks masyarakat Indonesia,” jelasnya.
 
Sambungnya, Prima banyak belajar dari tokoh nasional seperti Sukarno, Tan Malaka, Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, Johanes Leimena, Amir Syarifuddin, dan tentu saja HOS Tjokoraminoto serta para tokoh bangsa lainnya.

"Dari pemikiran mereka kami sadar bahwa sosialisme, bahwa corak kehidupan ekonomi, politik, dan sosial budaya berbasis gotong royong itu adalah sejatinya jiwa orang Indonesia yang relijius. Jadi gagasan itu bukanlah barang asing,” katanya.
 
Jabo menyampaikan, maksud dirinya dan Prima mengangkat kembali gagasan-gagasan HOS Tjokroaminoto dan para tokoh bangsa lain memiliki dua tujuan.

Pertama untuk mengingatkan bangsa Indonesia bahwa sejatinya jiwa bangsa kita bukanlah liberal kapitalistik.
 
Tujuan yang kedua adalah mengajak insan politik Indonesia untuk kembali mengedepankan politik gagasan.

"Salah satu sebab politik Indonesia kian transaksional dan bersandar kepada pembiayaan oleh para oligark adalah karena para politisi sudah meninggalkan pentingnya gagasan-gagasan besar sebagai landasan berpolitik," tuturnya.
 
Jabo menegaskan dan memberi jaminan bahwa Prima tidak akan mengklaim sosok HOS Tjokroaminoto sebagai milik kelompoknya.

"Prima akan menyebarluaskan gagasan dan keteladanan perjuangan Tjokroaminoto, Sukarno, Hatta, Syahrir, Tan Malaka, dan tokoh bangsa lainnya agar menjadi kesadaran dan sumber keteladanan bersama kekuatan-kekuatan politik di Indonesia dan bangsa Indonesia secara keseluruhan," pungkasnya.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya