Berita

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono/Net

Politik

Pengamatan Qodari Dinilai Keliru, Andi Arief: Majelis Partai Itu Penjaga Amanat Kongres

MINGGU, 14 MARET 2021 | 13:26 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

Pernyataan pengamat politik dari Indobarometer, M. Qodari yang menilai AD/ART Partai Demokrat tidak demokratis dibantah oleh Kepala Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP Partai Demokrat Andi Arief.

M. Qodari menjelaskan bahwa kewenangan yang dimiliki ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, yang saat ini dijabat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dinilai telalu besar.  

“Ini keliru saudara-saudara sekalian,” ujarnya dalam sebuah video yang diterima redaksi, Minggu (14/3).


Dijelaskan Andi Arief bahwa dalam Partai Demokrat, kekuasaan tertinggi partai ada di kongres. Hasil kongres Partai Demokrat sejak 2010 telah memutuskan untuk diadakan forum majelis tinggi yang bertujuan untuk menjaga amanat kongres.

“Semua yang dipilih dan dihasilkan di kongres itu harus dijaga. Siapa itu? Yang pertama ketua umum. Kedua, AD/ART.  Ketiga keputusan keputusan lainnya,” tegas Andi Arief.

“Jadi dalam AD/ART Partai Demokrat, majelis tinggi partai fungsinya itu,” sambungnya.

Singkatnya, jika ingin diadakan Kongres Luar Biasa (KLB) atau rencana mengubah ADS/ART, maka majelis tinggi partai harus menjaga agar tidak terjadi penyelewengan pada pelaksanaan AD/ART dan keputusan-keputusan partai.

“Jadi tidak semudah itu bagi partai politik seperti Partai Demokrat pada waktu itu dan sekarang untuk mengubah dan memainkan hasil kongres,” tegasnya.

Qodari sebelumnya mengatakan bahwa ada tanda-tanda brutalitas politik dalam AD/ART Partai Demokrat 2020. Salah satu yang dia singgung adalah pelaksanaan KLB yang membutuhkan dukungan dari dua pertiga DPD, setengah DPC, dan harus disetujui ketua Majelis Tinggi.

“Padahal dalam kongres Majelis Tinggi suaranya hanya 9, DPD 68, lalu DPC 514 kabupaten kota. Jadi yang berkuasa itu sesungguhnya siapa? Apa pemilik suara atau mayoritas suara atau ketua majelis tinggi?” katanya.

“Kalau Pak Bambang Widjojanto melihat ada brutalitas demokrasi atau fenomena yang namanya brutalitas demokrasi, jangan-jangan brutalitas demokrasi terjadi di dalam AD/ART Partai Demokrat tahun 2020," demikian Qodari.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

KPK Usut Pemberian Rp3 Miliar dari Satori ke Rajiv Nasdem

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:08

Rasio Polisi dan Masyarakat Tahun 2025 1:606

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:02

Tilang Elektronik Efektif Tekan Pelanggaran dan Pungli Sepanjang 2025

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:58

Pimpinan DPR Bakal Bergantian Ngantor di Aceh Kawal Pemulihan

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:47

Menag dan Menko PMK Soroti Peran Strategis Pendidikan Islam

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:45

Jubir KPK: Tambang Dikelola Swasta Tak Masuk Lingkup Keuangan Negara

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:37

Posko Kesehatan BNI Hadir Mendukung Pemulihan Warga Terdampak Banjir Bandang Aceh

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:32

Berikut Kesimpulan Rakor Pemulihan Pascabencana DPR dan Pemerintah

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:27

SP3 Korupsi IUP Nikel di Konawe Utara Diterbitkan di Era Nawawi Pomolango

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:10

Trump ancam Hamas dan Iran usai Bertemu Netanyahu

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:04

Selengkapnya