Kelompok Houthi mengumumkan bahwa mereka menolak rencana gencatan senjata yang diumumkan utusan khusus AS untuk Yaman, Timothy Lenderking. Penolakan ini merupakan kemunduran bagi upaya mengakhiri konflik Yaman, menempatkan negara yang dilanda perang sejak lama itu ke dalam situasi yang lebih berbahaya.
Juru bicara kelompok yang didukung Iran tersebut, Mohammed Abdul-Salam, bahwa proposal Amerika untuk gencatan senjata nasional 'tidak ada artinya dan mewakili visi Saudi dan PBB'.
"Tidak ada yang baru tentang proposal tersebut dan itu mencerminkan sudut pandang Arab Saudi dan PBB," katanya, menurut laporan yang disiarkan oleh Al- Masirah TV, seperti dikutip dari
Anadolu Angency, Sabtu (13/3).
Dengan alasan bahwa proposal tersebut adalah spiral yang akan mengembalikan blokade melalui sarana diplomatik, dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa rencana AS adalah konspirasi.
Abdul-Salam lebih lanjut mengatakan Houthi dengan senang hati akan mengakui kesepakatan gencatan senjata jika AS serius untuk mengakhiri serangan dan blokade.
Lenderking memulai tur Teluk pada 22 Februari lalu, di mana dia diproyeksikan untuk menghubungi pejabat pemerintah tingkat tinggi untuk mencari solusi atas krisis di Yaman. Dia dilaporkan bertemu Abdul-Salam pada 26 Februari di Oman.
Yaman telah dilanda kekerasan dan ketidakstabilan sejak 2014, ketika pemberontak Houthi menguasai sebagian besar negara, termasuk ibu kota Sanaa.