Berita

Ilustrasi vaksin Covid-19/Net

Kesehatan

Komisi IX Mendesak Kepala BPOM Restui Uji Klinis II Vaksin Nusantara

KAMIS, 11 MARET 2021 | 01:41 WIB | LAPORAN: DARMANSYAH

Komisi IX DPR RI memaksa Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Penny Lukito memberikan izin pelaksanaan uji klinis II dan III Vaksin Nusantara yang digagas Terawan Agus Putranto.

Para anggota komisi juga mendesak BPOM tidak mempersulit pengembangan Vaksin Nusantara yang sedang diteliti di Universitas Diponegoro, Semarang.

Anggota Komisi IX dari Fraksi PDIP, Rahmad Handoyo mengatakan, sejauh ini pihaknya merasa perizinan Vaksin Nisantara dipersulit.

“Padahal hasil uji klinis fase I menunjukkan tidak ada efek samping serius yang terjadi terhadap para 30 relawan,” ujarnya dalam rapat dengar pendapat di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (10/3).

Selain Kepala BPOM, rapat dihadiri Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro, Wakil Menkes Dante Saksono Harbuwono, Kepala Lembaga Biologi Molekular (LBM) Eijkman, Amin Soebandrio dan mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.

Rahmad membandingkan upaya pengadaan vaksin dari perusahaan farmasi negara lain yang lancar seperti Sinovac dari China dan AstraZeneca dari Inggris.

“Sepatutnya negara mendorong pengadaan vaksin hasil karya anak bangsa. Salah satunya Vaksin Nusantara yang digagas Terawan Agus Putranto,” kata dia.

Senada dengan Rahmad, anggota Komisi IX dari Fraksi PAN, Saleh Partaonan Daulay juga mendesak BPOM tidak menghambat Vaksin Nusantara. Menurut Saleh, persoalan menyangkut komite etik tidak seharusnya menghentikan proses pengembangan vaksin dalam negeri tersebut.

Desakan agar Vaksin Nusantara segera diberikan persetujuan uji klinis fase II juga disampaikan anggota Komisi IX dari Fraksi Golkar, Dewi Asmara.

Dia mengaku bingung dengan respons pihak-pihak tertentu dengan adanya Vaksin Nusantara. Padahal vaksin tersebut layak diapresiasi karena merupakan hasil penelitian anak bangsa.

"Mengapa semua sekarang seperti alergi tidak mau membicarakan Vaksin Nusantara. Jangan seolah-olah jadi diskriminatif bahwa ini sesuatu yang abal-abal, enggak benar dan sebagainya," tegas Dewi.

Populer

Bikin Resah Nasabah BTN, Komnas Indonesia Minta Polisi Tangkap Dicky Yohanes

Selasa, 14 Mei 2024 | 01:35

Massa Geruduk Kantor Sri Mulyani Tuntut Pencopotan Askolani

Kamis, 16 Mei 2024 | 02:54

Ratusan Tawon Serang Pasukan Israel di Gaza Selatan

Sabtu, 11 Mei 2024 | 18:05

Siapa Penantang Anies-Igo Ilham di Pilgub Jakarta?

Minggu, 12 Mei 2024 | 07:02

KPK Juga Usut Dugaan Korupsi di Telkom Terkait Pengadaan Perangkat Keras Samsung Galaxy

Rabu, 15 Mei 2024 | 13:09

Alvin Lim Protes Izin Galangan Kapal Panji Gumilang

Sabtu, 11 Mei 2024 | 15:56

Aroma PPP Lolos Senayan Lewat Sengketa Hasil Pileg di MK Makin Kuat

Kamis, 16 Mei 2024 | 14:29

UPDATE

Dulu Berjaya Kini Terancam Bangkrut, Saham Taxi Hanya Rp2 Perak

Sabtu, 18 Mei 2024 | 08:05

Kementerian BUMN Rombak Susunan Direksi ID FOOD

Sabtu, 18 Mei 2024 | 07:47

Agar Ekonomi Indonesia di Triwulan II Tetap Tumbuh, DPR Ingatkan untuk Lakukan Hal Ini

Sabtu, 18 Mei 2024 | 07:35

Dukung Penuh Pengurus LP3KN, Menag RI Umumkan Rencana Kedatangan Paus Fransiskus

Sabtu, 18 Mei 2024 | 07:34

Iuran BPJS Tidak Berubah Meski Sistem Kelas Dihapus

Sabtu, 18 Mei 2024 | 07:14

Resmi, Massimiliano Allegri Bukan Lagi Pelatih Juventus

Sabtu, 18 Mei 2024 | 07:12

Ayah Mendiang Eki Doakan Pelaku Pembunuhan Vina Cirebon Segera Ditangkap

Sabtu, 18 Mei 2024 | 06:54

Hendropriyono Yakin Prabowo Lanjutkan IKN

Sabtu, 18 Mei 2024 | 06:35

Percetakan di Banda Aceh Meringis jadi Korban Janji Manis Caleg

Sabtu, 18 Mei 2024 | 06:16

Hendropriyono: Demokrasi Pancasila Tidak Mengenal Oposisi

Sabtu, 18 Mei 2024 | 05:55

Selengkapnya