Berita

Massa yang terdiri dari pelajar dan mahasiswa dalam aksi protes kudeta Myanmar/Net

Dunia

Konflik Myanmar Dan Jalan Buntu Dewan Keamanan PBB

SABTU, 06 MARET 2021 | 16:29 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Dewan Keamanan PBB tidak dapat menyetujui pernyataan bersama tentang tindakan keras militer Myanmar yang semakin berdarah terhadap para pembangkang pro-demokrasi, dalam sebuah pertemuan tertutup yang digelar pada Jumat (5/3).

Pertemuan tertutup badan yang ditugasi untuk memastikan perdamaian dan stabilitas internasional itu,  berakhir tanpa pernyataan apa pun, meskipun ada seruan dari AS dan anggota lainnya untuk membentuk front persatuan guna mengatasi krisis yang saat ini terjadi di Myanmar.

Dua anggota tetap DK PBB yang sama-sama memiliki hak veto, Rusia dan China, sebelumnya telah menyuarakan pendapat untuk mendukung non-campur tangan, menggambarkan situasi yang semakin mengerikan sebagai urusan internal.

Sementara, Christine Schraner Burgener, utusan khusus PBB untuk Myanmar, meminta negara-negara anggota untuk bertindak selama sesi tertutup, seraya memperingatkan bahwa harapan rakyat negara itu 'memudar'.

"Saya telah mendengar langsung permohonan putus asa - dari para ibu, pelajar, dan orang tua - saya menerima setiap hari sekitar 2.000 pesan, untuk tindakan internasional untuk membalikkan serangan yang jelas terhadap keinginan rakyat Myanmar dan prinsip-prinsip demokrasi," katanya kepada dewan, seperti dikutip dari Anadolu Agency, Sabtu (6/3).

"Persatuan Anda dibutuhkan lebih dari sebelumnya," ujarnya.

 Inggris, yang meminta sesi Jumat, mengatakan tak lama setelah pertemuan itu bahwa penting bagi dewan "untuk berbicara dalam satu suara," dan mengatakan akan "mempertimbangkan tindakan lebih lanjut melalui Dewan Keamanan dalam beberapa hari mendatang."

Tentara Myanmar merebut kekuasaan pada 1 Februari, menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi dan mengakhiri eksperimen singkat negara itu dengan pemerintahan demokratis.

Protes anti-kudeta besar-besaran di seluruh negeri telah menyebabkan tindakan keras militer dengan puluhan korban berjatuhan dan ratusan lainnya ditangkap.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Terobosan Baru, Jaringan 6G Punya Kecepatan hingga 100 Gbps

Selasa, 07 Mei 2024 | 12:05

172 Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiah Serentak Gelar Aksi Bela Palestina Kutuk Israel

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:54

Usai Terapkan Aturan Baru, Barang Kiriman TKI yang Tertahan di Bea Cukai Bisa Diambil

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:37

MK Dalami Pemecatan 13 Panitia Pemilihan Distrik di Puncak Papua ke Bawaslu dan KPU

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:29

Tentara AS dan Pacarnya Ditahan Otoritas Rusia

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:18

Kuasa Pemohon dan Terkait Sama, Hakim Arsul: Derbi PHPU Seperti MU dan City

Selasa, 07 Mei 2024 | 11:11

Duet PDIP-PSI Bisa Saja Usung Tri Risma-Grace Natalie di Pilgub Jakarta

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:56

Bea Cukai Bantah Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:37

Pansel Belum Terbentuk, Yenti: Niat Memperkuat KPK Gak Sih?

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:35

Polri: Gembong Narkoba Fredy Pratama Kehabisan Modal

Selasa, 07 Mei 2024 | 10:08

Selengkapnya