Berita

Gedung pemerintahan Amerika Serikat/Net

Dahlan Iskan

Barikade Made In China

JUMAT, 05 MARET 2021 | 05:17 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

SUDAH dua bulan barikade itu belum dibongkar. Gedung Kongres Amerika, Capitol, masih terus seperti dalam keadaan darurat. Pagar tinggi masih mengelilinginya. Penghalang jalan masih terpasang. Terutama di jalan menuju Capitol.

Kesannya: ibukota Amerika seperti tidak aman. Seperti di beberapa ibu kota negara miskin. Juga mengingatkan kita pada keadaan Jakarta pada saat-saat tertentu.

Anggota Kongres mulai mempersoalkan itu. "Kapan semua itu disingkirkan?" tanya anggota Kongres dari Partai Republik.


Sepanjang pagar itu belum dicopot, ingatan orang masih ke peristiwa 6 Januari lalu. Ketika pendukung Presiden Trump menduduki gedung yang juga menjadi simbol demokrasi itu.

Citra Partai Republik sangat terganggu oleh peristiwa itu. Apalagi kalau barikade itu masih terpasang. Setiap yang lewat akan melihat pagar itu. Langsung pula ingat Partai Republik.

Akhirnya keluar keterangan resmi. Pagar dan barikade itu belum akan dibongkar. Pihak keamanan Amerika masih melihat ada ancaman nyata: dari ekstrem kanan�"kelompok supremasi kulit putih.

Bahkan menurut keterangan pihak keamanan, mereka akan menyerbu lagi Capitol. Tanggalnya pun bisa dideteksi: 4 Maret 2021 �"dua bulan setelah pendudukan 6 Januari.

Kepolisian Amerika mendapat indikasi kuat soal penyerangan itu. Yakni dari lalu-lintas percakapan di media sosial, yang dilakukan di antara kelompok supremasi kulit putih. Mereka menggunakan kode-kode bahasa tertentu.

Intinya: mereka akan menyerbu Capitol lagi, menyingkirkan anggota Kongres dari Partai Demokrat dan melantik Donald Trump sebagai presiden.

Tentu banyak yang tidak percaya ancaman itu. Seperti guyon saja. Atau ejekan. Bahkan mungkin sekedar untuk mengecoh petugas keamanan.

Buktinya, mendekati tanggal 4 Maret 2021, tidak ada gerakan manusia menuju Washington DC. Tidak ada juga kelompok  yang mengerahkan massa menuju ibukota. Ini sangat berbeda dengan situasi menjelang tanggal 6 Januari lalu.

Tapi mengapa dipilih tanggal 4 Maret?

Saya terus memonitor laporan media dari sana. Pendukung Trump ternyata masih ada yang percaya: Donald Trump akan dilantik jadi presiden Amerika tanggal 4 Maret ini (tadi malam WIB).

Mereka menilai pelantikan Joe Biden tanggal 20 Januari lalu tidak sah. Menurut konstitusi Amerika yang asli, tanggal pelantikan Presiden Amerika itu harus 4 Maret. Mereka tidak mau tahu bahwa konstitusi tersebut sudah berubah di tahun 1933.

Rupanya pihak keamanan tidak mau ambil risiko. Setidaknya tidak mau kecolongan. Apalagi di antara anggota Kongres masih saja saling bermusuhan.

Maka pagar dan barikade di Capitol itu masih akan dipertahankan. Mungkin sampai minggu depan. Setelah semua isu tadi tidak terbukti.

Trump sendiri tetap jadi bintang di Partai Republik. Ia masih dielu-elukan. Itu terlihat ketika Trump tampil di konferensi konservatif di Orlando Minggu lalu.

Saat itu Trump disambut secara khusus. Termasuk pemasangan patung emas Trump di lobi gedung pertemuan.

Bahkan ketika Trump tampil di podium, ia tidak bisa langsung berpidato. Ia dielu-elukan begitu hebat. Disiapkan lagu khusus sebagai pengantar pidato.

"Banyak yang menghendaki saya mendirikan partai baru," ujar Trump. "Tapi untuk apa?" tambahnya. "Kita sudah punya Partai Republik," katanya.

Berarti isu akan adanya partai baru sudah pasti tidak akan jadi kenyataan. Kudeta partai pun juga tidak terpikirkan.

Tinggal apakah Trump benar-benar akan mencalonkan diri lagi di tahun 2024.

Trump tetap saja sangat populer. Demikian juga patung emas yang dipasang itu. Waktu konferensi itu berlangsung mereka memuji kehebatan patung itu.

Tiga hari setelah konferensi ditutup patung itu lebih terkenal lagi: ternyata patung emas itu made in China.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

UNJ Gelar Diskusi dan Galang Donasi Kemanusiaan untuk Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:10

Skandal Sertifikasi K3: KPK Panggil Irjen Kemnaker, Total Aliran Dana Rp81 Miliar

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:04

KPU Raih Lembaga Terinformatif dari Komisi Informasi

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:41

Dipimpin Ferry Juliantono, Kemenkop Masuk 10 Besar Badan Publik Informatif

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:13

KPK Janji Usut Anggota Komisi XI DPR Lain dalam Kasus Dana CSR BI-OJK

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:12

Harga Minyak Turun Dipicu Melemahnya Data Ekonomi China

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:03

Kritik “Wisata Bencana”, Prabowo Tak Ingin Menteri Kabinet Cuma Gemar Bersolek

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:56

Din Syamsuddin Dorong UMJ jadi Universitas Kelas Dunia di Usia 70 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:54

Tentang Natal Bersama, Wamenag Ingatkan Itu Perayaan Umat Kristiani Kemenag Bukan Lintas Agama

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:46

Dolar AS Melemah di Tengah Pekan Krusial Bank Sentral

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:33

Selengkapnya