Berita

Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI), Arya Kharisma Hardy/Rerpo

Politik

Kondisi Bangsa Di Mata Ketum PB HMI: Sistem Politik Orde Lama Hingga Modus Gerakan Penguasaan Aset Umat Islam

SELASA, 02 MARET 2021 | 20:02 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Suara lantang kelompok pelajar dalam menyikapi kondisi Bangsa hari ini kembali mengemuka di publik. Salah satunya yang disampaikan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI).

Ketua Umum PB HMI, Arya Kharisma Hardy, mengungkap hal tersebut dalam Acara Dies Natalis HMI ke-74 yang dihadiri Kapolri Jendral Listyo Sigit Prabowo dan sejumlah menteri kabinet Indonesia Maju, pada pertengahan bulan Februari lalu.

Namun, pernyataan Arya ini didapat Kantor Berita Politik RMOL dalam sebuah video berdurasi 2 menit 46 detik yang beredar di media sosial, Selasa (2/3), dengan judul video "Ketum PB HMI Mengkritik Rezim Jokowi Dihadapan Kapolri dan Para Menteri".


Di awal video tersebut Arya memaparkan situasi geo politik Indonesia saat ini, yang menurutnya masih mengerucut pada isu pergesaran ideologi lintas negara.

"Fenomena politik hari ini tak banyak berbeda dengan fakta sejarah skema demokrasi era orde lama, yang terobsesi dengan sistem demokrasi terpimpin," ujar Arya.

Arya melanjutkan, situasi geo politik semacam itu membikin ketegangan ideologi berubah pada peristiwa berdarah di banyak pesantren hingga masjid yang justru melibatkan oknum-oknum disekitar kekuasaan.

"Tema radikalisme menjadi salah satu alat propaganda paling menguntungkan dan efektif bagi sedikit kelompok kiri untuk menyudutkan kelompok Islam," katanya.

Bahkan, Arya menilai realitas politik saat ini tengah di setir segelintir elit yang juga dimainkan oligarki, dan cendrung menghalalkan segala cara, sehingga menyeret bangsa ini terjebak dalam pertengkaran global dengan secara perlahan mengorbankan kedaulatan serta kepentingan nasional.

Bagian paling miris menurut Arya, rezim menggunakan politik adu domba yang merupakan cara paling keji dan diagendakan oleh para pegiat komunisme yang belum disadari oleh anak-anak bangsa.

"Sebagai entitas mayoritas hari ini Islam benar-benar terjebak dalam konstalasi perebutan kekuasaan yang hanya memanfaatkan partisipasi politik secara tidak hormat," tutur Arya.

"Mungkin inilah masa yang dimetaforakan baginda Rasulullah SAW, bahwa akan ada suatu masa umat Islam hanya seperti buih di lautan, banyak namun ringan dan tak berisi, hingga dengan mudahnya terombang-ambing oleh ombak dan badai peradaban," sambungnya.

Bentuk paling nyata dari hal tersebut, disampaikan Arya, adalah keberadaan ormas-ormas Islam yang tidak mampu merajut kembali keterputusan tali persaudaraan Islam.

"Mereka justru secara terang-terangan menunjukkan kebisuan dan tegak berdiri di baris kekuasaan," tegasnya.

Dalam kondisi seperti ini, Arya memandang umat Islam Indonesia sangat rentan dengan adu domba dan seringkali menjadi korban pertarungan dan konvergensi lintas mazhab dan pemikiran.

Kondisi Islam politik yang sedemikain rapuh dan semakin tak diperhitungkan peran serta pengaruhnya ini, disimpulkan Arya, karena kepemimpinan nasional dikendalikan oleh orang yang tidak memiliki komitmen yang tinggi dalam membangun Bangsa.

Karenanya, dia menggambaran kondisi hari ini sebagai era geliat ekonomi dan gerakan politik umat Islam yang di kontrol secara ketat dan ditiadakan eksistensinya.

"Tidak jarang banyak ulama yang harus menanggung resiko dakwah dengan delik hukum sarat diskriminasi. Bahkan tanpa ragu, aset kekuasaan umat Islam hendak di jarah dengan modus gerakan wakaf," demikian Arya menutup.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Berjuang Bawa Bantuan Bencana

Kamis, 04 Desember 2025 | 05:04

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

UPDATE

PIP Berubah Jadi Kartu Undangan Kampanye Anggota DPR

Senin, 15 Desember 2025 | 06:01

Perpol versus Putusan MK Ibarat Cicak versus Buaya

Senin, 15 Desember 2025 | 05:35

Awas Revisi UU Migas Disusupi Pasal Titipan

Senin, 15 Desember 2025 | 05:25

Nelangsa Dipangku Negara

Senin, 15 Desember 2025 | 05:06

Karnaval Sarendo-Rendo Jadi Ajang Pelestarian Budaya Betawi

Senin, 15 Desember 2025 | 04:31

Dusun Bambu Jual Jati Diri Sunda

Senin, 15 Desember 2025 | 04:28

Korupsi di Bandung Bukan Insiden Tapi Tradisi yang Dirawat

Senin, 15 Desember 2025 | 04:10

Rektor UI Dorong Kampus Ambil Peran Strategis Menuju Indonesia Kuat

Senin, 15 Desember 2025 | 04:06

Hutan Baru Dianggap Penting setelah Korban Tembus 1.003 Jiwa

Senin, 15 Desember 2025 | 03:31

Jangan Keliru Tafsirkan Perpol 10/2025

Senin, 15 Desember 2025 | 03:15

Selengkapnya