Berita

Xi Jinping mengumumkan bahwa China berhasil memenangkan pertempuran melawan kemiskinan ekstremm/Net

Dunia

Belajar Dari China, Memberantas Kemiskinan Ekstrem Tidak Semudah Membalikan Telapak Tangan

MINGGU, 28 FEBRUARI 2021 | 15:09 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

China berhasil mencapai "keajaiban ekonomi" dalam memberantas kemiskinan ekstrem di negara tersebut. Begitu kata Presiden China Xi Jinping dalam sebuah upacara di Beijing pada Kamis lalu (25/2). Dia mengumumkan bahwa selama periode delapan tahun, tercatat ada hampir 100 juta orang yang telah berhasil keluar dari kemiskinan di negeri tirai bambu tersebut.

"Tugas berat untuk memberantas kemiskinan ekstrim telah terpenuhi," kata Xi dalam pidatonya.

"Menurut kriteria saat ini, seluruh 98,99 juta penduduk pedesaan yang miskin telah keluar dari kemiskinan, dan 832 kabupaten yang dilanda kemiskinan serta 128 ribu desa telah dikeluarkan dari daftar kemiskinan," sambungnya.

Pernyataan Xi itu sejalan dengan target ambisius yang dia terapkan ketika awal memimpin negara tersebut. Diketahui bahwa memberantas kemiskinan pedesaan telah menjadi inisiatif utama Xi sejak dia berkuasa pada 2012.

Oleh karena itu, pencapaian ini agaknya layak mendapatkan standing applause, karena jelas bukan hal yang mudah untuk direalisasikan.

Selain itu, tidak ada salahnya untuk melihat lebih dekat klaim Xi tersebut demi mempelajari bagaimana China berhasil mengklaim kemenangan atas upaya pemberantasan kemiskinan ekstrem tersebut.

Angka Kemiskinan Di China

Mengutip analisa yang dimuat oleh BBC akhir pekan ini, disebutkan bahwa "kemiskinan" didefinisikan oleh China sebagai siapa pun di daerah pedesaan yang berpenghasilan kurang dari sekitar 2,30 dolar AS per hari (disesuaikan dengan inflasi). Angka itu telah ditetapkan pada tahun 2010 dan melihat, bukan hanya pada pendapatan, tetapi juga pada kondisi kehidupan, perawatan kesehatan dan pendidikan.

Provinsi-provinsi di negara tersebut berlomba untuk mencapai tujuan itu, salah satunya adalah Jiangsu. Pemerintah provinsi tersebut mengumumkan pada Januari tahun lalu bahwa hanya 17 dari 80 juta penduduknya yang masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Tolok ukur nasional yang digunakan oleh pemerintah China itu sendiri (2,30 dolar AS per hari), menurut komparasi yang dilakukan oleh BBC, sedikit lebih tinggi dari garis kemiskinan 1,90 dolar AS per hari yang digunakan oleh Bank Dunia untuk melihat kemiskinan secara global.

Jika mau menengok sedikit ke belakang, merujuk pada data Bank Dunia, pada tahun 1990, tercatat ada lebih dari 750 juta orang di China yang hidup di bawah garis kemiskinan internasional. Jumlah ini setara dengan sekitar dua pertiga dari populasi.

Kemudian pada 2012, angka itu turun menjadi di bawah 100 juta.

Lalu pada tahun 2016, yang merupakan tahun terakhir di mana angka-angka Bank Dunia tersedia, angka kemiskinan di China turun drastis. Pada saat itu, jumlah orang yang hidup di bawah garis kemiskinan di China tercatat ada 7,2 juta orang, atau sekitar 0,5 persen dari populasi.

Jelas terlihat bahwa bahkan pada tahun 2016 saja, China sudah dalam jalur yang tepat dalam perjalanan untuk mencapai targetnya. Sehingga tidak heran jika Xi kini mengklaim bahwa China berhasil memberantas kemiskinan ekstrem.

Keajaiban Ekonomi China

Merosotnya angka kemiskinan di China tidak dilakukan dalam satu malam. Prosesnya pun tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Pengurangan kemiskinan yang cepat di China berjalan seiring dengan periode pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di negara tersebut. Sebagian besar fokusnya berada di daerah pedesaan termiskin.

Pemerintah China kerap merelokasi jutaan orang dari desa terpencil ke kompleks apartemen, yang kadang dibangun di kota-kota besar, tetapi kadang juga dibangun di desa baru, dekat dengan desa lama. Tujuannya adalah untuk menggerakan industri atau roda perekonomian.

"Tidak diragukan lagi sesuatu yang benar-benar luar biasa telah terjadi selama 40 tahun terakhir," kata seorang ekonom David Rennie seperti dikabarkan BBC.

Namun, keberhasilan membawa warga keluar dari kemiskinan tidak hanya bergantung pada pemerintah.

"Warga China, dengan bekerja sangat keras, mengangkat diri mereka dari kemiskinan," sambungnya.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Viral Video Mesum Warga Binaan, Kadiv Pemasyarakatan Jateng: Itu Video Lama

Jumat, 19 April 2024 | 21:35

UPDATE

Satgas Judi Online Jangan Hanya Fokus Penegakkan Hukum

Minggu, 28 April 2024 | 08:06

Pekerja Asal Jakarta di Luar Negeri Was-was Kebijakan Penonaktifan NIK

Minggu, 28 April 2024 | 08:01

PSI Yakini Ekonomi Indonesia Stabil di Tengah Keriuhan Pilkada

Minggu, 28 April 2024 | 07:41

Ganjil Genap di Jakarta Tak Berlaku saat Hari Buruh

Minggu, 28 April 2024 | 07:21

Cuaca Jakarta Hari Ini Berawan dan Cerah Cerawan

Minggu, 28 April 2024 | 07:11

UU DKJ Beri Wewenang Bamus Betawi Sertifikasi Kebudayaan

Minggu, 28 April 2024 | 07:05

Latihan Evakuasi Medis Udara

Minggu, 28 April 2024 | 06:56

Akibat Amandemen UUD 1945, Kedaulatan Hanya Milik Parpol

Minggu, 28 April 2024 | 06:26

Pangkoarmada I Kunjungi Prajurit Penjaga Pulau Terluar

Minggu, 28 April 2024 | 05:55

Potret Bangsa Pasca-Amandemen UUD 1945

Minggu, 28 April 2024 | 05:35

Selengkapnya