Berita

Aksi protes Myanmar/Net

Dunia

Aktivis Myanmar: Kami Menentang Dan Mengutuk Indonesia Atas Rencana Mengirimkan Utusan Ke Burma

RABU, 24 FEBRUARI 2021 | 08:14 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Kelompok aktivis yang berbasis di Myanmar, The Future Nation Alliance, menyatakan protesnya terkait rencana kunjungan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi ke Myanmar.

Menlu Retno dikabarkan akan melakukan kunjungan beberapa jam di Ibu Kota Naypyitaw pada Kamis (25/2). Itu berarti kunjungan Menlu Retno akan menjadi kunjungan  perwakilan asing pertama ke Myanmar sejak terjadinya kudeta pada 1 Februari.

Laporan Reuters itu mengutip sebuah dokumen dari Kementerian Transportasi Myanmar tertanggal 23 Februari dan seorang pejabat yang mengonfirmasi bahwa surat tersebut adalah otentik.
The Future Nation Alliance, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kunjungan Retno akan 'sama saja dengan mengakui junta militer'.

The Future Nation Alliance, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kunjungan Retno akan 'sama saja dengan mengakui junta militer'.

Kelompok itu menuntut pejabat asing bertemu dengan Htin Lin Aung, Perwakilan khusus dari Pyidaungsu Hluttaw (CRPH), yang dibentuk oleh anggota parlemen yang digulingkan dan telah ditunjuk sebagai 'satu-satunya pejabat yang bertanggung jawab untuk hubungan luar negeri'.

"Kami sangat menentang dan mengutuk Indonesia karena mengirimkan utusan pemerintah ke Burma untuk komunikasi resmi dengan rezim kudeta," kata pernyataan itu.

Kabar bahwa Menlu Retno telah menggalang dukungan di Indonesia untuk pertemuan khusus tentang Myanmar dan memastikan para jenderal mengadakan pemilihan yang adil dan inklusif telah dibantah oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah.

Indonesia berupaya mencari penyelesaian damai di Myanmar yang bersifat proses politik demokrasi inklusif yang melibatkan semua pihak.

"Posisi Indonesia tidak pernah berubah, posisi Indonesia tetap sama," tegas Teuku Faizasyah, dalam keterangan pers virtual Kemlu.

Indonesia telah menjadi sorotan di Myanmar terkait pemberitaan Reuters bahwa pemerintah mengusulkan agar ASEAN mengirim pengawas untuk memastikan pemilu yang akan digelar pemerintahan junta berlangsung adil.

Para aktivis serta warga Myanmar tak menginginkan adanya pemilu baru, melainkan mendesak militer untuk mengembalikan pemerintahan sipil yang dikudeta.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya