Berita

Presiden Rusia Vladimir Putin/Net

Dunia

Kemarahan Putin Atas Penutupan Tiga Saluran TV Berbahasa Rusia Di Ukraina

KAMIS, 18 FEBRUARI 2021 | 05:47 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Penutupan tiga saluran televisi Rusia yang dilakukan Ukraina sejak awal Februari lalu adalah standar ganda tentang kebebasan berekspresi. Lucunya, ketika hak itu terjadi di depan mata, semua orang, bahkan negara-negara yang selama ini meneriakkan kebebasan berekspresi, hanya bisa diam.

Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan hal itu dalam konferensi pers dengan para pemimpin fraksi pada Rabu (17/2). Ia juga menyoroti upaya Ukraina -yang disebutnya sebagai lawan- terus menerus menyerang Rusia.

"Mengenai kebebasan berekspresi, semuanya jelas bagi kami. Yang disebut standar ganda telah menjadi sangat jelas akhir-akhir ini, dan tidak ada keraguan tentang bagaimana yang disebut lawan bekerja melawan kami," kata Putin, seperti dikutip dari Tass.


"Di Ukraina, mereka baru saja menutup tiga saluran TV terkemuka. Begitu saja, hanya dengan goresan pena. Dan semua orang diam. Apalagi, ada yang dengan senang hati menepuk bahu mereka," kata Putin.

Ketika hal itu terjadi, tak ada seorang pun yang berkomentar. Tidak ada yang bisa berbicara, kata Putin.  Penutupan tiga saluran televivi itu hanyalah alat untuk mencapai tujuan geopolitik, dan menyerang Rusia.

Sama halnya dengan yang terjadi di Latvia. Negara itu menargetkan 16 outlet media Rusia dalam satu serangan, dan semua pihak diam. Putin sangat menyayangkan tak ada reaksi sedikit pun dari pihak Barat.

"Di mana negara-negara Barat yang selama ini selalu mencari kebenaran?" sindir Putin.

"Mengapa mereka tidak berkomentar tentang apa yang terjadi di Eropa dalam hal kebebasan berekspresi? Tidak ada komentar. Seolah-olah semuanya baik-baik saja dengan 'anggapan melawan propaganda', sementara apa yang mereka lakukan sendiri bukanlah propaganda," kata Putin.

Rusia perlu mengingat hal ini kepada semua pihak. Peristiwa-peristiwa seperti itu sudah terlalu sering terjadi dan tidak ada tanggapan.

Pada 3 Februari lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah menutup tiga saluran tivi berbahasa Rusia yang ada di Ukraina. Saluran itu disebut telah berfungsi sebagai 'salah satu instrumen perang melawan Ukraina'.

Saluran yang di blokir itu adalah 112 Ukraine, NewsOne, dan ZIK, milik anggota dari Verkhovna Rada (parlemen) Ukraina, Taras Kozak. Penutupan itu terjadi tak lama setelah Zelensky mengatakan dengan penuh keyakinan bahwa ia mendukung kebebasan berbicara.

"Ukraina mendukung kebebasan bersuara tetapi bukan propaganda yang dibiayai oleh negara agresor yang merusak Ukraina dalam perjalanannya menuju integrasi UE dan EuroAtlantik," kata Zelensky.

Penutupan itu akan berlaku selama lima tahun. Langkah-langkah ini bertujuan untuk mencabut atau menangguhkan lisensi serta melarang penggunaan TV dan frekuensi radio Ukraina.

Ukraina dan Rusia terlibat pertengkaran dalam urusan Semenanjung Krimea sejak 2014. Rusia dituding memberikan dukungan dari belakang bagi pemberontak pro-Moskow di Ukraina Timur. Konflik tersebut, yang kini memasuki tahun ketujuh, telah menewaskan lebih dari 14.000 orang dan menghancurkan jantung industri Ukraina.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

UPDATE

Ekonom: Pertumbuhan Ekonomi Akhir Tahun 2025 Tidak Alamiah

Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08

Lagu Natal Abadi, Mariah Carey Pecahkan Rekor Billboard

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46

Wakapolri Kirim 1.500 Personel Tambahan ke Lokasi Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45

BNPB: 92,5 Persen Jalan Nasional Terdampak Bencana Sumatera Sudah Diperbaiki

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09

Penerapan KUHP Baru Menuntut Kesiapan Aparat Penegak Hukum

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37

Ancol dan TMII Diserbu Ribuan Pengunjung Selama Libur Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26

Kebijakan WFA Sukses Dongkrak Sektor Ritel

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56

Dua Warga Pendatang Yahukimo Dianiaya OTK saat Natal, Satu Tewas

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42

21 Wilayah Bencana Sumatera Berstatus Transisi Darurat

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32

Jangan Sampai Aceh jadi Daerah Operasi Militer Gegara Bendera GAM

Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59

Selengkapnya