Berita

Imam Shamsi Ali/Net

Politik

Imam Shamsi Ali: GAR-ITB Anginnya Dari Mana, Kok Tiba-tiba Ada?

SELASA, 16 FEBRUARI 2021 | 21:34 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Munculnya kelompok masyarakat seperti Gerakan Anti Radikalisme (GAR) Alumni ITB menyisakan tanda tanya besar.

Untuk itu, asal usul GAR Alumni ITB yang menuduh mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin adalah tokoh radikal itu harus ditelusuri motifnya.

Demikian disampaikan Imam Besar Masjid Islamic Center New York Amerika Serikat (AS), Imam Shamsi Ali saat menjadi narasumber dalam serial diskusi daring Obrolan Bareng Bang Ruslan bertajuk "Beda Kritis dan Radikalis" pada Selasa (16/2).


"GAR Alumni ITB itu anginnya dari mana, motivasinya dari mana, siapa yang punya inisiatif? Tiba-tiba ada. Apa polisi tidak cukup melihat orang radikal atau tidak? Kok tiba-tiba ada kelompok anti radikalisme gitu," kata Imam Shamsi Ali.

Menurutnya, ketika organisasi-organisasi alumni kampus disusupi Gerakan Anti Radikalisme tidak menutup kemungkinan akan menyasar organisasi hingga institusi lain seperti kementerian.

"Nanti di BUMN, kementerian ada gerakan anti radikalisme juga. Nanti jangan-jangan ada juga gerakan anti radikalisme Muhammadiyah, NU, kan begitu," katanya terheran.

"Jadi saya kira yang justru perlu dipertanyakan saat ini kok tiba-tiba ada gerakan-gerakan seperti itu?," imbuh Imam Shamsi Ali.

Ia justru bertanya-tanya apakah memang benar Indonesia sudah darurat radikalisme. Sebab, berdasarkan pengalaman dan kesaksian Imam Shamsi Ali yang telah hidup lama di Amerika Serikat (AS) dan menyisir kehidupan umat beragama di Indonesia dari Aceh sampai Papua, ia justru tidak menemukan masalah serius dalam hal ini radikalisme.   

"Saya meninggalkan Indonesia sejak umur 18 tahun dan tinggal di AS 24 tahun lebih. Ketika saya membaca Indonesia dan seringkali diberitakan di Kota New York, bahwa Indonesia nih sudah berada diambang Suriah, artinya sudah berada diambang kehancuran karena tingkatan radikalisme, ekstrimisme yang sangat tinggi, Saya sedih banget Indonesia dibilang seperti itu!" tuturnya.

"Karena, saya dalam setahun ini hampir ya minimal 2, 3, sampai 5 kali saya pulang, saya keliling Indonesia, dari Aceh sampai Papua, kita ini biasa-biasa saja kok," sambungnya.

Imam Shamsi Ali mengatakan, bahwa dinamika yang terjadi antar kelompok hingga gesekan-gesekan sosial itu adalah wajar karena hampir semua negara di dunia pun pasti memiliki dinamikanya masing-masing.

"Di Amerika saja antar hitam dan putih. Antara kelompok ini dan kelompok itu. Itu dinamika yang terjadi. Tapi jangan kemudian kita membangun sebuah image bahwa bangsa Indonesia ini sudah berada diambang kehancuran radikalisme-nya," tegasnya.  

"Saya kira ini kan menurunkan posisi Indonesia yang sangat luar biasa dalam hal moderasi," imbuhnya menegaskan.

Bagi Imam Shamsi Ali, Indonesia ini tidak perlu lagi diajari oleh pihak lain tentang bagaimana untuk besikap moderat dalam beragama. Karena sedari dulu pun kerukunan beragama sudah ada di bumi pertiwi ini.

"Darah daging bangsa Indonesia ini adalah darah daging yang berguna, bagaimana umat Islam, Kristiani, jangankan saling berdampingan, mereka saling membantu kok mendirikan rumah-rumah ibadah seperti di Ambon sebelum terjadi konflik," ucapnya.

Atas dasar itu, ia menilai seperti ada pihak-pihak yang dengan sengaja mencoba memecah-belah keberagaman di Indonesia. Salah satunya, dengan menghembuskan isu-isu radikalisme yang bisa mengakibatkan kekisruhan antar umat beragama.  

"Sekali lagi, ada orang yang sengaja menghembuskan isu-isu seperti ini, untuk menimbulkan kekisruhan. Dan salah satu tujuannya adalah agar terjadi perpecahan dikalangan umat ini. Bisa saja ada orang yang ingin mempopulerkan tadi," pungkasnya.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya