Berita

Presiden Joko Widodo/Net

Politik

Keinginan Jokowi Merevisi UU ITE Hanya Manis Di Mulut!

SELASA, 16 FEBRUARI 2021 | 15:30 WIB | LAPORAN: AGUS DWI

Pernyataan Presiden Joko Widodo yang meminta DPR RI untuk merevisi UU ITE dianggap hanya manis di mulut. Sebab, di era kepemimpinan Jokowi, sudah puluhan aktivis yang masuk bui karena mengkritik pemerintah atau dilaporkan anak buahnya.

Hal tersebut dikatakan pengamat politik dari LAWAN Institute, Muhammad Mualimin, melalui keterangannya yang diterima Kantor Berita RMOLJabar, Selasa (16/2).

"Zaman Soeharto pengkritik diculik dan ditembak. Di era Jokowi, UU ITE jadi alat membungkam kritikus. Tidak mungkin Jokowi serius merevisi UU ITE, sebab dia menikmati undang-undang ini jadi alat gebuk oposisi. Pidato kemarin pasti hanya manis di mulut!" kata Mualimin.


Menurut Mualimin, sudah terlalu banyak tokoh dan aktivis yang jadi tumbal dari UU ITE. Semua terjerat kasus yang mirip. Yaitu mengkritik di media sosial (Facebook, Twitter, Instagram, YouTube), lalu dilaporkan pendukung Jokowi. Atau polisi langsung menciduknya tanpa panggilan pemeriksaan terlebih dulu.

"Lihat saja kasus Mohammad Hisbun Payu di Solo, Syahganda Nainggolan, Jumhur Hidayat, atau Marco Kusumawijaya. Indonesia ini aneh, sudah susah cari makan dan pekerjaan, mengkritik pemerintah pun jadi aktivitas yang berbahaya," ujar Mualimin

"Sebagai presiden, Jokowi harus menerima pujian dan kritik sekaligus. Itu konsekuensi demokrasi. Terlihat konyol kalau Pemimpin hanya mau yang manis-manis saja," sindirnya.

Selain cacatnya penerapan UU ITE, papar Mualimin, rezim Jokowi seolah membuat barikade politik hukum yang menjamin buzzer pemerintah kebal hukum.

Hal itu bisa dilihat dalam kasus Abu Janda dan Denny Siregar yang kebal laporan sehingga bebas ngomong apapun asal tak menyerang Jokowi.

"Ada orang baru mencuit kritik saja, besoknya langsung ditangkap. Sedangkan Abu Janda dan Denny Siregar, dilaporkan 10 kalipun belum tentu diperiksa. Ini namanya diskriminasi hukum. Pasal hukumnya sama, tapi kalau yang diadukan buzzer pemerintah, laporan mengendap," pungkasnya.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Pidato Prabowo buat Roy Suryo: Jangan Lihat ke Belakang

Senin, 08 Desember 2025 | 12:15

UPDATE

BNN-BNPP Awasi Ketat Jalur Tikus Narkoba di Perbatasan

Jumat, 19 Desember 2025 | 00:09

Perkuat Keharmonisan di Jakarta Lewat Pesona Bhinneka Tunggal Ika

Jumat, 19 Desember 2025 | 00:01

Ahmad Doli Kurnia Ditunjuk Jadi Plt Ketua Golkar Sumut

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:47

Ibas: Anak Muda Jangan Gengsi Jadi Petani

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:26

Apel Besar Nelayan Cetak Rekor MURI

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:19

KPK Akui OTT di Kalsel, Enam Orang Dicokok

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:12

Pemerintah Didorong Akhiri Politik Upah Murah

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:00

OTT Jaksa oleh KPK, Kejagung: Masih Koordinasi

Kamis, 18 Desember 2025 | 22:53

Tak Puas Gelar Perkara Khusus, Polisi Tantang Roy Suryo Cs Tempuh Praperadilan

Kamis, 18 Desember 2025 | 22:24

Menkeu Purbaya Bantah Bantuan Bencana Luar Negeri Dikenakan Pajak

Kamis, 18 Desember 2025 | 22:24

Selengkapnya