Berita

Direktur Eksekutif Indonesia Future Studies (INFUS), Gde Siriana Yusuf/Ist

Politik

Pemerintah Minta Dikritik Pedas, Gde Siriana: Cabenya Berapa Mas?

JUMAT, 12 FEBRUARI 2021 | 14:23 WIB | LAPORAN: AGUS DWI

Permintaan pemerintah untuk lebih banyak dikritik, bahkan secara keras dan pedas, ditanggapi secara dingin oleh sebagian masyarakat. Tak sedikit yang menilainya sebagai pernyataan yang penuh basa basi.

Karena faktanya, sejumlah pihak yang mengkritik kebijakan yang dikeluarkan pemerintah berujung serangan para buzzer pendukung. Tak sedikit pula para pengritik ini yang kemudian harus berurusan dengan hukum.

"BuzzerRp dan pendukungnya enggak pernah kritik @jokowi. Mereka pikir semua kebijakannya bener. Sementara rakyat yang kritik malah dipersekusi, dituduh Islam Radikal, anti-Bhinneka, dijerat UU ITE dan UU Nomor 1/1946 pasal 14 dan 15," ujar Gde Siriana Yusuf, melalui akun Twitter pribadinya, @SirianaGde, Jumat (12/2).

"Lalu sekarang minta kritik pedas. Cabenye pengen berape mas?" sindirnya.

Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Future Studies (INFUS) ini, Presiden Jokowi mestinya memarahi buzzeRp yang sudah dibayar tapi tidak pernah memberi kritikan atau masukan kepada pemerintah.

"Bisanya cuma persekusi dan bullying rakyat yang masih punya akal sehat karena masih mau kritik pemerintah. Negara buang-buang uang untuk influencer," pungkasnya.

Saat memperingati Hari Pers Nasional (HPN) 2021, Selasa lalu (9/2), Pemerintah melalui Sekretaris Kabinet Pramono Anung menyatakan pihaknya membutuhkan kritikan dan masukan yang keras dari insan pers demi tercapainya pembangunan.

“Bagi Pemerintah, kebebasan pers, kritik, saran, masukan itu seperti jamu, menguatkan Pemerintah. Kita memerlukan kritik yang terbuka, kritik yang pedas, kritik yang keras, karena dengan kritik itulah Pemerintah akan membangun lebih terarah dan lebih benar,” kata Pramono.

“Namun semua kebebasan ini harus diisi secara benar. Jangan kemudian kebebasan diisi dengan hoax dan informasi yang tidak produktif," tutupnya.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Viral Video Mesum Warga Binaan, Kadiv Pemasyarakatan Jateng: Itu Video Lama

Jumat, 19 April 2024 | 21:35

UPDATE

Satgas Judi Online Jangan Hanya Fokus Penegakkan Hukum

Minggu, 28 April 2024 | 08:06

Pekerja Asal Jakarta di Luar Negeri Was-was Kebijakan Penonaktifan NIK

Minggu, 28 April 2024 | 08:01

PSI Yakini Ekonomi Indonesia Stabil di Tengah Keriuhan Pilkada

Minggu, 28 April 2024 | 07:41

Ganjil Genap di Jakarta Tak Berlaku saat Hari Buruh

Minggu, 28 April 2024 | 07:21

Cuaca Jakarta Hari Ini Berawan dan Cerah Cerawan

Minggu, 28 April 2024 | 07:11

UU DKJ Beri Wewenang Bamus Betawi Sertifikasi Kebudayaan

Minggu, 28 April 2024 | 07:05

Latihan Evakuasi Medis Udara

Minggu, 28 April 2024 | 06:56

Akibat Amandemen UUD 1945, Kedaulatan Hanya Milik Parpol

Minggu, 28 April 2024 | 06:26

Pangkoarmada I Kunjungi Prajurit Penjaga Pulau Terluar

Minggu, 28 April 2024 | 05:55

Potret Bangsa Pasca-Amandemen UUD 1945

Minggu, 28 April 2024 | 05:35

Selengkapnya