Berita

Penjagaan militer di Naypyidaw ketika kukdeta/Net

Dunia

Berdasarkan Pengalaman, Ahli PBB Yakin Penerapan Sanksi Untuk Militer Myanmar Akan Berhasil

SELASA, 09 FEBRUARI 2021 | 08:28 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Para pemimpin dunia perlu membahas penerapan sanksi untuk militer Myanmar yang telah melakukan kudeta dan merebut kekuasaan dari pemerintah sipil.

Pelapor khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Myanmar, Tom Andrews mengatakan penerapan sanksi ekonomi dan diplomatik terhadap militer Myanmar terbukti berhasil di masa lalu.

Untuk itu, ia mengatakan, diperlukan tekanan internasional untuk menanggapi aksi militer di Myanmar saat ini.


"Kita tahu di masa lalu, militer telah mengatakan bahwa mereka tahan terhadap tekanan internasional. Tapi mereka telah belajar bahwa itu tidak benar," ujar Andrews, seperti dikutip CNA, Senin (8/2).

"Mereka ingin menghasilkan uang. Mereka ingin sejahtera. Mereka memahami konsekuensi negara yang terisolasi seperti Myanmar selama ini," tambahnya.

Andrews mengatakan, rakyat Myanmar juga sudah memahami situasi dan mereka tidak ingin kembali ke masa lalu yang dipenuhi sanksi.

"Saya pikir ini bisa berhasil lagi," ucap Andrews.

Andrews mengatakan, sanksi ekonomi akan menjadi sinyal yang jelas kepada militer Myanmar. Desakan untuk pemberian sanksi juga semakin besar ketika militer menggunakan kekerasan terhadap para pengunjuk rasa di Myanmar yang menolak kudeta.

"Itu harus dihentikan dan komunitas internasional akan melakukan segala yang mereka bisa untuk melindungi rakyat dan hak asasi manusia," tegas Andrews.

Setelah militer menahan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi beserta para pejabat senior partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pada pekan lalu, puluhan ribu orang melakukan aksi protes di jalan-jalan.

"Kami berada di pihak para pengunjuk rasa yang berada di jalan, berdemonstrasi untuk masa depan mereka untuk anak-anak mereka dan untuk hak-hak dasar mereka," lanjut Andrews.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Bangunan di Jakarta Bakal Diaudit Cegah Kebakaran Maut Terulang

Senin, 29 Desember 2025 | 20:13

Drama Tunggal Ika Teater Lencana Suguhkan Kisah-kisah Reflektif

Senin, 29 Desember 2025 | 19:53

Ribuan Petugas Diturunkan Jaga Kebersihan saat Malam Tahun Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 19:43

Markus di Kejari Kabupaten Bekasi Mangkir Panggilan KPK

Senin, 29 Desember 2025 | 19:35

DPP Golkar Ungkap Pertemuan Bahlil, Zulhas, Cak Imin, dan Dasco

Senin, 29 Desember 2025 | 19:25

Romo Mudji Tutup Usia, PDIP Kehilangan Pemikir Kritis

Senin, 29 Desember 2025 | 19:22

Kemenkop Perkuat Peran BA dalam Sukseskan Kopdes Merah Putih

Senin, 29 Desember 2025 | 19:15

Menu MBG untuk Ibu dan Balita Harus Utamakan Pangan Lokal

Senin, 29 Desember 2025 | 19:08

Wakapolri Groundbreaking 436 SPPG Serentak di Seluruh Indonesia

Senin, 29 Desember 2025 | 19:04

Program Sekolah Rakyat Harus Terus Dikawal Agar Tepat Sasaran

Senin, 29 Desember 2025 | 18:57

Selengkapnya