Berita

Dubes Priyo Iswanto saat menerima penganugerahan kehormatan doctor honoris causa/Ist

Dunia

Dubes RI Untuk Kolombia: Penghargaan Adalah Sebuah Pengakuan Dari Masyarakat Yang Perlu Diapresiasi

SABTU, 06 FEBRUARI 2021 | 22:25 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Meraih penghargaan bukanlah sesuatu yang baru bagi Priyo Iswanto. Terhitung sudah 6 penghargaan yang ia terima selama menjabat sebagai Duta Besar Republik Indonesia untuk Kolombia. Namun begitu, ketika ia menerima penghargaannya yang ke-7, ia tetap merasa sangat surprise. Terlebih, ini adalah penghargaan gelar kehormatan doctor honoris causa.

"Saya tidak pernah bermimpi mendapatkan gelar kehormatan doctor honoris causa, mungkin ini cara Tuhan memberi imbalan kepada saya sebagai buah dari kerja yang tulus dan selalu menunjukkan yang terbaik yang bisa saya lakukan," ungkapnya dalam wawancara lewat email dengan Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (6/2).  

Ia mengatakan bahwa penghargaan gelar kehormatan doctor honoris causa bidang Ilmu Sosial dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini sangat istimewa karena beberapa hal. Antara lain, merupakan pengakuan dari masyarakat termasuk masyarakat kampus terhadap capaian dan kinerjanya dalam meningkatkan kerja sama antara Indonesia dan Kolombia, dan diberikan secara selektif kepada individu tertentu, yang tentu saja tidak mudah untuk mendapatkannya.

"Saya merupakan orang ke-3 yang memperoleh gelar kehormatan tersebut dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), dan juga tidak semua universitas meskipun universitas negeri bisa memberikan penghargaan semacam itu karena hanya perguruan tinggi dengan akreditasi A yang dapat memberikan penghargaan tersebut," ujar Priyo dengan nada bahagia.

Menyenangi pekerjaan sebagai sesuatu yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, tulus, dan memberikan yang terbaik, adalah hal yang selalu ia junjung.

Sosok yang pernah menjabat sebagai Asisten Deputi Kerja Sama Amerika dan Eropa di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (2014-2017) ini kemudian menguraikan perjalanannya sampai bisa meraih gelar kehormatan itu.

"Gagasan mendapatkan gelar kehormatan berasal dari teman saya, mantan Duta Besar Kolombia untuk Indonesia, Juan Alfredo Pinto, yang saya ajak membantu menulis buku 40 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Kolombia, September 2020," kisah Priyo.

"Usai pertemuan mempersiapkan naskah buku, yang bersangkutan iseng melempar ide 'embajador, vamos a conseguir doctorado de honoris causa, me lo busca de Indonesia y te lo busco de la universidad colombiana,'  yang maksudnya; Pak Dubes, mari kita cari doktor honoris causa. Carikan saya dari Indonesia dan kau saya carikan dari universitas di Kolombia," ujarnya seraya tertawa.

Gagasan serupa juga dilontarkan oleh seorang teman, dokter ortopedi dan kepala sebuah rumah sakit di Bogota, Prof. Dr. Jorge Ramirez Leon, yang mengatakan dalam sebuah seminar virtual di Akademi Nasional Kedokteran Kolombia  -wadah para dokter memberikan pemikiran dan saran di bidang kesehatan kepada Pemerintah- meminta kepada Pimpinan Akademi tersebut agar memberikan gelar doctor honoris causa kepadanya.  

"Karena saya sebagai satu-satunya duta besar asing yang aktif ikut dalam seminar-seminar tentang kesehatan masyarakat di Kolombia," terang Priyo.

Celetukan oleh teman Kolombia itu akhirnya terwujud. Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Prof. Dr. Fauzan Mpd, menelponnya, mempertimbangkan kontribusi dan kinerja nyata yang ia lakukan selama ini, dan menawarkan bahwa UMM bermaksud akan memberikan gelar doctor honoris causa di bidang ilmu sosial, seraya bertanya apakah ia bersedia menerimanya.

"Tawaran tersebut langsung saya iyakan dengan senang hati, namanya juga diberikan kehormatan oleh orang lain. Kenapa yang diberikan adalah ilmu sosial, karena di UMM memiliki Program Studi doktoral bidang ilmu sosial yang relevan dengan profesi saya, kalau bidang ilmu agama atau ilmu pertanian tentunya kurang pas." jelas pria kelahiran Kudus, 10 Mei 1962 yang memulai karirya di Direktorat Jenderal Penerangan Kemenlu sebagai staf (1987-1989) dan Wakil Direktur (1997-1999).

Sebelumnya via telepon, Priyo menjelaskan bahwa kerjasama Indonesia dan Kolombia meningkat tajam sejak tahun 2017 di berbagai bidang. Citra Indonesia juga sangat tinggi di depan publik Kolombia, sebagai salah satu negara Asia yang sedang tumbuh dan diperhitungkan di kawasan dan internasional.

"Pimpinan Kemenlu juga mengakui hubungan dan kerjasama kedua negara berada pada tingkat tertinggi selama 40 tahun," jelasnya.

Upacara penganugerahan gelar doctor honoris causa berlangsung di DOME UMM, Sabtu (30/1). Secara Khusus Priyo terbang dari Kolombia ke Malang. Pada saat penganugerahan, Priyo menyampaikan orasi ilmiahnya  tentang tiga bidang ilmu pada program doktoral yaitu sosial, pertanian, dan agama Islam.

"Saya mengangkat isu kelapa sawit yang dikaitkan dengan capaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) karena pada isu ini, atas prakarsa sendiri, saya berhasil menginisiasi Kolombia masuk menjadi anggota Dewan Negara-negara Penghasil Kelapa Sawit (CPOPC) yang saat itu organisasi ini baru berusia kurang dari dua tahun dan masih fokus pada urusan internal," jelas Priyo.

Pada Desember 2020 lalu, Priyo menggandeng UMM untuk menjalin kerjasama dengan universitas EAFIT, salah satu universitas swasta terkemuka di Kolombia yang berkedudukan di Medellin, dan menjadikan kerja sama ini yang kedua, antara dua universitas di Indonesia dan Kolombia.

"Saya juga pernah memberikan orasi di depan wisudawan UMM dalam rangka memotivasi wisudawan agar generasi muda lulusan UMM tetap optimistis menatap masa depan, berwawasan global dan cerdas memanfaatkan peluang," ujarnya.  

Ini merupakan pengalaman tak ternilai yang ingin ia bagikan kepada generasi muda.

Menurutnya, penghargaan adalah sebuah pengakuan oleh masyarakat yang perlu diapresiasi.

"Syukur penghargaan ini ikut memotivasi adik-adik kita untuk berbuat lebih baik guna mencapai yang terbaik," ujarnya.

Acara penganugerahan dihadiri oleh Menko PMK, Menteri dan Wakil Menteri Luar Negeri, sejumlah anggota DPR RI, Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ketua Majelis Dikti-Litbang PP Muhammadiyah, Duta Besar Kolombia di Jakarta, Duta besar negara sahabat di Jakarta dan Duta Besar Republik Indonesia di berbagai negara, serta pejabat tinggi Kemenlu, dan banyak lagi, baik secara luring maupun daring.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

UPDATE

Pengukuhan Petugas Haji

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:04

Chili Siap Jadi Mitra Ekonomi Strategis Indonesia di Amerika Selatan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:02

Basri Baco: Sekolah Gratis Bisa Jadi Kado Indah Heru Budi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:42

Pemprov DKI Tak Ingin Polusi Udara Buruk 2023 Terulang

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:24

Catat, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 9-10 Mei

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:22

BMKG Prediksi Juni Puncak Musim Kemarau di Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:27

Patuhi Telegram Kabareskrim, Rio Reifan Tak akan Direhabilitasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:05

Airlangga dan Menteri Ekonomi Jepang Sepakat Jalankan 3 Proyek Prioritas Transisi Energi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:00

Zaki Tolak Bocorkan soal Koalisi Pilkada Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:35

Bertemu Wakil PM Belanda, Airlangga Bicara soal Kerja Sama Giant Sea Wall

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:22

Selengkapnya