Berita

Direktur Eksekutif Center for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi/Net

Politik

Selain Terburu Nafsu, Penambahan Anggaran Kartu Prakerja Berpeluang Jadi Bancakan

RABU, 03 FEBRUARI 2021 | 14:59 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Keputusan pemerintah untuk menaikan dua kali lipat anggaran untuk program Kartu Prakerja pada 2021 merupakan kebijakan terburu nafsu.

"Seharusnya, dievaluasi dan diaudit dulu dong. Iya diaudit bisa oleh auditor negara, seperti BPKP atau BPK," kata Direktur Eksekutif Center for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (3/2).

Jelas Uchok, alasan untuk diaudit karena pemerintah harus berkaca pada Survei Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2020, yang menunjukkan indikasi program Kartu Prakerja memang salah sasaran.

Sebanyak 66,47 persen penerima program ini statusnya masih 'bekerja', sementara penerima dengan status 'pengangguran' hanya 22,24 persen, dan sisanya 11,29 persen diisi Bukan Angkatan Kerja (BAK).

Menurutnya, kalau pemerintah tetap ngotot menaikkan anggaran dua kali lipat, maka anggaran negara bisa tidak tetap sasaran alias mubajir.

"Dan kedua, ada dugaan korupsi dalam realisasi kartu pekerjaan ini karena datanya tidak diperbaiki dulu. Berpeluang munculnya lahan korupsi," demikian Uchok Sky Khadafi.

Pemerintah menambah anggaran untuk program Kartu Prakerja pada 2021, dengan jumlah menyentuh Rp 20 triliun dari rencana awal Rp 10 triliun. Dalam bahan paparan Kementerian Keuangan, tambahan anggaran disebut "mendesak" untuk menangani dampak Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional.

Kenaikan anggaran ini seolah mengulang kejadian serupa tahun lalu. Awalnya anggaran Kartu Prakerja ditetapkan Rp 10 triliun untuk menjangkau dua juta pencari kerja yang membutuhkan pelatihan. Pada Maret 2020, pemerintah tiba-tiba menaikkan anggarannya menjadi Rp 20 triliun dengan dalih ingin memberi bantuan sekaligus melatih para korban PHK akibat pandemi.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Timnas Amin Siang Ini Dibubarkan

Selasa, 30 April 2024 | 09:59

Perbuatan Nurul Ghufron Dinilai Tidak Melanggar Etik

Selasa, 30 April 2024 | 09:57

Parpol Ramai-ramai Gabung Koalisi Prabowo Jadi Alarm Matinya Oposisi

Selasa, 30 April 2024 | 09:55

PKS Oposisi atau Koalisi Tunggu Keputusan Majelis Syuro

Selasa, 30 April 2024 | 09:46

Anggaran Sudah Disetujui, DPRD DKI Tunggu Realisasi RDF Skala Perkotaan

Selasa, 30 April 2024 | 09:36

Beli Sabu, Oknum Polisi Tulungagung Ditangkap

Selasa, 30 April 2024 | 09:31

MPR akan Bangun Komunikasi Politik dengan Jokowi hingga Hamzah Haz Jelang Transisi

Selasa, 30 April 2024 | 09:27

Jakarta Hari Ini Cenderung Cerah Berawan

Selasa, 30 April 2024 | 09:19

Perahu Rombongan Kader PMII Terbalik, Satu Meninggal

Selasa, 30 April 2024 | 09:06

2 Mei, Penentu Lolos Tidaknya Garuda Muda ke Olimpiade Paris

Selasa, 30 April 2024 | 08:48

Selengkapnya