Berita

Aksi protes menolak kudeta militer di Myanmar/Net

Dunia

Blokir Kecaman Dewan Keamanan PBB Atas Kudeta Myanmar, China Diam-diam Dukung Jenderal Militer

RABU, 03 FEBRUARI 2021 | 13:40 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

China telah memblokir upaya Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengutuk kudeta militer yang terjadi di Myanmar.

Sebagai salah satu pemegang hak veto, dukungan China sangat dibutuhkan oleh Dewan Keamanan PBB untuk merilis pernyataan bersama.

Menurut seorang diplomat China untuk misi PBB, pernyataan Dewan Keamanan dianggap hanya akan memperumit situasi yang terjadi di Myanmar saat ini.


"Kami berpandangan bahwa tindakan apa pun oleh Dewan harus berkontribusi pada stabilitas politik dan sosial Myanmar serta perdamaian dan rekonsiliasi, menghindari peningkatan ketegangan atau semakin memperumit situasi," kata diplomat itu, seperti dikutip Reuters.

Menurut seorang pakar dari Universitas Nasional Singapura, Elliott Prasse-Freeman, China tampaknya menganggap kudeta militer Myanmar merupakan masalah internal. Terlebih, media pemerintah China menggunakan istilah "perombakan kabinet", alih-alih kudeta militer yang digunakan oleh negara-negara Barat.

"Melalui kebijakan luar negeri yang setara dengan gaslighting, China tampaknya memberi isyarat dukungan diam-diam, jika bukan dukungan tegas, atas tindakan para jenderal," ujarnya, seperti dikutip BBC.

Sementara itu, seorang editor di The Diplomat, Sebastian Strangio berpendapat, sikap Beijing pada situasi di Myanmar saat ini konsisten dengan skeptisisme-nya terhadap intervensi internasional.

Di sisi lain, meskipun China mendapatkan keuntungan strategis dari keterasingan Myanmar dari barat, ini tidak berarti bahwa Beijing senang dengan kudeta tersebut.

“Mereka memiliki pengaturan yang cukup baik dengan NLD dan berinvestasi banyak untuk membangun hubungan dengan Aung San Suu Kyi. Kembalinya militer sebenarnya berarti China kini harus berurusan dengan institusi di Myanmar yang secara historis paling mencurigakan dari niat China," jelas dia.

Pada Senin, militer Myanmar telah mengambil alih kekuasaan setelah menangkap pemimpin politik Aung San Suu Kyi dan pejabat partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD). Militer mendapuk Jenderal Min Aung Hlaing sebagai penguasa, dan memberlakukan keadaan darurat selama satu tahun.

Menanggapi situasi tersebut, Dewan Keamanan PBB berkumpul pada Selasa, naun gagal menyetujui pernyataan bersama karena tidak adanya dukungan dari China.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Bangunan di Jakarta Bakal Diaudit Cegah Kebakaran Maut Terulang

Senin, 29 Desember 2025 | 20:13

Drama Tunggal Ika Teater Lencana Suguhkan Kisah-kisah Reflektif

Senin, 29 Desember 2025 | 19:53

Ribuan Petugas Diturunkan Jaga Kebersihan saat Malam Tahun Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 19:43

Markus di Kejari Kabupaten Bekasi Mangkir Panggilan KPK

Senin, 29 Desember 2025 | 19:35

DPP Golkar Ungkap Pertemuan Bahlil, Zulhas, Cak Imin, dan Dasco

Senin, 29 Desember 2025 | 19:25

Romo Mudji Tutup Usia, PDIP Kehilangan Pemikir Kritis

Senin, 29 Desember 2025 | 19:22

Kemenkop Perkuat Peran BA dalam Sukseskan Kopdes Merah Putih

Senin, 29 Desember 2025 | 19:15

Menu MBG untuk Ibu dan Balita Harus Utamakan Pangan Lokal

Senin, 29 Desember 2025 | 19:08

Wakapolri Groundbreaking 436 SPPG Serentak di Seluruh Indonesia

Senin, 29 Desember 2025 | 19:04

Program Sekolah Rakyat Harus Terus Dikawal Agar Tepat Sasaran

Senin, 29 Desember 2025 | 18:57

Selengkapnya