Berita

Dr. Nazar Nasution SH, MA, dosen Hubungan Internasional dari Universitas Islam Negeri Jakarta, dalam acara diskusi virtual, Senin (11/1)/Repro

Dunia

Pengamat Indonesia: Kerusuhan Capitol Hill, Situasi Di Mana Aparat 'Kewalahan' Hadapi Pendukung Garis Keras Trump

SENIN, 11 JANUARI 2021 | 16:52 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Penyerbuan dan perusakan Gedung Capitol, di Washington DC, pada Rabu (06/01), pekan lalu, menimbulkan pertanyaan serius tentang bagaimana sebenarnya kekuatan sistem keamanan di gedung paling penting itu.  

Capitol Hill merupakan pusat pemerintahan AS di mana di dalamnya termasuk Gedung Capitol berkubah, ruang senat, ruang DPR, dan ruang Mahkamah Agung AS neoklasik. Sejauh ini sistem keamanan gedung dinyatakan sangat ketat.

Namun faktanya, ribuan pendukung Trump berhasil memaksa masuk ke dalam salah satu bangunan paling penting secara historis dan politik di negara itu, tepat di saat anggota parlemen sedang melakukan sidang kongres untuk mengesahkan kemenangan Joe Biden.


Banyak yang berpendapat bahwa fakta itu menunjukkan kelalaian dan ketidaksiapan aparat sehingga begitu mudahnya pengunjuk rasa merusak gedung dan mengacaukan sidang kongres.

Dr. Nazar Nasution SH, MA, dosen Hubungan Internasional dari Universitas Islam Negeri Jakarta, mengatakan, bahwa kewaspadaan akan keamanan di gedung parlemen itu mestinya menjadi tanggung jawab semua lini.

Sejak awal, Donald Trump telah membangun narasi kecurangan. Puncaknya adalah penyerbuan Capitol Hill pada Rabu (6/1), tanggal yang sama dengan sidang kongres. Mestinya ini menjadi sinyal bagi aparat untuk meningkatkan kewaspadaan lebih kuat lagi.

Kegagalan aparat yang signifikan dalam kerusuhan di Capitol Hill tentu akan sangat memalukan.

"Kita harus pertanyakan security di lingkungan gedung kongres AS. Apakah memang tidak ada suatu SOP yang demikian ketat?" ujar Nazar, dalam acara diskusi virtual yang diselenggrakan Kantor Berita Politik RMOL, Senin (11/1).

"Saya pernah beberapa kali ke gedung kongres AS itu, ada yang namanya Library of Congress, yang letaknya di salah satu bagian dari Capitol Hill. Di sana ketat sekali. Berlapis-lapis pengamanannya. Saya pikir, apalagi saat kongres berlangsung, mestinya penjagaannya lebih ketat lagi," ujar Nazar.

Menurrutnya, ketika sudah ada tanda demonstrasi, dalam hitungan menit harusnya sudah bisa diantisipasi.
Peristiwa kerusuhan Capitol ini dirasakan unik sekali, karena para perusuh mampu menerobos barisan pengamanan.

Namun, Nazar tidak menampik bahwa ketika ratusan ribu massa yang datang dari beberapa tempat dan dari berbagai lapisan, tentu saja membuat kewalahan pihak keamanan. Ini yang tidak bisa dihindari. Terlebih, di antara para perusuh ada juga beberapa tokoh politik yang memiliki kekuatan untuk menggerakkan massa.

"Ini menimbukan situasi yang disebut 'kewalahan'. Situasi ini belum pernah terjadi dalam sejarah demokrasi AS," katanya.

Dikutip dari siaran BBC, anggota Kongres AS dari Demokrat dan mantan kepala polisi sendiri, Val Demings, mengatakan bahwa 'sangat jelas polisi Capitol tidak siap dan tampak kekurangan staf serta tidak ada rencana operasional yang jelas dalam menghadapi situasi genting itu.

Ketika kekerasan meningkat, terjadi kebingungan untuk meminta bantuan dari pasukan keamanan lain.

Wakil Presiden Mike Pence kemudian menyetujui mobilisasi Pengawal Nasional DC. Beberapa ribu personel Garda Nasional, agen FBI, dan Secret Service kemudian dikerahkan untuk membantu pengamanan.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kades Diminta Tetap Tenang Sikapi Penyesuaian Dana Desa

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:10

Demokrat Bongkar Operasi Fitnah SBY Tentang Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:08

KPK Dalami Dugaan Pemerasan dan Penyalahgunaan Anggaran Mantan Kajari HSU

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:01

INDEF: MBG sebuah Revolusi Haluan Ekonomi dari Infrastruktur ke Manusia

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:48

Pesan Tahun Baru Kanselir Friedrich Merz: Jerman Siap Bangkit Hadapi Perang dan Krisis Global

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:40

Prabowo Dijadwalkan Kunjungi Aceh Tamiang 1 Januari 2026

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:38

Emas Antam Mandek di Akhir Tahun, Termurah Rp1,3 Juta

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:26

Harga Minyak Datar saat Tensi Timteng Naik

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:21

Keuangan Solid, Rukun Raharja (RAJA) Putuskan Bagi Dividen Rp105,68 Miliar

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:16

Wacana Pilkada Lewat DPRD Salah Sasaran dan Ancam Hak Rakyat

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:02

Selengkapnya