Berita

Mark Zuckerberg/Net

Dunia

Takut Disalahgunakan Lagi, Mark Zuckerberg Belum Mau Buka Blokiran Akun IG Dan FB Milik Donald Trump

JUMAT, 08 JANUARI 2021 | 14:29 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Pemilik perusahaan Facebook, Mark Zuckerberg, mengatakan bahwa bahwa raksasa media sosial itu akan memblokir akun milik Presiden AS Donald Trump tanpa batas waktu. Ini menandai eskalasi konflik yang dramatis antara Silicon Valley dan Gedung Putih setelah Trump melalui berbagai postingannya dianggap telah membantu memicu kerusuhan di Capitol AS.

Silicon Valley adalah julukan bagi daerah selatan dari San Francisco Bay Area, California Amerika Serikat,  daerah ini memiliki banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang komputer dan semikonduktor.

“Kami percaya risiko mengizinkan Presiden untuk terus menggunakan layanan kami selama periode ini terlalu besar,” tulis Zuckerberg, seperti dikutip dari Washington Post, Jumat (8/1).

“Oleh karena itu, kami memperpanjang pemblokiran yang kami tempatkan di akun Facebook dan Instagramnya tanpa batas waktu, dan setidaknya selama dua minggu ke depan hingga transisi kekuasaan yang damai selesai,” lanjutnya.

Penangguhan Facebook menandai hukuman paling agresif yang diberikan oleh perusahaan media sosial mana pun kepada Trump selama masa jabatan empat tahun, periode di mana ia berulang kali menjajakan kebohongan, menyerang kritik, dan menyebarkan retorika yang memecah belah secara online.

Twitter pada Rabu malam juga sempat menangguhkan Trump selama 12 jam, tetapi blokade pertama perusahaan itu dicabut pada Kamis (7/1) pagi waktu setempat. Menjelang malam, Trump melanjutkan tweet dengan membagikan video yang mengakui "pemerintahan baru" yang akan segera dilantik.

Raksasa teknologi masing-masing mengambil langkah agresif yang langka setelah ribuan loyalis Trump menyerbu DPR dan Senat pada Rabu (6/1), memaksa anggota parlemen melakukan lockdown dan secara singkat mengganggu proses formal mereka untuk mengesahkan Joe Biden sebagai presiden Amerika Serikat berikutnya.

Karena gagal bertindak sampai setelah kerusuhan mematikan terjadi, Facebook, Twitter, dan YouTube milik Google telah menghadapi kritik tajam yang mengatakan mereka seharusnya melakukan lebih banyak, dan lebih cepat, untuk menghentikan Trump membantu memprovokasi situasi.

Populer

Gempa Megathrust Bisa Bikin Jakarta Lumpuh, Begini Penjelasan BMKG

Jumat, 22 Maret 2024 | 06:27

KPK Lelang 22 iPhone dan Samsung, Harga Mulai Rp575 Ribu

Senin, 25 Maret 2024 | 16:46

Pj Gubernur Jawa Barat Dukung KKL II Pemuda Katolik

Kamis, 21 Maret 2024 | 08:22

KPK Diminta Segera Tangkap Direktur Eksekutif LPEI

Jumat, 22 Maret 2024 | 15:59

Bawaslu Bakal Ungkap Dugaan Pengerahan Bansos Jokowi untuk Menangkan Prabowo-Gibran

Rabu, 27 Maret 2024 | 18:34

Connie Bakrie Resmi Dipolisikan

Sabtu, 23 Maret 2024 | 03:11

KPK Lelang Gedung Lampung Nahdiyin Center

Selasa, 26 Maret 2024 | 10:12

UPDATE

Prabowo dan Gibran Hadiri Acara Nuzulul Quran di DPP Partai Golkar

Jumat, 29 Maret 2024 | 17:46

Biden, Obama dan Clinton Diprotes karena Bela Israel di Penggalangan Dana Terbesar Demokrat

Jumat, 29 Maret 2024 | 17:39

Calon Walikota Surabaya yang Punya 3 Kriteria Ini Berpotensi Diusung Gerindra

Jumat, 29 Maret 2024 | 17:23

Menlu Rusia: Rencana Perdamaian Ukraina Tidak Ada Gunanya

Jumat, 29 Maret 2024 | 17:03

Bawaslu Pastikan Lakukan Pencegahan Pelanggaran Netralitas ASN

Jumat, 29 Maret 2024 | 17:03

Terbukti Langgar Etik, Ketua PPK Kedaton Dipecat KPU Bandar Lampung

Jumat, 29 Maret 2024 | 16:59

Kalau Ingin Gibran Aman, Jokowi Tak Usah Intervensi Pemerintahan Prabowo

Jumat, 29 Maret 2024 | 16:41

Indonesia Mengglobal Bersama USAID Teman LPDP Ajak Pelajar Berani Belajar di AS

Jumat, 29 Maret 2024 | 16:30

Ada Diskon Tarif Tol Buat Pemudik yang Berangkat Lebih Awal

Jumat, 29 Maret 2024 | 16:21

KPK Dalami Temuan Catatan Proyek Kementan yang Digarap Bos Pakaian Dalam Hanan Supangkat

Jumat, 29 Maret 2024 | 16:11

Selengkapnya