Berita

Iustrasi/Net

Politik

Jangan Cuma Larang WNA Ke Indonesia, Sementara Di Dalam Negeri Tidak Ada Kebijakan Yang Memadai

RABU, 30 DESEMBER 2020 | 12:23 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

Keputusan Pemerintah untuk menutup akses masuk seluruh WNA ke Indonesia dari 1-14 Januari 2021 sebagai antisipasi atas kemunculan varian baru virus corona (Covid-19) mendapat perhatian dari masyarakat.

Akan tetapi, menurut anggota Komisi I DPR RI Sukamta, mestinya pelarangan tersebut dilakukan secepat mungkin, tak perlu menunggu hingga 1 Januari 2021.

Pasalnya, Sukamta khawatir dalam jeda waktu hingga 1 Januari bisa dimanfaatkan oleh WNA khususnya dari Eropa, Amerika, dan Asia yang menghindari lockdown di negara mereka.


"Kabarnya corona varian baru ini lebih agresif, mestinya kalau mau efektif mencegah penularan masuk ke RI, penutupan akses itu berlaku spontan, saat diumumkan itu juga, seperti di negara-negara lain. Jeda beberapa hari ini sangat riskan akan datangnya WNA yang berpotensi terjangkiti varian baru Covid," ujar Sukamta kepada wartawan, Rabu (30/12).

Sukamta mengingatkan kembali Pemerintah yang bersikap santai dan cenderung lengah di awal merebaknya Covid-19 di Indonesia. Salah satunya lengah dalam menetapkan pembatasan di pintu-pintu masuk warga asing ke Indonesia.

Selain itu, Wakil Ketua Fraksi PKS ini meminta agar kebijakan penutupan akses bagi WNA ini menjadi bagian komprehensif kebijakan penanganan pandemi Covid di Indonesia.

"Jangan sampai hanya menutup akses masuk WNA, sementara di dalam negeri sendiri tidak ada kebijakan yang memadai untuk tangani Covid-19," katanya.

"Saat ini seolah masyarakat dibiarkan bergulat sendiri-sendiri dengan pandemi, sementara yang kuat biar tetap sehat, yang lemah akan sakit. Sementara jumlah bed dan ruang isolasi perawatan Covid di berbagai daerah sudah melebihi kapasitasnya. Pemerintah perlu lebih taktis menangani pandemi,” tambah Sukamta.

Menurut Sukamta mestinya pemerintah mengevaluasi secara menyeluruh apa yang sudah dikerjakan dalam penanganan pandemi selama 10 bulan berjalan. Setelah itu dilakukan langkah-langkah yang lebih efektif untuk penangangan.

Fakta bahwa penambahan kasus harian yang semakin meningkat, menunjukkan pemerintah masih lambat memperbaiki kesalahan dan kelemahan. Apalagi, saat ini penularan bukan lagi antarwarga yang bepergian ke luar kota, tetapi sudah masuk level antaranggota keluarga.

"Soal varian baru ini, bukan hanya berita yang dari luar negeri, tapi ada ahli dari UGM yang mengatakan sudah ada di Indonesia. Sebaiknya pemerintah transparan dengan rakyatnya, sehingga semua bisa ikut mengantasipasi,” ucapnya.

Anggota DPR RI asal Yogyakarta ini berharap meski sudah terlambat, segara ada desain utuh penanganan pandemi covid ini.

"Jangan berubah-ubah kebijakan sehingga membingungkan pelaku bisnis dan rakyat kebanyakan. Soal boleh berkerumun untuk pilkada, terus dilarang berkerumun untuk pengajian, soal libur bersama kemudian pembatalan libur bersama. Masyarakatnya bingung, pelaku bisnis wisata bingung. Kode dan isyarat apa yang diberikan pemerintah? Desain kebijakan dan konsistensi itu sangat penting, jangan sampai rakyat melihatnya seperti dipolitisir,” demikian Sukamta.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya