Berita

Ketua Umum LPAI, Seto Mulyadi/Ist

Jaya Suprana

Kak Seto Berkunjung Ke Petamburan

JUMAT, 18 DESEMBER 2020 | 11:59 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

KETUA Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), DR Seto Mulyadi, melihat kondisi psikologis cucu Rizieq Shihab yang ikut dalam rombongan di Jalan Tol Jakarta-Cikampek. Seto menyambangi rumah pimpinan Front Pembela Islam (FPI) itu di Petamburan III, Jakarta Pusat pada Selasa, 15 Desember 2020.  

Menurut Kak Seto, anak-anak biasanya mengalami trauma psikis yang terlambat karena kejadian tertentu. Mungkin saja usai peristiwa kondisi anak baik-baik saja, tapi trauma muncul belakangan.

Kak Seto menyebut total ada 12 bayi dan anak-anak yang ikut dalam iring-iringan mobil Rizieq. Dua remaja masing-masing berusia 14 dan 15 tahun adalah putri Rizieq. Sementara sisanya cucu Rizieq Shihab.


Perlindungan Anak

Saya pribadi menghormati dan menghargai perhatian Kak Seto sebagai Ketua Umum LPAI terhadap anak-anak yang dikuatirkan mengalami trauma akibat peristiwa kekerasan manusia terhadap manusia. Secara profesional, Kak Seto menunaikan tugas kelembagaannya secara tepat dan benar.

Namun di alam demokrasi yang mewarnai kehidupan bangsa Indonesia masa kini ditambah dengan suasana Bhinneka Tunggal Ika maka adalah wajar apabila tidak semua warga Indonesia sependapat dengan saya.

Namun saya tidak sependapat dengan mereka yang tega mengkritik Kak Seto dengan berbagai cemooh, mulai dari cari panggung demi popularitas sampai ke bersimpati kepada musuh bangsa Indonesia.

Menurut saya, kritik-kritik semacam itu kurang tepat. Saya cukup kenal kepribadian maupun popularitas Kak Seto yang saya kenal sejak sekitar 40 tahun yang lalu, di mana Kak Seto belum sepopular seperti di masa kini.

Setahu saya, Kak Seto memang memiliki kemampuan untuk bekerja keras secara sangat disiplin demi mewujudkan semangat kepeduliannya kepada anak-anak.

Kini Kak Seto sudah bukan saja cukup, namun sudah sangat tersohor sebagai tokoh perlindungan anak. Maka saya yakin bahwa Kak Seto tidak perlu sibuk cari panggung seperti mereka yang belum termashur seperti Kak Seto.  

Simpati

Mengenai tuduhan bahwa Kak Seto bersimpati terhadap musuh bangsa Indonesia, bukan saja kurang tepat namun bahkan berlebihan. Apakah simpati tergolong perasaan yang buruk? Apakah anak-anak dan remaja yang dikunjungi oleh Kak Seto di Petamburan adalah para musuh bangsa Indonesia?

Apakah anak-anak dan remaja itu telah melakukan angkara murka sedemikian buruk sehingga layak disebut sebagai musuh bangsa Indonesia? Apakah anak-cucu orangtua yang resmi berwarga negara Indonesia harus distigmasisasi sebagai musuh bangsa Indonesia?

Tentu saja saya tidak boleh, sebab tidak berhak menjawab segenap pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh mereka yang menyatakan Kak Seto cari panggung serta bersimpati (saya sengaja menghindari istilah bersahabat apalagi bersengkongkol) kepada musuh bangsa Indonesia.

Ikhlas


Sejauh saya mengenal kebesaran jiwa Kak Seto, maka saya merasa yakin bahwa Kak Seto menghadapi segenap badai topan kritik secara ikhlas, sebab beliau sudah terbiasa menghadapi cemooh bahkan fitnah di dalam perjuangan beliau melindungi anak-anak dari angkara murka lingkungan.

Jangankan Kak Seto, Ibu Theresa dan Sri Paus Fransiskus dalam keberpihakan dengan kaum miskin juga terbukti dikritik, dihujat, bahkan difitnah.

Ketika Jesus Kristus bertamu ke rumah Zaccheus yang berprofesi sebagai tukang pungut pajak bagi penguasa Romawi juga dikritik, kok mau-maunya berkunjung ke seorang musuh masyarakat Yerusalem.

Ketika anak-anak berusaha mendekati Jesus Kristus juga ditolak oleh kaum dewasa yang ingin melindungi Jesus Kristus dari gangguan anak-anak.

Akibat mengajarkan kasih-sayang, Jesus Kristus bahkan bukan cuma dikritik namun malah difitnah, ditangkap, dianiaya, diadili kemudian disalib.

Maka kini adalah giliran saya sendiri yang harus siap untuk ikhlas dikritik dan dihujat sebab naskah yang sedang Anda baca ini memang berpihak kepada Kak Seto yang memang saya hargai, hormati, dan kagumi sebagai tokoh garda terdepan perlindungan anak Indonesia. Merdeka !

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pertunjukan ‘Ada Apa dengan Srimulat’ Sukses Kocok Perut Penonton

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:57

Peran Indonesia dalam Meredam Konflik Thailand-Kamboja

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:33

Truk Pengangkut Keramik Alami Rem Blong Hantam Sejumlah Sepeda Motor

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:13

Berdoa dalam Misi Kemanusiaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:59

Mualem Didoakan Banyak Netizen: Calon Presiden NKRI

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:36

TNI AL Amankan Kapal Niaga Tanpa Awak Terdampar di Kabupaten Lingga

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:24

Proyek Melaka-Dumai untuk Rakyat atau Oligarki?

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:58

Wagub Sumbar Apresiasi Kiprah Karang Taruna Membangun Masyarakat

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:34

Kinerja Polri di Bawah Listyo Sigit Dinilai Moncer Sepanjang 2025

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:19

Dugaan Korupsi Tambang Nikel di Sultra Mulai Tercium Kejagung

Minggu, 28 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya