Dari 8 daerah yang menggelar Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Jawa Barat, hasil di dua daerah menjadi pukulan telak bagi Partai Golkar. Dua daerah itu adalah Kabupaten Bandung dan Indramayu.
Kekalahan di dua daerah tersebut sekaligus mengakhiri hegemoni Partai Golkar selama dua dekade terakhir.
"Catatan untuk Kabupaten Bandung pemenang pilkadanya adalah mantan kader Partai Golkar yang menyeberang ke partai lain. Kekalahan ini tentu terasa menyakitkan bagi Partai Golkar karena lebih dari dua dekade menjadi kekuatan politik yang mendominasi wilayah tersebut," kata Direktur Lingkar Studi Demokrasi Indonesia (LSDI), Amir Soedrajat, kepada Kantor Berita RMOLJabar, Jumat (18/12).
Begitu pula dengan dominasi Golkar yang rontok di Kabupaten Indramayu. Padahal, selama dua dekade, partai berlambang pohon beringin itu sangat berkuasa dan menjadi kekuatan politik paling dominan, baik di eksekutif maupun di legislatif.
Dalam pandangan Amir, ada dua faktor utama yang menjadi penyebab kekalahan Golkar di Indramayu. Yakni isu korupsi dan konflik internal yang menyerang Golkar menjelang Pilkada.
"Faktor korupsi di Partai Golkar Indramayu menjadi rapor merah bagi masyarakat‎, sehingga menyulitkan Partai Golkar mendapatkan dukungan pemilih. Konflik internal menjelang Pilkada juga menjadi faktor yang sangat memberatkan Partai Golkar untuk menjalankan mesin partai secara efektif," ujarnya.
Menurut Amir, secara umum kesalahan-kesalahan Partai Golkar di Jawa Barat dikarenakan analisis-analisi‎s sederhana yang lupa dijalankan.
Semisal buruknya pemetaan geopolitik wilayah pilkada, mengabaikan realitas kultural masyarakat, rendahnya pembentukan image building di tingkat figur dan kelembagaan partai, serta diseminasi informasi yang buruk dan lemahnya langkah mempengaruhi publik melalui berbagai program strategis.
"Bagi partai sebesar Golkar, berbagai perencanaan strategis itu sangatlah tidak masuk akal bisa terabaikan. Itu harus menjadi catatan berharga bagi Golkar dalam menghadapi berbagai kontestasi politik di masa mendatang," tutur Amir.
Selain itu, lanjut Amir, memasuki tahun 2021 ini belum tampak langkah dari Partai Golkar untuk memunculkan kader-kader muda potensial yang bisa membuat penyegaran. Golkar masih mengandalkan generasi-genera‎si lamanya yang sulit menggaet kaum milenial.
Problem lainnya yang mempengaruhi kinerja Partai Golkar Jawa Barat adalah belum terkonsolidasi dengan baik semua potensi kelembagaan pascatransisi kepemimpinan.
"Konsolidasi kelembagaan mutlak dilakukan mengingat makin beratnya tantangan politik ke depan. Semua personel dan semua potensi kelembagaan yang ada dalam Golkar harus satu visi dan misi sejalan dengan kebijakan strategis pemimpinnya. Itu merupakan modal dasar yang harus dilakukan oleh Golkar untuk kembali bangkit mengembalikan kejayaannya di Jawa Barat," demikian Amir.