Berita

Kerumunan di saat pilkada/Net

Politik

MUI Berharap Kasus Kerumunan Di Acara Pilkada Turut Diproses

MINGGU, 13 DESEMBER 2020 | 10:26 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Pihak kepolisian harus mempunyai data korban sakit dan meninggal dunia akibat terpapar Covid-19 usai mereka mendatangi acara kerumunan yang digelar Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab.

Wakil Ketua Umum (Waketum) Majelis Ulama Indonesia (MUI)Anwar Abbas juga meminta aparat untuk mempunyai data korban sakit dan meninggal dunia akibat dari kerumunan-kerumunan yang dilakukan oleh pemerintah dan partai politik dalam konteks Pilkada 2020.

"Khusus tentang pilkada, masyarakat sudah banyak mengingatkan pemerintah supaya menunda pilkada. Tapi pemerintah tetap melaksanakannya, sehingga kerumunan-kerumunan sewaktu kampanye dan sewaktu pencoblosan banyak terjadi," kata Anwar Abbas kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (13/12).

Ketua PP Muhammadiyah ini menilai kerumunan yang dilakukan oleh pemerintah juga serupa dengan kerumunan di acara Habib Rizieq Shihab. Dia berharap agar penanganan seupa juga dilakukan.

"Pertanyaannya siapa yang akan dijadikan tersangka, dalam hal ini oleh pihak kepolisian? Apakah mereka bisa terbebas dari tuntutan hukum?" tanyanya.

Kata Anwar, publik akan bertanya-tanya soal jumlah korban yang sakit atau meninggal dunia pasca menghadiri kerumunan di acara Habib Rizieq maupun di acara lain serta pilkada.

"Sampai sekarang saya belum tahu jumlah korban sakit dan meninggal dari acara yang diselenggarakan oleh Habib Rizieq dan oleh pihak lainnya. Tapi dalam konteks pilkada, dari beberapa media saya tahu bahwa jumlah petugas KPPS yang sudah terbukti reaktif Covid-19 adalah 79.000 orang dan yang meninggal juga cukup banyak," jelas Anwar.

"Lalu bagaimana kita menyelesaikannya secara hukum, sementara kita tahu bahwa negara kita adalah negara hukum yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,” tutupnya.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Resmi Tersangka KPK

Selasa, 16 April 2024 | 07:08

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Halal Bihalal Partai Golkar

Selasa, 16 April 2024 | 01:21

UPDATE

Mudahkan Milenial dan Gen Z Miliki Hunian di Bali, BTN Tawarkan Skema Khusus

Sabtu, 27 April 2024 | 01:36

Sikap Ksatria Prabowo Perlu Ditiru Para Elite Politik

Sabtu, 27 April 2024 | 01:11

Gus Fawait Resmi Didukung Gerindra Maju Bacabup Jember

Sabtu, 27 April 2024 | 00:59

Rekonsiliasi Prabowo-Megawati Bisa Dinginkan Suhu Politik

Sabtu, 27 April 2024 | 00:31

Kejagung Tetapkan 5 Tersangka Baru Korupsi PT Timah, 3 Orang Langsung Ditahan

Jumat, 26 April 2024 | 23:55

Menlu RI Luncurkan Buku "Menghadirkan Negara Hingga Ujung Dunia" di HWPA Award 2023

Jumat, 26 April 2024 | 23:37

Indonesia Tim Pertama yang Jebol Gawang Korsel, Pimpinan Komisi X: Prestasi yang Patut Diapresiasi

Jumat, 26 April 2024 | 23:33

Konfrontasi Barat Semakin Masif, Rusia Ajak Sekutu Asia Sering-sering Latihan Militer

Jumat, 26 April 2024 | 23:21

Menlu RI: Jumlah Kasus WNI di Luar Negeri Melonjak 50 Persen Jadi 53.598

Jumat, 26 April 2024 | 23:06

Ubedilah: 26 Tahun Reformasi, Demokrasi Memburuk

Jumat, 26 April 2024 | 23:01

Selengkapnya