Berita

Ilustrasi/Net

Suluh

Promoter Adalah Kunci

SENIN, 07 DESEMBER 2020 | 22:07 WIB | OLEH: AZAIRUS ADLU

Tewasnya enam orang anggota Laskar Front Pembela Islam (FPI) yang ditembak aparat kepolisian di Jalan Tol Cikampek membuat heboh masyarakat, opini publik terbelah atas kejadian tersebut.

Ada yang menyatakan langkah polisi sudah tepat karena anggota laskar dianggap membahayakan keselamatan anggota, terlebih, pernyataan Kapolda Metro Jaya, Irjen Fadil Imran menyebut anggota laskar tersebut membawa senjata api dan tajam.

Jadi apa yang terjadi sudah sesuai aturan main yang berlaku, siapa saja yang mengancam jiwa keselamatan anggota Polri bisa dilakukan tindakan tegas dan terukur, dalam hal ini tembak di tempat yang mengakibatkan kematian.

Namun sebagian lain justru mempertanyakan langkah anggota polisi yang menembak mati enam anggota laskar tesebut. Publik menilai, apa perlu ditembak mati, mengapa tidak dilumpuhkan saja, atau se-urgent itu hingga harus diberi peluru panas hingga tewas?

Bahkan ada yang terang-terangan tidak percaya sama sekali dengan apa yang disampaikan oleh Irjen Fadil. Terlebih, keterangan dari FPI menyatakan, keterangan Polri adalah fitnah, tidak sesuai dengan fakta yang mereka yakini.

FPI mengklaim, tidak ada penyerangan yang dilakukan oleh anggota laskar, dan tidak ada anggota laskar FPI yang memiliki senjata api, seperti apa yang disampaikan Kapolda Metro Jaya.

Menariknya, mengapa terjadi pembelahan opini publik atas kejadian yang menewaskan enam anggota laskar FPI ini? apakah memang trust publik kepada institusi baju cokelat sebegitu rendahnya? atau memang ada yang janggal dari penjelasan kejadian ditembak matinya enam orang pengikut Habib Rizieq Shihab ini?

Dari kejadian ini, hampir semua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang fokus pada hukum dan hak asasi manusia (HAM) menyayangkan langkah yang diambil kepolisian dalam menindak pengikut Habib Rizieq ini.

Bahkah banyak elite yang menyuarakan keprihatinan atas kejadian tersebut. Mereka hampir bulat meminta agar dibentuk tim independen pencari fakta atas tewasnya enam anak muda tersebut.

Komisi Nasional (Komnas) HAM sendiri sudah bergerak cepat, mereka menegaskan sudah membentuk tim untuk menggali informasi dan fakta kejadian nahas tersebut. Hal ini lantaran ada dua versi yang bertolak belakang atas tewasnya anggota laskar FPI.

Menurut Komnas HAM, hal ini penting untuk mendapat informasi utuh atas kejadian yang berpotensi membuat ricuh keamanan dan ketertiban nasional. Komnas HAM berharap, baik Polri dan FPI bersedia memberikan informasi lengkap.

Dengan fakta ini, jelas terlihat publik Indonesia sudah mulai dewasa dan tidak mudah mengambil kesimpulan atas informasi yang disampaikan, bahkan oleh petugas hukum, dalam hal ini adalah Korps Bhayangkara.
Jelas pula terlihat, polisi sebagai institusi masih belum menjadi lembaga penegak hukum yang dapat dipercaya seutuhnya oleh masyarakat, masih perlu pembenahan di sana-sini.

Sekarang jadi tugas besar Polri membuat publik luas percaya bahwa yang dilakukan anggotanya terhadap laskar FPI adalah penegakan hukum, bukan extra judicial killing seperti apa yang dituduhkan sebagian elite kepada Polri.

Polisi harus mampu membeberkan bukti-bukti kuat, bersikap profesional bilamana tim pencari fakta independen bekerja, lalu mengedepankan pendekatan berbasis scientific dan teknologi supaya publik percaya dan polisi tidak punya beban atas penindakan terhadap laskar FPI ini.

Selain itu, agar slogan profesional, modern, terpercaya (Promoter) betul-betul bisa dirasakan oleh publik.

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Legislator PKS Soroti Deindustrialisasi Jadi Mimpi Buruk Industri

Rabu, 20 November 2024 | 13:30

UPDATE

Jokowi Tak Serius Dukung RK-Suswono

Jumat, 29 November 2024 | 08:08

Ferdian Dwi Purwoko Tetap jadi Kesatria

Jumat, 29 November 2024 | 06:52

Pergantian Manajer Bikin Kantong Man United Terkuras Rp430 Miliar

Jumat, 29 November 2024 | 06:36

Perolehan Suara Tak Sesuai Harapan, Andika-Hendi: Kami Mohon Maaf

Jumat, 29 November 2024 | 06:18

Kita Bangsa Dermawan

Jumat, 29 November 2024 | 06:12

Pemerintah Beri Sinyal Lanjutkan Subsidi, Harga EV Diprediksi Tetap Kompetitif

Jumat, 29 November 2024 | 05:59

PDIP Akan Gugat Hasil Pilgub Banten, Tim Andra Soni: Enggak Masalah

Jumat, 29 November 2024 | 05:46

Sejumlah Petahana Tumbang di Pilkada Lampung, Pengamat: Masyarakat Ingin Perubahan

Jumat, 29 November 2024 | 05:31

Tim Hukum Mualem-Dek Fadh Tak Gentar dengan Gugatan Paslon 01

Jumat, 29 November 2024 | 05:15

Partisipasi Pemilih Hanya 55 Persen, KPU Kota Bekasi Dinilai Gagal

Jumat, 29 November 2024 | 04:56

Selengkapnya