Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Prancis Bela Australia Kecam Keras Foto Satir, China: Katanya Bela ‘Hak Atas Karikatur’, Tapi Kok Kecam Karya Seniman Muda?

RABU, 02 DESEMBER 2020 | 14:26 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Kedutaan Besar China di Prancis geram setelah negara itu berpihak pada Australia dan mengeluarkan kecaman atas cuitan diplomat Beijing di Twitter.

Kedutaan Besar China menampar Prancis karena bergabung dengan Australia dalam mengkritik China atas tweet yang mengecam perilaku brutal tentara Australia di Afghanistan.

“Prancis tidak mengutuk kekejaman perang yang merobek dan membunuh warga sipil, tetapi malah ikuta-ikutan menuduh mereka yang mengecam kekejaman tersebut,” katanya dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Global Times, Rabu (2/12).


Sebelumnya, pemerintah Prancis dalam sebuah pernyataan menggambarkan tweet dari juru bicara kementerian luar negeri China Zhao Lijian sebagai metode diplomatik yang tidak layak, dan sebagai penghinaan terhadap semua negara yang angkatan bersenjatanya telah terlibat di Afghanistan.

Kedutaan China mengatakan komentar seperti itu tidak menyenangkan, seraya menambahkan bahwa mereka yang membuat pernyataan seperti itu berpihak pada penjahat perang.

“Mengapa negara yang dengan tegas membela ‘hak atas karikatur’ tidak dapat mentolerir hak yang sama untuk seniman muda Tiongkok? Di mana kebebasan berbicara yang didukung Prancis?” tanya Kedutaan Besar China di Prancis.

Reaksi dari Prancis adalah karena pola pikir standar ganda.

Departemen Pertahanan Australia secara terbuka mengakui dalam sebuah laporan bahwa belasan anggota Pasukan Khusus Australia membunuh 39 warga sipil dan tahanan Afghanistan antara tahun 2009 dan 2013. Dua anak laki-laki berusia 14 tahun dimasukkan ke dalam tas dan dibuang ke sungai setelah tenggorokan mereka dipotong.
Kementerian Luar Negeri Afghanistan mengatakan di situs webnya bahwa pihaknya bekerja sama dengan pemerintah Australia untuk menyelidiki kesalahan tentara Australia di Afghanistan itu untuk memastikan para pelakunya diidentifikasi dan dibawa ke pengadilan.

Mantan duta besar Afghanistan untuk China, Sultan Ahmad Baheen mengatakan kepada Global Times pada hari Selasa (1/12) bahwa tindakan tentara Australia membunuh warga sipil Afghanistan harus dikutuk.

Kritik China terhadap perilaku brutal tentara Australia di Afghanistan dipuji oleh Afghanistan Times yang berbasis di Kabul sebagai ‘contoh yang bagus’.

“China adalah negara kuat yang pasti memiliki pengaruh di kawasan. Tindakan seperti itu akan memberikan jaminan bahwa tidak ada negara yang akan mengikuti kejahatan seperti yang dilakukan tentara Australia,” kata editorial dari Afghanistan Times.

“Warga Afghanistan menyambut baik langkah China untuk tidak hanya mengutuk tetapi juga bereaksi keras atas pembunuhan di luar hukum di Afghanistan,” katanya, sambil menyerukan negara-negara lain untuk membawa para pembunuh warga Afghanistan yang tidak bersalah ke pengadilan.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengkritik tweet diplomat China itu sebagai palsu dan jahat dan bahkan menuntut permintaan maaf.

Permintaan itu memicu reaksi balik dari pencipta kartun tersebut, Wuheqilin.

“Morrison seharusnya tidak melampiaskan amarahnya pada Zhao, atau saya, tetapi kejahatan yang dilakukan oleh tentara Australia di Afghanistan,” ungkap Wuheqilin.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kades Diminta Tetap Tenang Sikapi Penyesuaian Dana Desa

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:10

Demokrat Bongkar Operasi Fitnah SBY Tentang Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:08

KPK Dalami Dugaan Pemerasan dan Penyalahgunaan Anggaran Mantan Kajari HSU

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:01

INDEF: MBG sebuah Revolusi Haluan Ekonomi dari Infrastruktur ke Manusia

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:48

Pesan Tahun Baru Kanselir Friedrich Merz: Jerman Siap Bangkit Hadapi Perang dan Krisis Global

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:40

Prabowo Dijadwalkan Kunjungi Aceh Tamiang 1 Januari 2026

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:38

Emas Antam Mandek di Akhir Tahun, Termurah Rp1,3 Juta

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:26

Harga Minyak Datar saat Tensi Timteng Naik

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:21

Keuangan Solid, Rukun Raharja (RAJA) Putuskan Bagi Dividen Rp105,68 Miliar

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:16

Wacana Pilkada Lewat DPRD Salah Sasaran dan Ancam Hak Rakyat

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:02

Selengkapnya