Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Pakar: Jika Erdogan Nekat Mengisi Wilayah Nagorno-Karabakh Dengan Pasukan Suriah, Itu Berarti Pecah Bentrokan Rusia-Turki

SABTU, 28 NOVEMBER 2020 | 11:58 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Laporan bahwa Turki akan mengisi wilayah-wilayah di Nagorno-Karabakh yang telah dikuasai Azebaijan dengan pasukan Suriah kemungkinan besar akan mendapat pertentangan dari Rusia. Rusia tidak akan mengizinkan dan akan mengambil tindakan anti-teroris.

Pakar studi Turki Ruben Melkonyan mengatakan kepada Armenpress kemungkinan hal itu, saat mengomentari laporan media asing dan lokal yang mengatakan Turki di bawah pemerintahan Recep Tayyib Erdogan segera memindahkan warga Suriah ke beberapa distrik di wilayah Nagorno Karabakh.

Jika hal itu benar-benar terbukti, tentu akan menimbulkan masalah besar dan berpotensi menjadi pertentangan baru yang sangat serius untuk wilayah di sekitarnya.

Melkonyan mengatakan, persoalan tersebut harus dilihat dari dua domain penting.

“Yang pertama adalah partisipasi Turki yang terang-terangan pada perang di Nogorno-Karabakh. Kami beranggapan, setelah perang selesai Turki juga akan terus mempertahankan kehadiran aktifnya dalam masalah ini," ujar Melkonyan, seperti dikutip dari Armenpress, Sabtu (28/11).

Wajar jika Turki mencoba mengambil beberapa langkah dalam prioritas kebijakannya, menurut Melkonyan.

"Kedua, perlu diperhatikan bahwa kebijakan demografi atau rekayasa demografis memiliki tempat yang sangat penting dalam kebijakan Turki," ujar Melkonyan, menekankan bahwa hal itu didasarkan pada tradisi negara dan memiliki sejarah berabad-abad.

Di wilayah pendudukan, Turki akan memulai kebijakan untuk menetralkan ancaman lebih lanjut dan menciptakan ancaman tambahan bagi negara-negara musuh, kata ahli tersebut.

Sebelum Genosida Armenia, Turki telah menempati berbagai wilayah bersejarah Armenia dengan berbagai negara Muslim yang kemudian berperan dalam pelaksanaan Genosida Armenia.

Turki menduduki beberapa wilayah di Suriah dan mengisinya dengan orang-orang yang setia padanya.

Menurut pakar tersebut, Turki juga melakukan hal yang sama di wilayah Artsakh yang dikuasai Azerbaijan.

"Analisis saya didasarkan pada prinsip-prinsip kebijakan demografis Turki, dan prinsip-prinsip ini memungkinkan untuk mengklaim bahwa mengisi wilayah pendudukan Artsakh dengan orang-orang yang setia kepada Turki adalah sangat realistis," kata Melkonyan.

Melkonyan yakin bahwa beberapa dari orang-orang ini akan menjadi teroris bersama keluarga mereka yang dapat berubah dari 'sipil damai' menjadi teroris ekstrim kapan saja.

Ketika ditanya mengapa tidak ada keinginan untuk mengisi wilayah itu dengan orang Azerbaijan yang dibelanya selama ini, Melkonyan mengatakan pertanyaan itu harus dilihat dalam konteks perkembangan publik.

"Kita harus memahami apakah pernyataan Azerbaijan bahwa para pengungsi ingin pindah ke Aghdam dan wilayah lain, adalah benar atau hanya mitos," katanya.

“Rusia seharusnya tidak mengizinkan pengiriman teroris ke wilayah yang lebih dekat dengan perbatasannya. Tetapi jika kita melihat masalah dari perspektif politik, kehadiran teroris di wilayah ini akan memungkinkan Rusia mengambil langkah-langkah tertentu kapan saja di bawah bendera perang anti-teroris atau lainnya,” ujar Melkonyan.

Melkonyan menyarankan untuk melihat perkembangannya dan memahami prioritas mana yang lebih berpengaruh bagi Rusia; kemanusiaan atau anti-teroris.

Para ahli, bagaimanapun, percaya bahwa baik Rusia dan Iran tidak akan menerima langkah-langkah itu.

"Namun demikian, kami perlu memahami bahwa masalah ini akan menjadi salah satu poin kunci dari bentrokan Rusia-Turki atau Turki-Iran," kata Ruben Melkonyan.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Pengukuhan Petugas Haji

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:04

Chili Siap Jadi Mitra Ekonomi Strategis Indonesia di Amerika Selatan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:02

Basri Baco: Sekolah Gratis Bisa Jadi Kado Indah Heru Budi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:42

Pemprov DKI Tak Ingin Polusi Udara Buruk 2023 Terulang

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:24

Catat, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 9-10 Mei

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:22

BMKG Prediksi Juni Puncak Musim Kemarau di Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:27

Patuhi Telegram Kabareskrim, Rio Reifan Tak akan Direhabilitasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:05

Airlangga dan Menteri Ekonomi Jepang Sepakat Jalankan 3 Proyek Prioritas Transisi Energi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:00

Zaki Tolak Bocorkan soal Koalisi Pilkada Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:35

Bertemu Wakil PM Belanda, Airlangga Bicara soal Kerja Sama Giant Sea Wall

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:22

Selengkapnya