Berita

Wisuda sarjana STIT Al-Ishlah Bondowoso/Net

Publika

Sekolah Tinggi Ilmu Kehidupan

SABTU, 21 NOVEMBER 2020 | 13:34 WIB

NAMANYA STIT, singkatan dari Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah, namun para mahasiswanya sering menyebut kalau STIT itu singkatan dari Sekolah Tinggi Ilmu Toko, Sekolah Tinggi Ilmu Ternak, Sekolah Tinggi Ilmu Tani, atau entah apa lagi kepanjangan yang cocok untuk STIT.

STIT Al-Islah Bondowoso, perguruan tinggi yang berada di ujung timur pulau Jawa ini sangat istimewa. Ketika menghadiri wisuda sarjana angkatan yang ke empat, saya seperti melihat pengukuhan doktor daripada wisuda sarjana.

Lulusannya terlihat percaya diri. Ini modal besar bagi lulusan manapun, lulusan yang siap mengambil tanggung jawab, siap membangun, siap berjibaku dengan kerasnya kehidupan.
 
Selama menempuh pendidikan di STIT Al-Islah, tampaknya para mahasiswa tidak hanya diajarkan tentang pengetahuan yang bersifat akademik namun juga digembleng dengan berbagai ketrampilan hidup seperti berdagang, beternak, bertani. Pantas mereka percaya diri ketika lulus.

Pendidikan di Indonesia ditantang untuk menjawab tuntutan bagaimana mempersiapkan generasi muda yang tangguh, yang mampu menjawab tantangan jaman.

Setiap lulusan di Indonesia harus menghadapi pertanyaan, bagaimana nasib para lulusan baru ketika angka pengangguran yang ada saja sudah sangat tinggi, bahkan krisis ekonomi saat ini telah melahirkan 19 juta pengangguran baru di negeri ini.
 
Anehnya, perguruan tinggi di Indonesia secara umum tidak menghasilkan lulusan yang trampil, yang siap berkarya.

Contoh sederhana, revolusi digital yang hari ini kita hadapi telah membuka begitu besar kesempatan untuk para lulusan bidang keahlian IT, pemprograman, dan keahlian lain terkait digital.

Namun kenyataannya dunia usaha sangat sulit bahkan sekedar untuk mendapatkan 1 orang tenaga IT Developer yang yang siap bekerja saja, di tengah puluhan ribu lulusan yang dilahirkan setiap tahun oleh perguruan tinggi.

Ini baru menyangkut satu keahlian, lalu bagaimana dengan bidang keahlian pertanian, perkebunan, perdagangan, perikanan, dan bidang keahlian yang lain?
 
Pendidikan di Indonesia yang kerap dikritik belum bisa mengantarkan konsep "link and match" harus berbenah diri, bagaimana pendidikan di Indonesia dapat mengantarkan generasi yang siap mengisi kehidupan, siap berpartisipasi dalam berbagai sektor pembangunan.
 
Indonesia, yang dikarunia berbagai kekayaan alam yang melimpah hingga hari ini belum mampu menjadikan kekayaan alamnya sebagai alat untuk kesejahteraan anak bangsanya.

Bangsa ini kedodoran menghadapi derasnya arus globalisasi, bahkan semakin ke sini ekonomi semakin liberal, kapitalisme semakin mendapat tempat merangsek berbagai sector, membuat ruang gerak masyarakat semakin sempit dalam partisipasi ekonomi.
 
Apa yang dilakukan oleh STIT Al-Islah adalah sebuah inspirasi, para pimpinan inistitusi ini mampu melihat benang merah persoalan yang dihadapi anak bangsa dan merumuskan bagaimana menjawab persoalan tersebut melalui pendidikan yang dilakukan sehingga menghasilkan lulusan yang siap hidup.
 
Institusi ini bisa menarik kesimpulan dimana kejayaan sebuah bangsa tidak serta merta terletak pada seberapa hebat kekayaan alamnya, namun terlebih adalah pada pembangunan karakter anak bangsanya.
 
Pembangunan karakter, di situlah letak pendidikan yang sesunggungnya, itulah yang disebut tarbiyah. STIT mengimplementasikan tarbiyah secara utuh, memaknai pendidikan secara utuh. Bahwa pendidikan tidak sekedar pengajaran, pendidikan meliputi pembangunan karakter, dimana keahlian hidup menjadi bagian yang tidak terpisahkan darinya.
 
STIT Al-Islah adalah institusi yang berada di tengah pondok pesantren Al-Islah, Kota Bondowoso, Jawa Timur. Sebuah pondok berpengaruh yang dipimpin oleh seorang kiai visioner bernama KH. Toha Yusuf Zakariya, Lc.

STIT Al-Islah dipimpin oleh ketua H. Muhammad Malik M.Ag, sosok sederhana yang turut melahirkan institusi ini.
 
Jadi, kalau para mahasiswa mengartikan STIT ini dengan sebutan yang bermacam-macam, saya sendiri lebih cocok menyebut STIT sebagai sebuah Sekolah Tinggi Ilmu Kehidupan.

Heppy Trenggono
Pengusaha, President of Indonesian Islamic Business Forum

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Samsung Solve for Tomorrow 2024, Momentum untuk Dorong Peningkatan Literasi Digital

Sabtu, 27 April 2024 | 11:48

Paguyuban Warung Madura: Harusnya Kami Dilindungi Bukan Diberangus!

Sabtu, 27 April 2024 | 11:36

PIS Sukses Tekan Emisi 25,4 Ribu Ton Setara CO2

Sabtu, 27 April 2024 | 11:18

Sam Altman hingga Sundar Pichai Gabung Dewan Keamanan AI Amerika Serikat

Sabtu, 27 April 2024 | 10:59

OASA Perkuat Modal di Anak Usaha Rp69 Miliar

Sabtu, 27 April 2024 | 10:41

Ilham Bintang: Prabowo Siap-Siap Beli Obat Anti Resah

Sabtu, 27 April 2024 | 10:37

Induk Perusahaan Google Bagi-bagi Dividen untuk Pertama Kali

Sabtu, 27 April 2024 | 10:29

KPU Sewa 8 Kantor Hukum Hadapi Perselisihan Pileg 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:20

Blinken: Amerika Tidak Bermaksud Menghambat Tiongkok Lewat Pembatasan Ekspor Chip

Sabtu, 27 April 2024 | 10:18

Realisasi Anggaran untuk IKN Capai Rp4,3 Triliun per April 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:02

Selengkapnya