Berita

Salah satu bentuk kerumunan ykedatangan Habib Rizieq yang berujung pencopotan Kapolda/RMOL

Politik

Pengamat: Banyak Kapolda Dicopot Jika Benar Alasannya Tidak Maksimal Terapkan Protokol Covid-19

RABU, 18 NOVEMBER 2020 | 01:40 WIB | LAPORAN: ANGGA ULUNG TRANGGANA

Pencopotan Kapolda Jawa Barat yang disebabkan ketidaktegasan penerapan protokol kesehatan visur Corona bru (Covid-19) merupakan alasan nurmatif.

Pengamat Politik dan Keamanan Universitas Padjadjaran (Unpad), Yusa Djuyandi menilai, pencopotan Kapolda Jabar bukan semata tidak mampu bersikap tegas terhadap pelanggaran prokes. Namun di sisi lain, membendung massa yang begitu banyak sangat sulit.

Sebbanya, massa yang hadir saat menyambut Habib Rizieq Shihab di Megamendung, Bogor itu tempau banyak.

"Prokes itu alasan normatif. Hal itu sama sulitnya membendung orang untuk tidak datang ke tempat kampanye terbuka kalau ada sesuatu yang menjadi daya tarik," paparnya, Selasa (17/11) seperti diberitakan Kantor Berita RMOLJabar.

Dalam pandangan Yusa, jika benar alasan tidak tegas menerapkan protkol Covid19, seharusnya tidak hanya Kapolda Jabar yang diberikan sanksi.

Yusa menilai, Komite Kebijakan Penanganan Covid-19 Jabar sebagai lembaga penangangan dan pencegahan penyebaran Covid-19 juga harus dikenakan sanksi.

"Keduanya (Kapolda dan Komite Covid-19). Nah, seharusnya pencopotan itu tidak secara tiba-tiba dengan alasan prokes," ucapnya.

Menurutnya, aparat kepolisian telah berusaha dengan keras dalam melaksanakan penanganan dan pencegahan sebaran covid-19 serta penerapan protokol kesehatan.

Ia berpendapat, jika alasan pencopotan karena prokes, maka akan banyak kepala kepolisian lain yang akan mengalami nasib serupa (pencopptan.

Apalagi, momen tahapan Pilkada sangat rentan terjadi kerumunan massa pada saat kampanye.

"Intinya gini. Kalau alasannya prokes bakal banyak kapolda yang bisa dicopot karena kerumunan massa pendukung paslon saat kampanye," tukasnya.

Populer

Prabowo Perintahkan Sri Mulyani Pangkas Anggaran Seremonial

Kamis, 24 Oktober 2024 | 01:39

Karangan Bunga untuk Ferry Juliantono Terus Berdatangan

Selasa, 22 Oktober 2024 | 12:24

Jejak S1 dan S2 Bahlil Lahadalia Tidak Terdaftar di PDDikti

Sabtu, 19 Oktober 2024 | 14:30

KPK Usut Keterlibatan Rachland Nashidik dalam Kasus Suap MA

Jumat, 25 Oktober 2024 | 23:11

UI Buka Suara soal Gelar Doktor Kilat Bahlil Lahadalia

Senin, 21 Oktober 2024 | 16:21

Hikmah Heboh Fufufafa

Minggu, 20 Oktober 2024 | 19:22

Begini Kata PKS Soal Tidak Ada Kader di Kabinet Prabowo-Gibran

Minggu, 20 Oktober 2024 | 15:45

UPDATE

BSD Kantongi Rp6,84 Triliun dari Prapenjualan Properti

Senin, 28 Oktober 2024 | 16:02

Pukulan Keras Ilia Topuria Tumbangkan Max Holloway di UFC 308

Senin, 28 Oktober 2024 | 15:53

Ipda Rudy Soik: Bapak Kapolda Orang Baik, Tapi Informasi Sampai ke Beliau Tidak Benar

Senin, 28 Oktober 2024 | 15:30

HUT ke-20, UCLG ASPAC Komitmen Ciptakan Kota Ramah Lingkungan, Digital, dan Berteknologi Tinggi

Senin, 28 Oktober 2024 | 15:29

Baleg DPR Gelar Rapat Pleno, Ini Agendanya

Senin, 28 Oktober 2024 | 15:22

Ekonom Sebut Pemerintah Tak Boleh Asal Bantu Selamatkan Sritex

Senin, 28 Oktober 2024 | 15:16

Direstui Jokowi Jadi Parpol, Projo Harus Buktikan Punya Banyak Pasukan

Senin, 28 Oktober 2024 | 14:59

Retret Kabinet Merah Putih di Akademi Militer Jadi Sorotan Media Asing

Senin, 28 Oktober 2024 | 14:55

Kapolda Sulteng Diingatkan DPR Sering-sering Main ke Tahanan

Senin, 28 Oktober 2024 | 14:48

Awal Pekan, Mayoritas Harga Bahan Pokok Naik

Senin, 28 Oktober 2024 | 14:45

Selengkapnya