Berita

Masa depan hubungan Amerika Serikat dengan Korea Utara di masa pemerintahan Joe Biden mendatang menjadi isu yang disorot banyak pihak/Net

Dunia

Apa Arti Terpilihnya Joe Biden Di Amerika Serikat Bagi Korea Utara?

MINGGU, 15 NOVEMBER 2020 | 15:31 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Kemenangan Joe Biden dalam pemilu presiden Amerika Serikat pekan kemarin disambut ucapan selamat dari sejumlah pemimpin negara di dunia. Namun hal tersebut belum terdengar datang dari Korea Utara.

Keheningan Korea Utara mengundang tanda tanya sendiri. Sebenarnya, apa makna terpilihnya Biden bagi Korea Utara?

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un diketahui berhasil membangun hubungan yang baik dengan Presiden Amerika Serikat saat ini, Donald Trump.

"Saya pikir Korea Utara akan kecewa karena Trump tidak menang," kata mantan perwakilan khusus Amerika Serikat untuk kebijakan Korea Utara di bawah Presiden Obama dan Trump, Joseph Yun.

"Bagi mereka, Trump adalah masalah besar, mereka memiliki tiga pertemuan puncak, pertemuan yang belum pernah terjadi sebelumnya," sambungnya, menekankan hubungan yang tidak biasa yang dijalin oleh Kim dan Trump.

Pada sejumlah kesempatan selama empat tahun terakhir, keduanya juga kerap bertukar surat. Trump kerap menggambarkan surat tersebut sebagai "surat cinta".

Namun kini, hubungan semacam itu agaknya akan segera memudar, mengingat Trump kalah dalam pemilu presiden Amerika Serikat tahun ini dan posisinya akan segera digantikan oleh Biden dalam beberapa minggu ke depan.

Di sisi lain, Biden merupakan sosok yang kerap bersikap frotal dan mengkritik hubungan Trump dan Kim. Menurut Biden, sikap Trump terasebut justru melemahkan sanksi Amerika Serikat terhadap Korea Utara.

Tidak sampai di situ, Biden juga kerap menyebut Kim sebagai "preman" dalam debat presiden terakhir dan sangat kritis terhadap Korea Utara selama kampanye presiden tahun ini.

Kini, dengan terpilihnya Biden dalam pemilu presiden Amerika Serikat, belum tampak jelas bagaimana arah kebijakannya nanti terkait dengan Korea Utara.

Biden sendiri sebelumnya telah menguraikan prioritas kebijakannya saat masuk ke Gedung Putih. Namun Korea Utara tidak masuk ke dalam daftar tersebut.

Namun yang jelas, berbeda dari Trump, Biden telah secara tegas menjelaskan bahwa dia tidak ingin duduk bersama Kim tanpa prasyarat.

Jika menengok ke masa lalu, preseden menunjukkan bahwa Korea Utara memiliki kecenderungan untuk melakukan semacam provokasi pada tahap awal pemerintahan baru Amerika Serikat.

Korea Utara menembakkan rudal hanya beberapa minggu setelah Presiden Trump dilantik pada tahun 2017.

Hal itulah yang membuat sejumlah pakar kini bertanya-tanya soal apakah Korea Utara akan merasa perlu melakukan yang serupa pada Biden.

"Korea Utara sering mengirim telegram tentang apa yang akan mereka lakukan," kata seorang profesor di Universitas Yonsei, Seoul  John Delury, seperti dikabarkan CNN.

"Jika Anda mendengarkan dengan cermat pernyataan mereka, mereka biasanya menunjukkan ke mana mereka menuju, dan saya akan mengatakan hampir tidak ada sinyal bahwa mereka (Korea Utara) merencanakan provokasi atau uji coba besar," sambungnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Yun. Dia melihat bahwa meski Biden merupakan sosok yang tampak bertolak belakang dengan Trump dalam isu Korea Utara, namun saat ini merupakan waktu yang berbeda bagi Kim. Sehingga ujicoba rudal mungkin tidak menjadi agenda utama dia seperti empat tahun lalu.

"Mereka (Korea Utara) sekarang telah membuktikan bahwa mereka memiliki ICBM (rudal balistik antarbenua) yang dapat menjangkau hampir di mana saja di benua Amerika Serikat, mereka juga memiliki perangkat nuklir yang sangat besar yang mereka uji pada tahun 2017," terang Yun.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Viral Video Mesum Warga Binaan, Kadiv Pemasyarakatan Jateng: Itu Video Lama

Jumat, 19 April 2024 | 21:35

UPDATE

Satgas Judi Online Jangan Hanya Fokus Penegakkan Hukum

Minggu, 28 April 2024 | 08:06

Pekerja Asal Jakarta di Luar Negeri Was-was Kebijakan Penonaktifan NIK

Minggu, 28 April 2024 | 08:01

PSI Yakini Ekonomi Indonesia Stabil di Tengah Keriuhan Pilkada

Minggu, 28 April 2024 | 07:41

Ganjil Genap di Jakarta Tak Berlaku saat Hari Buruh

Minggu, 28 April 2024 | 07:21

Cuaca Jakarta Hari Ini Berawan dan Cerah Cerawan

Minggu, 28 April 2024 | 07:11

UU DKJ Beri Wewenang Bamus Betawi Sertifikasi Kebudayaan

Minggu, 28 April 2024 | 07:05

Latihan Evakuasi Medis Udara

Minggu, 28 April 2024 | 06:56

Akibat Amandemen UUD 1945, Kedaulatan Hanya Milik Parpol

Minggu, 28 April 2024 | 06:26

Pangkoarmada I Kunjungi Prajurit Penjaga Pulau Terluar

Minggu, 28 April 2024 | 05:55

Potret Bangsa Pasca-Amandemen UUD 1945

Minggu, 28 April 2024 | 05:35

Selengkapnya