Berita

PM Armenia, Nikol Pashinyan/Net

Dunia

Kekalahan Perang Yang Menyakitkan: Semua Pihak Menang Banyak Di Nagorno-Karabakh, Kecuali Armenia

JUMAT, 13 NOVEMBER 2020 | 08:08 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Rusia berhasil menengahi konflik Armenia-Azerbaijan dan membuat kesepakatan gencatan senjata untuk mengamankan kemajuan teritorial di wilayah konflik Nagorno-Karabakh.

Perdamaian memang tercapai. Namun, beberapa analis mengatakan bahwa Azerbaijan, Turki, dan Rusia, adalah pihak-pihak yang mendapat keuntungan dari perjanjian itu. Protes bermunculan di Armenia menuduh Perdana Menteri Nikol Pashinyan mengkhianati kepentingan nasional dengan menandatangani kesepakatan yang antara lain berisi penyerahan sebagian wilayah konflik kepada Azerbaijan.

Kesepakatan gencatan senjata itu akhirnya mengakhiri berbulan-bulan konflik antara pasukan Armenia dan Azerbaijan, dengan Rusia mengerahkan pasukan penjaga perdamaian di Nagorno-Karabakh agar masing-masing pihak bisa bertanggung jawab pada kesepakatan itu.

Perjanjian tersebut, yang mengharuskan Armenia 'kalah' dengan menerima keuntungan Azerbaijan di wilayah tersebut, telah memicu demonstrasi di sepanjang Yerevan yang menyerukan pengunduran diri Pashinyan.

Sejauh ini, semua tahu bahwa Rusia adalah sekutu lama Armenia. Membuat banyak orang Armenia melihat kesepakatan gencatan senjata yang diatur Moskow itu sebagai pengkhianatan lain.

Presiden Rusia Vladimir Putin membuat pengumuman pada tengah malam dari Senin hingga Selasa, menekankan bahwa kesepakatan itu mengabadikan "gencatan senjata total" dan "penghentian permusuhan militer" di Nagorno-Karabakh.

Rusia mengerahkan banyak tentara segera setelah gencatan senjata diberlakukan. Menurut perjanjian yang ditandatangani oleh Yerevan, Baku, dan Moskow, pasukan itu menempati 16 pos pengamanan di wilayah Konflik.

Wilayah yang lepas dari Armenia dan jatuh ke tangan Azerbaijan akan tetap berada di bawah perlindungan tentara Rusia. Pasukan ini akan memainkan peran penting dalam melindungi koridor Lachin, satu-satunya rute pasokan yang menghubungkan Nagorno-Karabakh ke Armenia.

Kemenangan untuk Azerbaijan itu disebut-sebut tak akan terjadi tanpa restu pemimpin Rusia, Putin. Menimbulkan kekecewaan dan kemarahan rakyat Armenia.

Azerbaijan tampaknya jadi pemenang besar dalam konflik dengan tetangganya dan rival sengit ini. Secara signifikan, wilayah yang diperolehnya termasuk kota bersejarah dan strategis Shushi, yang terletak di jalan yang menghubungkan Armenia ke ibu kota separatis Stepanakert.

Presiden Azerbaijan Ilham Aliev tentu ingin mempersembahkan ini sebagai kemenangan bagi negaranya. Dia memuji 'penyerahan' (kekalahan) Armenia dan menyebut Pashinyan sebagai 'pengecut' karena tidak menandatangani kesepakatan itu di depan kamera.

"Kami akan mengusir mereka dari tanah kami seperti anjing, dan kami (telah) melakukannya," ujar Aliev.

Galia Ackerman, sejarawan yang berbasis di Paris yang mengkhususkan diri di Eropa Timur dan penulis Régiment Immortel: La Guerre sacrée de Poutine ('Resimen Abadi: Perang Suci Putin'), berpendapat bahwa Azerbaijan telah menikmati dukungan 'diam-diam'  dari Putin.

"Terlepas dari apakah itu di bawah kendali Armenia atau Azerbaijan, Nagorno-Karabakh bukanlah prioritas bagi Putin," katanya, seperti dikutip dari France 24, Jumat (13/11).

"Cara dia (Putin) memandangnya, membiarkan perang mengambil jalannya adalah cara untuk mencoba menyingkirkan Pashinyan dan mengubah situasi politik di Armenia," lanjutnya.

"Pashinyan terpilih setelah pemberontakan rakyat pada 2018 dan mulai terlihat 'agak terlalu' independen, sejauh menyangkut Moskow," tambah Ackerman.

“Khususnya, dia menyingkirkan beberapa orang dari dinas keamanan pro-Rusia-nya."

Pashinyan mengakui bahwa ketentuan gencatan senjata merupakan pukulan bagi kebanggaan nasional Armenia. Di lama Facebooknya, dia menggambarkan kesepakatan itu sebagai sesuatu yang sangat menyakitkan bagi dirinya dan rakyat Armenia.

Meskipun kedatangan diplomat Prancis dan Amerika di Moskow pada 12 November, Paris dan Washington tidak berperan dalam perjanjian gencatan senjata. Prancis dan AS, bersama dengan Rusia, menjadi ketua bersama Kelompok Minsk dari Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa, yang ditugaskan untuk memastikan perdamaian di Nagorno-Karabakh.

"Yang sangat penting bagi Kremlin adalah berkurangnya peran Barat, yang sebagian besar disebabkan oleh kurangnya fokus di bawah Presiden AS Donald Trump," kata Alexander Gabuev, seorang rekan senior di Carnegie Moscow Center, kepada AFP.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan adalah pemenang besar lainnya dari resolusi krisis Nagorno-Karabakh ini. Sebagai sekutu dekat Azerbaijan, Ankara akan memantau pelaksanaan gencatan senjata menggunakan pusat pengamatan bersama.

"Ada tatanan regional baru yang sedang dibuat, dengan Rusia masih sangat diperlukan, pertumbuhan peran Turki, dan berkurangnya relevansi Barat," tulis Gabuev di Twitter.

"Rusia sangat terkejut dengan keterlibatan Turki dalam geopolitik Kaukasia," kata Gaidz Minassian, seorang spesialis Armenia di Universitas Sains-Po di Paris.

"Ankara terlibat di semua tingkatan - terutama di tingkat militer - dan sekarang kita dapat melihat betapa lebih pentingnya Azerbaijan menempatkan hubungan dengan Turki dibandingkan dengan mereka dengan Rusia."

"Turki muncul secara khusus diperkuat dari ini, tetapi dari semua pemain yang terlibat dalam konflik ini, semua orang diuntungkan kecuali Armenia,” Ackerman menyimpulkan.

“Rusia mendapatkan kembali cengkeramannya di Armenia dan mendaratkan sepatu bot di Nagorno-Karabakh; Turki memperkuat hubungannya dengan Azerbaijan; dan Azerbaijan senang karena mereka telah mendapatkan kembali wilayah yang diduduki separatis selama lebih dari seperempat abad.”

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

SPS Aceh Dinobatkan sebagai SPS Provinsi Terbaik 2024

Rabu, 01 Mei 2024 | 05:53

Hari Ini Nasdem Muara Enim Buka Penjaringan Balon Bupati dan Wabup

Rabu, 01 Mei 2024 | 05:36

Prof Sugianto Janjikan Netralitas ASN pada Pilkada 2024 kalau Ditunjuk jadi Pj Bupati

Rabu, 01 Mei 2024 | 05:14

Teriakan "Ijeck Gubernur" Menggema di Syukuran Kosgoro 1957 Sumut

Rabu, 01 Mei 2024 | 04:58

Dihiasi 2 Penalti, Bayern Vs Madrid Berakhir 2-2

Rabu, 01 Mei 2024 | 04:46

Dai Kondang Ustaz Das'ad Latif Masuk Daftar Kandidat Nasdem untuk Pilwalkot Makassar

Rabu, 01 Mei 2024 | 04:22

Jelang Pilkada, Pj Gubernur Jabar Minta Seluruh ASN Jaga Netralitas

Rabu, 01 Mei 2024 | 03:58

Ekonomi Pakistan Semakin Buruk

Rabu, 01 Mei 2024 | 03:37

Kader PKB Daftar sebagai Bacabup Aceh Besar lewat Demokrat

Rabu, 01 Mei 2024 | 03:29

Ngaku Punya Program Palembang Bebas Banjir, Firmansyah Hadi Daftar di PDIP

Rabu, 01 Mei 2024 | 02:31

Selengkapnya