Berita

Dari kiri ke kanan: Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab, mantan Menko Polhukam Wiranto, Presiden Joko Widodo/Net

Politik

Rekonsiliasi Jokowi-HRS: Jangan Sebatas Kompromi Politik Elit, Tapi Menyatukan Masyarakat Yang Terbelah

KAMIS, 12 NOVEMBER 2020 | 08:52 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Wacana rekonsiliasi kembali menjadi perbincangan publik, setelah Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab (HRS), kembali ke Tanah Air.

Pasalnya, Habib Rizieq Shihab sendiri menyatakan akan membuka peluang melakukan rekonsiliasi dengan pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Rencana dari Pembesar FPI tersebut didukung Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI), Karyono Wibowo.

"Rekonsiliasi nasional merupakan kebutuhan bangsa agar tidak terjebak ke dalam kubangan konflik yang berkepanjangan," ujar Karyono dalam siaran pers yang diterima Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (12/11).

Akan tetapi, Karyono memandang wacana rekonsiliasi ini akan mengalami bias makna dan salah kaprah jika hanya sebatas kompromi politik antara elit, seperti yang terjadi pasca Pilpres 2019.

Saat itu, pasangan Joko Widodo - Ma'ruf Amin sebagai pemenang pemilu akhirnya berkenan 'merangkul' Prabowo Subianto yang menjadi lawan politiknya. Alih-alih menyelesaikan keterbelahan di masyarakat, justru terdistorsi menjadi sekadar koalisi.

"Berangkat dari fakta empirik ini, jika upaya rekonsiliasi hanya sebatas untuk merangkul HRS, maka menggunakan istilah rekonsiliasi nasional sangat tidak tepat," ungkap Karyono.

"Pasalnya, jika hanya untuk merangkul HRS atau kubu oposisi namanya bukan rekonsiliasi nasional," sambungnya.

Karena itu, Karyono berharap kepada Jokowi untuk memaknai rekonsiliasi sebagai kebutuhan kolektif bangsa. Yaitu, penguasa harus memiliki tanggung jawab moral menyatukan kembali kelompok masyarakat yang mengalami keterbelahan.

Karena menurutnya, rekonsiliasi tidak hanya untuk menyatukan masyarakat terbelah. Tapi lebih dari itu, juga diyakini sebagai sarana penting untuk mewujudkan restorasi keadilan (restoration of justice).

"Dalam kerangka mewujudkan rekonsiliasi, mereka berkewajiban tidak hanya menjalankan rekonsiliasi pada level antarindividu dan kelompok yang ada di masyarakat," ungkapnya.

"Tapi, mereka juga diharapkan mampu membangun kembali tatanan institusional baru yang lebih demokratis dan akomodatif yang mampu menyatukan kembali berbagai jenis individu dan kelompok yang ada dalam masyarakat tersebut," demikian Karyono Wibowo.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

UPDATE

Pengukuhan Petugas Haji

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:04

Chili Siap Jadi Mitra Ekonomi Strategis Indonesia di Amerika Selatan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:02

Basri Baco: Sekolah Gratis Bisa Jadi Kado Indah Heru Budi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:42

Pemprov DKI Tak Ingin Polusi Udara Buruk 2023 Terulang

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:24

Catat, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 9-10 Mei

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:22

BMKG Prediksi Juni Puncak Musim Kemarau di Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:27

Patuhi Telegram Kabareskrim, Rio Reifan Tak akan Direhabilitasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:05

Airlangga dan Menteri Ekonomi Jepang Sepakat Jalankan 3 Proyek Prioritas Transisi Energi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:00

Zaki Tolak Bocorkan soal Koalisi Pilkada Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:35

Bertemu Wakil PM Belanda, Airlangga Bicara soal Kerja Sama Giant Sea Wall

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:22

Selengkapnya