Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Rakyat Kuba: AS Akan Lebih Baik Asal Bukan Donald Trump Presidennya

SENIN, 09 NOVEMBER 2020 | 10:45 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Sebagian besar orang Kuba sebenarnya tidak mengenal siapa itu Joe Biden, atau kebijakan apa yang akan dia kejar terhadap pulau Komunis itu. Namun, bagi orang Kuba sudah sangat jelas: presiden AS mana pun akan lebih baik daripada Donald Trump.

"Saya bukan tipe yang memercayai seorang presiden Amerika, tetapi karena situasi, saya lebih memilih yang lain. Dan itu bukan Trump," kata salah seorang warga Kuba, Pablo Zaldívar, 57, seperti dikutip dari AFP.

Dalam pemilihan presiden 2020 ini, Trump berutang kemenangan besar di negara bagian Florida AS. Sebagian kemenangan dicapai karena kecamannya yang keras terhadap pemerintah kiri di Amerika Latin, yang bergema dengan keras bersama orang-orang Kuba-Amerika konservatif di Miami yang membenci pemerintah komunis di Havana.


Tetapi bagi orang-orang yang tinggal di Kuba, yang telah berada di bawah kepemimpinan Komunis selama enam dekade, tuduhan Trump tentang kecenderungan sayap kiri Biden membuat mereka tersenyum tidak percaya.

Setelah pemulihan hubungan bersejarah pada akhir 2014 dan kebijakan keterbukaan yang dipimpin oleh Barack Obama, kedatangan Trump di Gedung Putih bagaikan ‘mandi air dingin’ bagi Kuba.

“Pemilihannya kembali akan menjadi bencana atau ancaman Armageddon dan apokaliptik bagi Kuba,” kata pakar politik Jorge Gomez Barata.

Dalam empat tahun, pemerintahan Trump memberlakukan 130 langkah untuk memperkuat embargo AS di Kuba, banyak di antaranya memengaruhi populasi dan sektor swasta yang masih muda: membatasi pengiriman uang ke keluarga di Kuba, menangguhkan kapal pesiar AS dan sebagian besar penerbangan langsung dari AS, dan menutup konsulat AS di Havana.

“Trump, aku tidak tahan melihatnya!” kata Aidelvis Blanco, seorang karyawan di restoran Mandarin, seraya melambumgkan harapan bahwa semoga kemenangan Biden akan “membuat kita merasa lebih baik.”

Bagi Oniel Diaz, kepala firma konsultan Auge, mengatakan bahwa kemenangan Biden adalah kabar baik bagi komunitas bisnis negaranya.

“Ini kabar baik bagi komunitas pengusaha di Kuba. Sektor swasta adalah salah satu yang paling terpukul oleh kebijakan Kuba pemerintahan Trump,” ungkapnya.

Tapi, hingga saat ini banyak rakyat Kuba yang belum melupakan hal menyakitkan yang disebabkan oleh pemerintah AS terhadap negara mereka. Sejak revolusi 1959 yang dipimpin oleh Fidel Castro, pulau itu telah dilewati 12 presiden AS - dan Demokrat secara historis telah memberlakukan kebijakan terberat.

Biden, bagaimanapun, memiliki poin yang menguntungkannya meskipun dia tetap tidak dikenal di pulau itu. Sebagai wakil presiden Obama, dia mendorong kolaborasi antara kedua negara di sejumlah sektor dan berkontribusi pada reunifikasi keluarga antara Kuba dan diaspora Kuba.

“Kemenangannya menandai kembalinya keseimbangan dalam kebijakan luar negeri yang menjadi prinsip kebijakan Obama, di mana komitmen untuk mendukung demokrasi sejalan dengan dialog politik, akhir dari isolasi dan fluiditas hubungan kedua negara,” kata Manuel Cuesta, seorang anggota terkemuka oposisi Kuba.

Pada Minggu (8/11), Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel memberikan nada yang bijaksana ketika dia memberi selamat kepada Biden atas kemenangannya, memuji “arah baru” yang diambil oleh rakyat Amerika.

“Saya percaya adanya kemungkinan memiliki hubungan bilateral yang konstruktif sambil menghormati perbedaan kita,” katanya.

Dalam sebuah wawancara dengan outlet berita oposisi online Cibercuba, Biden berjanji bahwa, setelah terpilih, dia akan menghilangkan pembatasan Trump pada pengiriman uang dan perjalanan, yang menurutnya telah merugikan warga Kuba dan keluarga yang terpisah.

Tapi dia memperingatkan bahwa dirinya akan menuntut pembebasan semua tahanan politik - diperkirakan 100 oleh LSM - dan membela hak asasi manusia di Kuba.

Menurut Jorge Duany, kepala Institut Penelitian Kuba di Universitas Internasional Florida, Biden tidak akan bersikeras mencabut embargo. Sebaliknya, Duany memprediksi, tujuannya adalah untuk membebaskan rakyat Kuba dan mempromosikan demokrasi di pulau itu.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya