Berita

Polisi menembakkan meriam air untuk membubarkan aksi unjuk rasa/Net

Dunia

Ingin Kirim Surat Untuk Raja, Ribuan Pengunjuk Rasa Thailand Dibalas Meriam Air

SENIN, 09 NOVEMBER 2020 | 08:49 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Gelombang aksi unjuk rasa anti pemerintah di Thailand masih terus berlangsung.

Pasukan polisi dilaporkan menembakkan meriam air ke ribuan pengunjuk rasa yang melakukan aksi di Monumen Demokrasi Bangkok pada Minggu malam (8/11).

Ketika itu para pengunjuk rasa berupaya untuk melakukan pawai ke kantor kerajaan demi mengirimkan surat tuntutan reformasi monarki kepada Raja Maha Vajiralongkorn.

Beberapa pengunjuk rasa berhasil melarikan diri dan bersembunyi di Sanam Luang, Grand Palace.

Dilaporkan CNA, setelah konfrontasi usai, pihak pengunjuk rasa mengadakan dialog dengan polisi terkait proses pengiriman surat yang damai.

Sebuah deklarasi dibacakan sebelum pengunjuk rasa menjatuhkan surat mereka ke dalam kotak, yang ditinggalkan di luar Grand Palace untuk dikumpulkan oleh Biro Rumah Tangga Kerajaan.

"Jika raja dapat berbicara dengan orang-orang yang mencintainya, dia juga harus berbicara dengan orang-orang yang tidak sama. Tiga tuntutan dari pengunjuk rasa adalah kompromi yang paling besar," bunyi deklarasi itu.

"Ketika Anda mendengar semua pujian yang menyanjung dari orang-orang, Anda juga harus mendengar kritik dan saran yang tidak kenal takut," sambung mereka.

Raja Thailand telah terperangkap dalam gerakan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya yang menantang kekuasaan monarki, sebuah lembaga yang sangat dihormati dan dilindungi secara hukum di Thailand yang belum pernah dipertanyakan secara terbuka hingga saat ini.

Ketika diminta pekan lalu untuk mengomentari protes, raja mengatakan ia mencintai semua rakyatnya.

Unjuk rasa pada Minggu adalah bagian dari serangkaian protes yang telah menduduki Thailand selama beberapa bulan. Pertemuan dimulai pada sore hari di Monumen Demokrasi, sebuah tempat bersejarah di ibukota yang memperingati transisi Thailand dari monarki absolut ke monarki konstitusional pada 1932.

Para pengunjuk rasa juga menyerukan diakhirinya pemerintahan Perdana Mentei Prayut Chan-o-cha. Ia adalah mantan panglima militer yang berkuasa enam tahun lalu.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Bentuk Unit Khusus Pidana Ketenagakerjaan, Lemkapi sebut Kapolri Visioner

Kamis, 02 Mei 2024 | 22:05

KPK Sita Bakal Pabrik Sawit Diduga Milik Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 21:24

Rakor POM TNI-Polri

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:57

Semarak Hari Kartini, Srikandi BUMN Gelar Edukasi Investasi Properti

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:50

KPK Sita Kantor Nasdem Imbas Kasus Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:46

Sesuai UU Otsus, OAP adalah Pribumi Pemilik Pulau Papua

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:33

Danone Indonesia Raih 3 Penghargaan pada Global CSR dan ESG Summit 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:21

Pabrik Narkoba di Bogor Terungkap, Polisi Tetapkan 5 Tersangka

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:15

Ahmed Zaki Harap Bisa Bermitra dengan PKB di Pilgub Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:50

PP Pemuda Muhammadiyah Gelar Tasyakuran Milad Songsong Indonesia Emas

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:36

Selengkapnya