Berita

Petugas membersihkan coretan-coretan di Armenian Memorial Centre, di Decines-Charpieu, Prancis/Net

Dunia

Monumen Peringatan Nasional Armenia Yang Ada Di Prancis Dirusak Aksi Vandalisme Bertuliskan Slogan Pro Turki

SENIN, 02 NOVEMBER 2020 | 08:47 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Komite Pertahanan Perjuangan Armenia (CDCA) menyatakan kemarahannya setelah pusat peringatan pembunuhan massal orang-orang Armenia di Kekaisaran Ottoman,  Armenian Memorial Centre, yang terletak di Prancis, dirusak oleh sejumlah orang dengan slogan-slogan pro-Turki.

Insiden perusakan yang terjadi di Kota Decines-Charpieu di luar Lyon terjadi dengan latar belakang ketegangan komunal yang intens di Prancis, antara minoritas Armenia dan komunitas Turki terkait konflik di Nagorno-Karabakh.

Seperti diketahui bahwa Turki adalah pendukung utama sekutunya Azerbaijan dalam konflik yang terjadi selama beberapa minggu terakhir di Nagorno-Karabakh, bagian dari Azerbaijan tetapi dikendalikan oleh separatis Armenia sejak perang tahun 1990-an ketika Uni Soviet pecah.

Pusat Peringatan Nasional Armenia itu dirusak dengan tulisan huruf raksasa 'RTE' dengan cat warna kuning mengacu pada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Para perusak juga menulis kata-kata 'Serigala Abu-abu', sebuah gerakan nasionalis Turki terkemuka, dalam bahasa Prancis.

Tugu peringatan pembunuhan di dekatnya juga diolesi dengan sumpah serapah terhadap Armenia.

"Penodaan yang tak tertahankan, ini adalah salah satu dari serangkaian peristiwa yang ditujukan untuk meneror dan mengintimidasi warga Prancis yang berasal dari Armenia," kata CDCA dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari AFP, Minggu (1/11).

Wilayah Lyon adalah rumah bagi salah satu komunitas Armenia terbesar di Prancis, yang berpusat di sekitar Decines-Charpieu.

Empat orang terluka pada Rabu dalam bentrokan antara tersangka nasionalis Turki dan Armenia yang memprotes serangan militer Azerbaijan.

CDCA menuduh negara Prancis "pasif" dalam menghadapi ancaman itu dan walikota Decines-Charpieu, Laurence Fautra, mengatakan komunitas Armenia membutuhkan perlindungan fisik.

Pejabat lokal tertinggi di kawasan itu, prefek Pascal Mailhos, menulis di Twitter bahwa dia "mengutuk keras" kerusakan pada pusat peringatan itu dan bersumpah akan melakukan segalanya untuk menemukan mereka yang berada di balik tindakan tersebut.

Orang Armenia telah lama berkampanye untuk pembunuhan massal nenek moyang mereka di Kekaisaran Ottoman selama Perang Dunia I untuk diakui sebagai genosida. Prancis adalah salah satu dari beberapa negara yang mengakuinya seperti itu.

Sementara Turki modern dengan tegas menolak penggunaan istilah tersebut, dengan mengatakan banyak nyawa hilang di kedua sisi selama masa perang.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Timnas Amin Siang Ini Dibubarkan

Selasa, 30 April 2024 | 09:59

Perbuatan Nurul Ghufron Dinilai Tidak Melanggar Etik

Selasa, 30 April 2024 | 09:57

Parpol Ramai-ramai Gabung Koalisi Prabowo Jadi Alarm Matinya Oposisi

Selasa, 30 April 2024 | 09:55

PKS Oposisi atau Koalisi Tunggu Keputusan Majelis Syuro

Selasa, 30 April 2024 | 09:46

Anggaran Sudah Disetujui, DPRD DKI Tunggu Realisasi RDF Skala Perkotaan

Selasa, 30 April 2024 | 09:36

Beli Sabu, Oknum Polisi Tulungagung Ditangkap

Selasa, 30 April 2024 | 09:31

MPR akan Bangun Komunikasi Politik dengan Jokowi hingga Hamzah Haz Jelang Transisi

Selasa, 30 April 2024 | 09:27

Jakarta Hari Ini Cenderung Cerah Berawan

Selasa, 30 April 2024 | 09:19

Perahu Rombongan Kader PMII Terbalik, Satu Meninggal

Selasa, 30 April 2024 | 09:06

2 Mei, Penentu Lolos Tidaknya Garuda Muda ke Olimpiade Paris

Selasa, 30 April 2024 | 08:48

Selengkapnya