Berita

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto/Net

Suluh

Sesudah Prabowo Dapat Lampu Hijau AS, Akankah Pendukungnya Kembali?

MINGGU, 25 OKTOBER 2020 | 15:44 WIB | OLEH: WIDIAN VEBRIYANTO

Kunjungan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto ke Amerika Serikat tidak bisa dipandang sebelah mata. Baik bagi perpolitikan Indonesia di dunia internasional, maupun dalam gejolak politik tanah air.

Apalagi, Prabowo datang dalam rangka memenuhi undangan dari Menhan AS, Mark T. Esper. Ketua umum Gerindra itu juga disambut baik di Pentagon.

Di dunia internasional, pertemuan tersebut digadang akan membuat arah kiblat pergaulan Indonesia bergeser. Indonesia tidak lagi akan bergantung pada China sepenuhnya, melainkan juga akan menjadikan negeri Paman Sam mitra utama.

Yang menarik, pertemuan itu juga disebut-sebut sebagai lampu hijau dari AS untuk pencalonan Prabowo Subianto di Pilpres 2024 mendatang. Mayoritas publik tentu mahfum mengapa disebut lampu hijau.

Sebab, sudah 20 tahun dilarang menginjakkan kaki di Amerika Serikat. Secara mengejutkan pelarangan itu bukan hanya dicabut, tapi juga ada undangan khusus dari Amerika Serikat untuk Prabowo ke Pentagon.

Pilpres 2024 memang masih lama. Tapi lampu hijau AS tentu sangat berharga bagi Prabowo yang dalam 3 pilpres terakhir selalu kalah.

Setelah dukungan internasional diraih Prabowo, kini pertanyaan beralih pada loyalitas pendukung Prabowo di Pilpres 2019 lalu. Di mana jumlahnya mencapai 44,5 persen dari total pemilih.

Pendukung Prabowo juga dikenal militan. Mayoritas merupakan kelompok Islam yang terafiliasi dengan gerakan Aksi 212.

Namun demikian, kekecewaan pada mantan Danjen Kopassus itu sempat muncul seiring dengan merapatnya Prabowo sebagai anak buah Jokowi, yang menjadi rival di Pilpres 2019 hingga terjadi polarisasi. Bahkan masih terngiang dalam ingatan bahwa persaingan keduanya membuat para pendukung fanatik mendapat sebutan Cebong dan Kampret.

Para kampret, maksudnya loyalis pendukung Prabowo kala itu, kecewa lantaran Prabowo mengkhianati perjuangan mereka untuk mengakhiri rezim Jokowi. Di mana mereka beranggapan bahwa tidak sedikit kelompok ulama dari kalangan mereka yang dikriminalisasi di bawah rezim Jokowi.

Alih-alih meneruskan perjuangan, Prabowo justru bergabung dalam lingkaran pemerintah.

Di satu sisi, belum ada juga tanda-tanda dari pendukung Jokowi yang mulai menyatakan dukungan untuk Prabowo. Relawan Jokowi masih konsisten menolak Prabowo atau minimal mengabaikan apapun yang dikerjakan purnawirawan jenderal TNI bintang 3 itu.

Namun demikian, setidaknya dengan lampu hijau AS, Prabowo akan dinilai sebagai lokomotif perubahan arah pergaulan Indonesia di dunia Internasional. Di mana Indonesia tidak akan lagi berkiblat ke negeri China.

Penilaian itu juga akan membuka peluang para loyalisnya kembali merapat. Sebab, selama ini kelompok 212 terus menyuarakan isu-isu anti dengan investasi dari negeri China. Termasuk, lantang menyuarakan anti dengan ideologi komunis yang dianut China.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya