Berita

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Prancis, Emmanuel Macron/Net

Dunia

Erdogan Sebut Macron Butuh Perawatan Mental, Prancis Panggil Dubesnya Di Turki

MINGGU, 25 OKTOBER 2020 | 09:11 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Perselisihan antara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron berimbas pada hubungan diplomatik kedua negara.

Setelah Erdogan menyarankan Macron untuk melakukan pemeriksaan kesehatan mental, Prancis dilaporkan menarik dutabesarnya di Turki untuk melakukan konsultasi.

Seorang pejabat kantor kepresidenan Prancis, Elysee, mengungkap, dutabesar Prancis untuk Turki telah dipanggil kembali dari Ankara dan akan bertemu dengan Macron guna membahas pernyataan Erdogan.

"Komentar Presiden Erdogan tidak bisa diterima. Kelebihan dan kekasaran bukanlah metode. Kami menuntut agar Erdogan mengubah arah kebijakannya karena berbahaya dalam segala hal," ujar pejabat anonim itu kepada AFP, Minggu (25/10).

Pejabat itu juga menyoroti bahwa pemerintah Turki tidak memberikan ucapan belasungkawa atau dukungan atas insiden pemenggalan kepala seorang guru sejarah di Prancis, Samuel Patty beberapa waktu lalu yang menjadi salah satu pemicu perselisihan.

Ia juga menyatakan keprihatinan atas seruan Ankara untuk memboikot produk Prancis.

Sebelumnya, pada Sabtu (24/10), dalam pidatonya di kongres Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), Erdogan mengatakan Macron membutuhkan perawatan mental karena berbagai pernyataan anti-Islamnya.

"Apa masalah orang bernama Macron ini dengan muslim dan Islam? Macron membutuhkan perawatan mental," kata Erdogan ketika itu.

Komentar Erdogan terhadap Macron muncul setelah presiden Prancis itu menggambarkan Islam sebagai agama yang tengah berada dalam krisis, di mana ia berjanji untuk melawan separatisme Islam yang menurutnya telah mengancam keamanan nasional.

Pada bulan ini, Macron meminta agar pengawasan sekolah lebih ketat dan kontrol terhadap pendanaan masjid dari luar negeri.

Di sisi lain, Turki yang sekuler mulai sedikit banyak berubah setelah kepemimpinan Erdogan pada 2002. Erdogan yang dikenal sebagai seorang tokoh muslim taat berupaya untuk mendapatkan dukungan dari golongan tersebut.

Selain itu, Prancis dan Turki juga saat ini tengah terlibat dalam sejumlah konflik, termasuk hak maritim di Mediterania timur, Libya, Suriah, hingga Nagorno-Karabakh.

Kedua anggota NATO tersebut saling bersitegang meski hanya sebatas pihak asing.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Bentuk Unit Khusus Pidana Ketenagakerjaan, Lemkapi sebut Kapolri Visioner

Kamis, 02 Mei 2024 | 22:05

KPK Sita Bakal Pabrik Sawit Diduga Milik Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 21:24

Rakor POM TNI-Polri

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:57

Semarak Hari Kartini, Srikandi BUMN Gelar Edukasi Investasi Properti

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:50

KPK Sita Kantor Nasdem Imbas Kasus Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:46

Sesuai UU Otsus, OAP adalah Pribumi Pemilik Pulau Papua

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:33

Danone Indonesia Raih 3 Penghargaan pada Global CSR dan ESG Summit 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:21

Pabrik Narkoba di Bogor Terungkap, Polisi Tetapkan 5 Tersangka

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:15

Ahmed Zaki Harap Bisa Bermitra dengan PKB di Pilgub Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:50

PP Pemuda Muhammadiyah Gelar Tasyakuran Milad Songsong Indonesia Emas

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:36

Selengkapnya