Berita

Wakil Dekan FISIP UIN Jakarta, Badrus Sholeh Ph.d dalam program mingguan RMOL World View/RMOL

Dunia

Second Track Diplomacy, Menyorot Peran Strategis NU Dalam Proses Perdamaian Di Afghanistan

SENIN, 19 OKTOBER 2020 | 16:36 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Pemerintah sebagai perwakilan suatu negara bukan satu-satunya aktor yang mampu memiliki pengaruh kuat dalam isu-isu di ranah internasional. Dalam ilmu Hubungan Internasional ada juga yang disebut sebagai non-state actor.

Non-state actor juga bisa memiliki peran penting untuk mempengaruhi suatu isu internasional tertentu melalui apa yang disebut dengan second track diplomacy. Ini adalah praktik kontak dan kegiatan non-pemerintah, informal dan tidak resmi antara warga negara atau kelompok individu/sosial.

Salah satu bentuk second track diplomacy yang patut diberi apresiasi adalah peranan besar Nahdlatul Ulama (NU) dalam proses perdamaian di Afghanistan.

Wakil Dekan FISIP UIN Jakarta, Badrus Sholeh Ph.d dalam program mingguan RMOL World View bertajuk "Indonesia Untuk Afghanistan Yang Damai" yang diselenggarakan oleh Kantor Berita Politik RMOL.ID pada Senin (19/10) menjelaskan, NU memiliki peran strategis dalam proses perdamaian di Afghanistan karena bisa menjalin komunikasi melalui ulama-ulama yang jadi leader penting di Taliban.

"NU pun bisa membantu Taliban, bukan hanya dalam proses transformasi dari 'kelompok ekstrimis teroris' menjadi 'kelompok demokratis terbuka' yang mau membuka pintu dialog," ujar Badrus.

"Perubahan ini bukan sesuatu yang terjadi dalam waktu 1-2 tahun, tapi bertahun-tahun. NU mendampingi Taliban dalam proses tersebut," sambungnya.
 
Bukan hanya memiliki kedekatan dengan ulama-ulama berpengaruh di Taliban, menurut Badrus, NU juga bisa mendekatkan diri pada kelompok middle class di Taliban. Hal ini berhasil dimanfaatkan NU untuk membantu Taliban membangun masyarakat sipil yang kuat.

"Taliban merupakan kelompok yang leadership-nya dipengaruhi oleh ulama, persis seperti NU," jelas Badrus.

"Di Afghanistan sendiri sampai terbentuk NU-Afghanistan yang anggota-anggotanya merupakan warga Afghanistan. Mereka kini berkembang dan membangun civil society yang kuat," terangnya.

Badrus menjelaskan, pengalaman kuat NU dalam membangun sistem pendidikan melalui madrasah, pesantren hingga universitas serta fasilitas rumah sakit dan lembaga pusat studi bisa diadopsi di Afghanistan sebagai salah satu landasan kuat masyarakat Afghanistan menuju demokrasi dan perdamaian yang permanen.

Menurutnya, pengalaman tersebut bisa menjadi "bekal" yang kuat bagi pemerintah untuk mendorong perdamaian di Afghanistan.

"Kelemahan organisasi masyarakat di Indonesia adalah mereka tidak memiliki cukup dana untuk membantu pemerintah dalam perdamaian internasional. Karenanya, dalam hal ini, pemerintah harus melibatkan lagi NU dalam proses perdamaian di Afghanistan," papar Badrus.

"Beberapa kali pemerintah mengutus MUI ke sana tapi ditolak oleh Taliban. Pasalnya, NU lebih awal membangun komunikasi baik dengan Taliban. Jadi NU lebih diterima dengan baik di sana. Persis seperti Muhamadiyah di Filipina Selatan yang diterima dengan baik," sambungnya.

Lebih lanjut dia menekankan bahwa jika didukung oleh pemerintah, NU akan bisa lebih memberikan peranan strategis dalam perdamaian di Afghanistan.

"NU ke depannya bisa bantu lebih dekat, bukan hanya melalui dialog, tapi lebih subtansial lagi. Kita bisa, misalnya, membawa orang-orang Taliban untuk sekolah di Indonesia melalui pesantren-pesantren di sini. Orang NU juga bisa dikirim ke sana untuk membantu membangun civil society yang kuat," jelas Badrus.

"Memang tidak mudah melakukan perubahan tersebut. Tapi ini adalah kesempatan penting bagi NU atau kelompok sipil masyarakat lainnya untuk menjalankan second track diplomacy," tandasnya.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Tidak Balas Dendam, Maroko Sambut Hangat Tim USM Alger di Oujda

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Move On Pilpres, PDIP Siap Hadapi Pilkada 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Absen di Acara Halal Bihalal PKS, Pengamat: Sinyal Prabowo Menolak

Sabtu, 27 April 2024 | 21:20

22 Pesawat Tempur dan Drone China Kepung Taiwan Selama Tiga Jam

Sabtu, 27 April 2024 | 21:14

Rusia Kembali Hantam Fasilitas Energi Ukraina

Sabtu, 27 April 2024 | 21:08

TETO Kecam China Usai Ubah Perubahan Rute Penerbangan Sepihak

Sabtu, 27 April 2024 | 20:24

EV Journey Experience Jakarta-Mandalika Melaju Tanpa Hambatan

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Hubungan PKS dan Prabowo-Gibran, Ini Kata Surya Paloh

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Gebyar Budaya Bolone Mase Tegal Raya, Wujud Syukur Kemenangan Prabowo-Gibran

Sabtu, 27 April 2024 | 19:28

Menuju Pilkada 2024, Sekjen PDIP Minta Kader Waspadai Pengkhianat

Sabtu, 27 April 2024 | 19:11

Selengkapnya