Berita

Ilustrasi/Net

Bisnis

Perang Dagang Makin Menjadi, China Siap Beri Sanksi Kapas Australia

JUMAT, 16 OKTOBER 2020 | 14:41 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Perang dagang antara China dan Australia nampaknya akan semakin meluas dengan memasukkan kapas ke dalam industri yang akan mendapat sanksi.

Kabar mengenai hal itu disampaikan oleh kelompok industri Australia yang mengatakan bahwa saat ini kapas telah menjadi produk Australia terbaru yang menjadi sasaran sanksi China, bergabung dengan daftar yang berkembang yang sudah mencakup batu bara, barley, anggur dan daging sapi.

Cotton Australia dan Asosiasi Pengirim Kapas Australia mengkonfirmasi laporan bahwa Komisi Reformasi Pembangunan Nasional (NDRC) China telah 'menghalangi' pabrik pemintalan China untuk menggunakan kapas Australia, meskipun belum ada konfirmasi resmi dari badan manajemen China yang berada di bawah Dewan Negara.

"Industri kami bekerja sama dengan Pemerintah Australia, termasuk kantor menteri perdagangan dan pertanian, untuk menyelidiki situasi dan memahami sepenuhnya apa yang sedang terjadi," kata kedua kelompok itu dalam pernyataan bersama, seperti dikutip dari SCMP, Jumat (16/10).

"Industri kapas Australia akan terus melakukan percakapan yang berarti dengan para pemangku kepentingan untuk memahami sepenuhnya situasi ini, dan kami akan terus bekerja dengan pemerintah Australia untuk secara hormat dan penuh makna terlibat dengan China guna menemukan penyelesaian," lanjut pernyataan itu.

Seperti industri lain yang terkena sanksi dari China, industri kapas menyatakan akan berupaya mencari pasar baru.

Perselisihan politik antara kedua negara meningkat lagi minggu ini setelah muncul berita akhir pekan lalu bahwa pemerintah China secara lisan meminta pabrik baja dan pembangkit listrik untuk berhenti membeli kokas dan batubara termal Australia.

Sejumlah analis menilai, perintah tertulis resmi untuk berhenti membeli dari Australia akan melanggar perjanjian perdagangan bebas China-Australia, dan mungkin aturan Organisasi Perdagangan Dunia.

Pabrik baja dan pembangkit listrik sejak itu telah menolak pengiriman pesanan yang sudah dilakukan dan mengarahkan pengiriman.

Menurut Biro Statistik Australia, perdagangan dua arah antar negara bernilai sekitar 172 miliar dolar AS antara Juli 2019 hingga Juni 2020,

"Hingga September, impor China dari Australia turun sebesar 6,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi impor China secara keseluruhan turun 14,8 persen," menurut James Laurenceson, direktur Institut Hubungan Australia-China

Hubungan China-Australia telah menurun sejak Canberra mengumumkan pada April lalu bahwa mereka akan mengoordinasikan penyelidikan asal-usul virus corona, dan selain sanksi perdagangan, jurnalis dari kedua negara juga menjadi sasaran.

Dalam eskalasi lain pada hari Selasa, Senator Australia Eric Abetz mendapat reaksi balik setelah dia mempertanyakan kesetiaan tiga orang Tionghoa-Australia terkemuka pada penyelidikan parlemen dan menuntut mereka mengutuk Partai Komunis China (PKC).

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Samsudin Pembuat Konten Tukar Pasangan Segera Disidang

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:57

Tutup Penjaringan Cakada Lamteng, PAN Dapatkan 4 Nama

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:45

Gerindra Aceh Optimistis Menangkan Pilkada 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 01:18

Peringatan Hari Buruh Cuma Euforia Tanpa Refleksi

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:55

May Day di Jatim Berjalan Aman dan Kondusif, Kapolda: Alhamdulillah

Kamis, 02 Mei 2024 | 00:15

Cak Imin Sebut Negara Bisa Kolaps Kalau Tak Ada Perubahan Skenario Kerja

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:39

Kuliah Tamu di LSE, Airlangga: Kami On Track Menuju Indonesia Emas 2045

Rabu, 01 Mei 2024 | 23:16

TKN Fanta Minta Prabowo-Gibran Tetap Gandeng Generasi Muda

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:41

Ratusan Pelaku UMKM Diajari Akselerasi Pasar Wirausaha

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:36

Pilgub Jakarta Bisa Bikin PDIP Pusing

Rabu, 01 Mei 2024 | 22:22

Selengkapnya