Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X/Net
Pernyataan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengkubuwono X, yang meyakini kerusuhan yang terjadi dalam aksi penolakan Omnibus Law Cipta Kerja di Kantor DPRD DIY sudah direncanakan, menjadi sorotan.
Pasalnya, Sri Sultan meyakini aksi yang berujung anarkis itu bukan ulah elemen buruh, pelajar, dan mahasiswa. Karena mereka sudah selesai melakukan audiensi dengan anggota DPRD.
"Kita tuntut. Karena ini
by design, bukan kepentingan buruh. Kita tahulah. Saya kira saya enggak perlu mengatakan," tegas Sri Sultan Jumat kemarin (9/10).
Sri Sultan tegas siap melawan kelompok orang yang telah membuat kerusuhan dengan merusak sejumlah fasilitas publik di wilayah Kelurahan Kotabaru dan juga hendak merusak kawasan Malioboro.
"Kita juga menyaksikan bagaimana warga bawa tongkat bambu, berkelahi dengan mereka (pendemo). Jadi saya bersedia, lawan saja mereka. Tetapi harus sepengetahuan aparat. Tidak boleh bekerja sendiri," sambungnya.
Sikap Gubernur DIY tersebut mendapat apresiasi Pendiri Gerakan Indonesia Bersih (GIB), Adhie Massardi. Sikap Sri Sultan tersebut dianggap tegas, bijaksana, sabar, dan terukur.
"Raja bijaksana. Sabar. Tak mudah terbawa arus. Kecuali keadaan sudah kian edan!" kata Adhie Massardi dalam akun Twitter pribadinya, Sabtu (10/10).
Sri Sultan pun memfasilitasi keinginan para buruh dengan mengirim surat kepada Presiden Joko Widodo untuk mencabut RUU Cipta Kerja tersebut.